• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, July 6, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Iptek

Beruang Kutub ‘Menghilang’ Akibat Perubahan Iklim

by Carolyn Nathasa Dharmadhi
November 5, 2021
in Iptek, Opini
Reading Time: 3 mins read
beruang kutub

Beruang kutub (Ursus maritimus) yang berada di es kini terancam punah. (Foto: unsplash.com)

0
SHARES
2.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com — Beruang kutub (Ursus maritimus) menjadi salah satu satwa yang kini terancam punah. Namun, siapa sangka jika penyebab utama kepunahan fauna ini berasal dari perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir.

Kita semua pernah melihat gambar beruang kutub yang terdampar di es laut. Mereka terlalu sering digunakan sebagai hewan poster ikonik dari iklim yang berubah dengan cepat. Namun, terkadang ada banyak berita yang muncul di media menceritakan bahwa penderitaannya mungkin tidak begitu serius.

Kenyataannya, kehidupan hewan ini banyak dipengaruhi oleh keberadaan iklim yang stabil, khususnya di daerah es dan laut dingin yang menjadi habitat utamanya. Binatang berkaki empat ini menggunakannya sebagai tempat untuk berburu ikan dan anjing laut.

Berdasarkan data dari carbonbrief.org terdapat 19 wilayah berbeda yang tercatat sebagai tempat tinggal salah satu mamalia terbesar di bumi tersebut, terbentang melintasi wilayah Arktik di Kanada, Greenland/Denmark, Norwegia, Rusia, dan Amerika Serikat. Populasinya di 19 wilayah tersebut mayoritas mengalami es mencair yang menyebabkan habitat mereka semakin terkikis.

Setiap beberapa tahun, International Union for the Conservation of Nature (IUCN) menerbitkan “The Red List” yang memaparkan tentang status konservasi spesies hewan dan tumbuhan yang terancam. Dalam informasi yang diterbitkan pada tahun 2015, beruang kutub diklasifikasikan sebagai hewan yang rentan menghadapi risiko kepunahan yang tinggi di alam liar.

World Wildlife Fund (WWF) juga mengungkap bahwa beruang kutub sangat bergantung pada lingkungan es laut untuk bepergian, berburu, kawin, dan bersarang. Biasanya hewan besar ini banyak ditemukan di daerah perairan dangkal dekat pantai, atau di dekat daerah es laut yang sangat produktif di atas landas kontinen.

Ketika laut es berpindah ke utara di musim panas, beruang kutub mengikuti es, atau pergi ke darat sampai es laut kembali. Selama sebagian besar jangkauan mereka, mereka tetap berada di es laut sepanjang tahun. Namun, beruang kutub lebih banyak menghabiskan lebih banyak waktu di darat di musim panas karena penurunan es laut. Bahkan mereka yang tinggal di darat untuk waktu yang lebih lama masih bergantung pada es laut untuk berburu.

Fakta yang tentunya tidak kalah mengejutkan adalah selama ratusan milenium terakhir, beruang kutub telah terpapar suhu yang lebih tinggi daripada yang mereka alami saat ini. Selain itu hewan yang terancam punah ini pun harus mengalami periode pendinginan yang ekstrem dan tidak ada Arktik yang bebas es dalam 800.000 tahun terakhir. Hal ini terjadi karena adanya perubahan iklim yang begitu ekstrem.

Kabar buruknya, sebuah studi Norwegia baru-baru ini menunjukkan dampak buruk dari perubahan iklim di Kutub Utara melalui cara bertahan hidup hewan ini. Hal ini terlihat dari keragaman genetik beruang kutub di Norwegia telah menurun 10% dari tahun 1995 hingga 2016.

Dua generasi beruang kutub terbaru di kepulauan Svalbard, Norwegia, ditemukan beralih ke perkawinan sedarah karena populasi mereka yang semakin berkurang. Menurut WWF juga, Laut Barents telah mengalami kehilangan es laut secara dramatis, yang merupakan salah satu kontributor utama perubahan dalam kehidupan salah satu jenis beruang ini. Karena berkurangnya pasokan es yang tersedia, mereka terpaksa mengubah makanan dari anjing laut menjadi burung dan telur burung, dan beberapa di daerah lain di Kutub Utara telah beralih ke kanibalisme yang semakin meningkat.

Perubahan iklim tak hanya berdampak pada keseimbangan ekosistem saja. Laporan tentang beruang kutub di Kutub Utara yang saling memakan datang pada tingkat yang lebih tinggi.

Menurut seorang ilmuwan dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, ada banyak faktor yang bertanggung jawab atas perubahan tersebut termasuk peningkatan aktivitas manusia dan berkurangnya tempat berburu.

Sementara itu, dikutip dari cbsnews.com, kanibalisme ini telah terjadi pada banyak kesempatan langka di masa lalu. Namun, seorang peneliti senior di Institut Ekologi dan Evolusi Severtsov Ilya Mordvintsev mengatakan bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kasus.

“Kasus kanibalisme di antara beruang kutub adalah fakta yang sudah lama ada, tetapi kami khawatir kasus seperti itu dulu jarang ditemukan sementara sekarang cukup sering dicatat,” katanya.

Binatang ini dikhawatirkan akan semakin punah jika permasalahan iklim tidak terselesaikan dengan baik. Sebagai manusia, tentunya kita perlu menjaga keseimbangan alam agar tidak terjadi masalah kepunahan satwa seperti saat ini.

Penulis: Carolyn Nathasa Dharmadhi
Editor: Xena Olivia
Foto: unsplash.com
Sumber: insideedition.com, theguardian.com, worldwildlife.org, plantbasednews.org

Tags: beruang kutubClimate Changees kutubes mencairperubahan iklimpolar bearresearch
Carolyn Nathasa Dharmadhi

Carolyn Nathasa Dharmadhi

Related Posts

digicam
Opini

Digicam Kembali ke Pasar: Dari Kesenangan Jadi Berlebihan?

May 23, 2025
Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). (kompas.com)
Iptek

Kelamnya Sejarah Revolusi Indonesia: Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

May 9, 2025
Ilustrasi sorgum. (Pixabay/Bishnu Sarangi)
Iptek

Sorgum: Harapan Pangan Nasional di Tengah Krisis Iklim

May 7, 2025
Next Post
jakarta youth summit 2021

Jakarta Youth Summit 2021 Angkat Isu Diskriminasi

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021