• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, August 26, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Iptek

Hari Tanpa Bayangan: Fenomena Alam Akibat Kulminasi Matahari

Christabella Abigail Loppies by Christabella Abigail Loppies
February 21, 2022
in Iptek
Reading Time: 2 mins read
Hari Tanpa Bayangan

Ilustrasi bayangan manusia. (Foto: unsplash.com)

0
SHARES
219
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com — Memasuki pekan keempat Februari, biasanya sejumlah daerah di Indonesia akan mengalami “hari tanpa bayangan”, yaitu sebuah peristiwa ketika bayangan benda yang berdiri tegak tidak terlihat. Hal ini terjadi karena fenomena alam yang disebut “kulminasi matahari”.

Melansir kompas.com, kulminasi adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika matahari berada tepat di garis khatulistiwa. Posisi tersebut membuat benda di lokasi tertentu berada di satu garis lurus dengan matahari sehingga bayangannya akan menumpuk dan tidak terlihat. 

Menurut Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), peristiwa ini juga disebabkan oleh nilai deklinasi matahari yang bervariasi, mulai dari -11 hingga +6 derajat. Kondisi itu biasanya terjadi pada minggu keempat Februari sampai minggu pertama April.

Baca Juga “Beruang Kutub ‘Menghilang’ Akibat Perubahan Iklim”

Deklinasi sendiri adalah sudut apit antara lintasan semu harian matahari dengan proyeksi ekuator bumi pada bola langit. Kesamaan nilai deklinasi matahari dengan lintang geografis Indonesia, yakni pada enam derajat lintang utara hingga sebelas derajat lintang selatan, membuat matahari akan berada tepat di atas kepala saat tengah hari.

“Karena nilai deklinasi matahari sama dengan lintas geografis wilayah Indonesia, maka matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari,” jelas  Peneliti di Pusat Riset Antariksa BRIN Andi Pangerang, dikutip dari tempo.co.

Fenomena inilah yang kemudian dikenal dengan istilah “hari tanpa bayangan”.

Sejarah Singkat Penemuan Hari Tanpa Bayangan

Fenomena hari tanpa bayangan pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Yunani yang bernama Erasthothenes, yang juga dikenal sebagai penemu ukuran bumi. Penemuan hari tanpa bayangan itu diawali ketika Erasthothenes mendapati sebuah sumur di Syene (sekarang Aswan, Mesir) yang diterangi sinar matahari. Anehnya, ia tidak melihat adanya bayangan dari sumur tersebut.

Matahari yang menyinari benda dalam posisi miring sudah pasti akan menghasilkan bayangan benda. Hal inilah yang berbeda dengan apa yang Erasthothenes lihat. Akhirnya, ia memutuskan untuk melakukan pengukuran proyeksi bayangan matahari di daerah Syene dan Alexandria. Hasilnya, ia bisa menemukan ukuran bumi, sekaligus sebuah fenomena yang disebut “hari tanpa bayangan”.

Hari Tanpa Bayangan di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa. Dengan demikian, sejumlah daerah di Indonesia pun bisa mengalami fenomena hari tanpa bayangan.

“Karena nilai deklinasi matahari sama dengan lintas geografis wilayah Indonesia, maka Matahari akan berada tepat di atas kepala kita saat tengah hari,” kata Andi.

Hari tanpa bayangan dapat diamati di Kabupaten Rote Ndao dan Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur pada Senin (21/02/22), sekitar pukul 12 siang waktu setempat. Fenomena ini akan terus bergeser setiap harinya. Pada awal April mendatang, hari tanpa bayangan akan terjadi di wilayah ujung utara dan barat Indonesia, yaitu Miangas, Sulawesi Utara dan Sabang, Aceh. 

 

Penulis: Christabella Abigail Loppies
Editor: Jessica Elisabeth
Foto: unsplash.com
Sumber: tempo.co, detik.com, kompas.com, pikiran-rakyat.com, hitekno.com

Tags: Badan Riset Inovasi NasionalBRINErasthosthenesFenomena AlamGaris KhatulistiwaHari Tanpa BayanganKulminasimatahariMiangasRote NdaosabangSabu Raijua
Christabella Abigail Loppies

Christabella Abigail Loppies

Related Posts

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). (kompas.com)
Iptek

Kelamnya Sejarah Revolusi Indonesia: Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

May 9, 2025
Ilustrasi sorgum. (Pixabay/Bishnu Sarangi)
Iptek

Sorgum: Harapan Pangan Nasional di Tengah Krisis Iklim

May 7, 2025
Pameran model dan kerangka burung dodo di Museum of Natural History. (oumnh.ox.ac.uk)
Iptek

Jejak Terakhir Burung Dodo: Kisah dari Spesies yang Punah

April 29, 2025
Next Post
Produktivitas WFH

Intip Beberapa Tips untuk Maksimalkan Produktivitas Selama WFH

Comments 1

  1. binance says:
    8 months ago

    Your article helped me a lot, is there any more related content? Thanks! https://accounts.binance.com/ar/register?ref=V2H9AFPY

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight + 11 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021