SERPONG, ULTIMAGZ.com – Hewan gajah sempat dijadikan bahan pembicaraan di media sosial. Hal ini didasari karena terdapat kecacatan pada bagian punggung gajah yang semakin melandai. Kemudian, warganet banyak berpendapat bahwa gajah sebetulnya tidak boleh untuk ditumpangi karena melihat struktur tulang gajah tidak diciptakan untuk mengangkut muatan.
🤍 cw // dari tetangga sebelah
No salty ya tapi salah ya kalo naik gajah? Kita kan bayar juga pic.twitter.com/Zbea6i6npG
— convomfs (@convomfs) February 24, 2023
Hewan gajah sebetulnya sudah menjadi kendaraan yang digunakan manusia dari beberapa abad yang lalu. Sampai saat ini, gajah masih menjadi kendaraan hewan yang dimanfaatkan manusia untuk mengangkat barang atau sekadar riding. Riding merupakan kegiatan berjalan-jalan dengan menaiki gajah.
Riding tersebut dapat Ultimates temukan di kebun binatang sebagai hiburan dan sebagai kurir untuk mengangkut barang-barang. Gajah juga dimanfaatkan sebagai kendaraan untuk berpatroli keamanan daerah atau bahkan dijadikan kendaraan untuk sebuah perayaan dalam suatu budaya.
Pada Kamis (02/03/23) tim ULTIMAGZ meminta pendapat kepada Ultimates mengenai pandangan mereka terhadap gajah yang kerap dijadikan kendaraan melalui question box di Instagram. Terkumpul dua puluh jawaban yang didapatkan ULTIMAGZ melalui question box tersebut. Hanya dua responden yang menjawab hal tersebut adalah lumrah dan sisanya menjawab hal tersebut tidak baik untuk kesehatan gajah.
Melihat cara pandang dari warganet, Ultimates, dan fakta umum yang ada, tim ULTIMAGZ akhirnya mewawancarai dokter hewan dan fokus di Komunitas Hutan untuk Sumatera (KHS), Christopher Stremme. Pada Jumat (03/03/23) untuk berbicara dan bertanya seputar gajah.
“Pertama, tidak ada satu pun hewan di dunia yang dibuat untuk mengangkat orang di atas punggungnya, tetapi bukan berarti dia (hewan) tidak bisa,” pembuka dari Christopher saat diwawancarai tim ULTIMAGZ via Google Meet pada Jumat (03/03/23).
Kendati demikian, jika hewan gajah tidak cocok untuk mengangkat muatan yang berat, justru gajah itu sendiri sudah dapat mengangkat tubuhnya yang berat. Berat gajah setidaknya sekitar tiga sampai tujuh ton yang ditopang oleh tulang, kaki, dan telapak kaki gajah. Hal tersebut merupakan hal yang lumrah bagi gajah.
“Bagaimana mungkin kerangka tulang gajah tidak bisa mendukung beban yang besar, sedangkan gajah binatang yang paling berat,” tutur Christopher.
Christopher pun menjelaskan mengenai anatomi dan biomekanika dari gajah yang menunjukkan struktur tulang kaki gajah dari atas punggung hingga telapak kaki gajah lurus secara vertikal.
“Kalau kita duduk di atas leher di sini (pada bagian leher dan tulang punggung lurus vertikal dengan telapak kaki gajah) itu sebenarnya salah satu posisi yang sangat kuat untuk mendukung (menopang) beban di atas,” jelas Christopher.
Selain itu, terdapat pendistribusian yang merata pada telapak kaki gajah, yang mampu mengangkut muatan berat. Berbeda dengan struktur tulang kuda, tulang kuku gajah semakin bawah semakin kecil, sedangkan tulang kuku kuda, semakin bawah semakin besar. Gajah berjalan di telapak kaki, sedangkan kuda berdiri di atas satu jari.
Selain membahas struktur tulang kaki gajah, pria yang menjadi dosen dokter hewan tersebut membahas struktur tulang punggung gajah. Terdapat perbandingan yang signifikan antara tulang punggung gajah dan kuda.
Tulang punggung gajah terlihat cenderung menonjol ke atas. Akan tetapi, Ultimates, gajah mampu menanggung beban di atas punggungnya.
Jika dilihat, tulang-tulang yang menonjol ke atas itu merupakan sumber kekuatan dari gajah itu sendiri. Ketika gajah sudah dewasa, tulang-tulang kecil di punggung akan tumbuh membesar dan mengeras. Hal tersebut yang memberikan kekuatan pada punggung gajah.
Berbeda dengan kuda, struktur tulang punggungnya terdapat bentuk yang cenderung melengkung dan berukuran kecil. Akan tetapi, kuda berjalan begitu cepat karena struktur tulang yang cukup fleksibel dan beban yang diangkutnya lebih sedikit.
“Kalau ada yang bilang dia (gajah) gak kuat (menopang muatan) itu hoax,” jelas Christopher.
Selain itu, Christopher menambahkan, jika terdapat kecacatan pada punggung gajah bukan dari muatan di punggungnya terlalu berat. Terdapat beberapa faktor yang memungkinkan kecacatan pada punggung gajah, yaitu pemasangan saddle dan cara manusia merawat gajah itu sendiri.
Pemasangan saddle ini perlu dipasang dengan benar pada punggung gajah. Jika Ultimates perhatikan punggung gajah dari belakang, terlihat seperti bentuk huruf v terbalik, itulah tulang punggung gajah. Saddle yang dipasang harus disebarkan ke punggung kanan dan kiri guna memelihara tulang punggung gajah.
“Jadi pemasangan saddle, padding, (dan) busa harus sesuai (dengan) anatomi gajah,” sambungnya.
Selain itu, Christopher menjelaskan beban muatan yang diangkat oleh gajah hanya sekitar sepuluh sampai lima belas persen dari berat badan gajah.
Adapun faktor lain yang mengakibatkan kecacatan terhadap gajah, yaitu pemeliharaan gajah itu sendiri. Christopher menekankan bahwa gajah juga perlu diberi istirahat, bermain, dan makan. Apabila dikekang atau dipekerjakan terus-menerus di atas jalanan beton, gajah akan kelelahan dan stres. Pasalnya, habitat gajah bukan di jalanan berbeton.
“Kalau kita tidak sesuaikan (saddle), ada kemungkinan ada luka, tetapi itu bukan karena berat beban di atas, itu karena salah pasang (saddle),” ungkapnya
Gajah juga merupakan makhluk hidup yang perlu istirahat dan makan untuk bertahan hidup. Hal tersebut agar gajah tidak cacat, bertahan, dan berumur panjang. Lamanya aktivitas riding gajah hanya delapan sampai sembilan jam, dengan catatan harus ada jam istirahat kurang lebih satu jam.
Kemudian, apabila gajah yang sudah dewasa mengalami luka berupa kepatahan tulang, hewan tersebut mustahil untuk disembuhkan. Tubuh yang besar membuatnya tidak memungkinkan untuk dioperasi selayaknya hewan kecil. Biar pun sembuh, anatomi gajah tersebut akan tetap bengkok.
“Secara prinsip, kalau ada gajah yang misalnya patah tulang atau kakinya bengkok, maka gak bisa dipakai lagi untuk riding. Kalau gajah seperti ini harus dibatasi dietnya sehingga dia tidak overweight dan bebannya berkurang,” Jelas Christopher.
Christopher menjelaskan bahwa gajah yang pincang cenderung akan menggunakan kaki sebelahnya untuk menumpu berat badannya. Sementara itu, bagian kaki yang sudah bengkok tidak akan digunakan lagi.
Berdasarkan anatomi dan struktur tulang gajah secara keseluruhan, dapat dinyatakan bahwa gajah dapat dimanfaatkan untuk riding sebagai kepentingan wisata atau patroli.
Namun, hewan terbesar di darat tersebut juga harus dirawat dengan benar sesuai dengan ketentuannya. Sebab, kesalahan pemeliharaan inilah yang dapat menimbulkan cacat, seperti luka lecet hingga kepatahan pada tulang.
Sebagai penutup wawancara, Christopher juga berpesan untuk berhati-hati dengan organisasi konservasi gajah yang sengaja memanfaatkan gajah cacat untuk mendapatkan dana.
Penulis: Aqeela Ara, Margaretha
Editor: Michael Ludovico
Foto: Bryant Alexander Wijaya, Christopher Stremme, Komunitas untuk Hutan Sumatera (KHS)