Sebab percaya akan keampuhan industri dan yakin bisa memupuk modal nasional dari kesenian dan keindahan alam, maka Bali menjadi obyek pariwisata. Kebudayaan rakyat ternoda digencet standar dagang internasional. Tari-tarian bukan lagi satu mantra, tetapi hanya sekedar tontonan hiburan. Pahatan dan ukiran bukan lagi ungkapan jiwa, tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.
(W.S. Rendra – Sajak Pulau Bali)
INILAH sepenggal bait puisi karya W.S. Rendra, Sajak Pulau Bali yang dibacakan oleh Djenar Maesa Ayu pada pagelaran seni bertajuk Puisi Bumi. Puisi tentang eksploitasi Bali yang sudah tercipta sejak zaman kejayaan seorang W. S. Rendra ini menunjukkan bahwa kegelisahan masyarakat akan eksploitasi pulau Bali bukanlah hal yang baru.
“Kita di tahun 2014 masih membicarakan isu yang sama. Ini membuat saya berpikir perjuangan kita untuk menyelamatkan Bali belum selesai, dan perjuangan ini akan panjang. Jadi, jangan pernah menyerah dan selalu semangat,” kata Djenar sebelum membacakan puisnya pada acara yang diselenggarakan oleh Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBali) ini.
Acara yang berlangsung Rabu, (17/12) di 365 Eco Bar, Jakarta Selatan ini digelar sebagai bentuk penolakan rencana reklamasi Teluk Benoa, Bali sejalan dengan Peraturan Presiden nomor 51 tahun 2014 yang akan mengubah status Teluk Benoa dari kawasan konservasi perairan menjadi kawasan pemanfaatan umum dan mengijinkan reklamasi seluas maksimal 700 hektar.
Beberapa pengisi acara yang berlatar belakang penulis, filsuf, hingga seniman hadir untuk membacakan puisi, di antaranya Rocky Gerung, Okky Madasari, Putu Fajar Arcana, Tommy F. Awuy, Agus Noor, dan Djenar Maesa Ayu. Adapun penampilan dari Melani Subono, Surya Kencana dari UI, Nosstress, serta band lokal lainnya.
Anggota ForBali, Ari dan Wisnu mengungkapkan, masyarakat harus tahu alasan dari penolakan proses pembuatan daratan baru di lahan Bali ini. Rencana pengerukan lahan yang tadinya tertutupair mengakibatkan banjir dan rusaknya ekosisten hutan mangrove terluas di Bali. Daya tampung air bersih pun menjadi berkurang.
Selain itu, penandatanganan rencana reklamasi Bali oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini akan me nyebabkan kemacetan akibat datangnya sekitar 400 ribu tenaga kerja ke lokasi Teluk Benoa yang akan dijadikan kawasan bisnis dan properti. Hal ini juga dapat mengesampingkan nilai keluhuran di Bali, sehingga masyarakat yang datang akan lebih mencari hiburan daripada menggali kekayaan alam dan budaya.
Penulis: Danielisa Putriadita
Penulis: Ghina Ghaliya
Foto: Guido Caesar, Hafiz Gemilang