SERPONG, ULTIMAGZ.com – Akibat pandemi Covid-19, banyak kegiatan di kampus dibatalkan. Tentu, hal ini bertujuan untuk mencegah penularan virus korona. Meski banyak kendala yang disebabkan pandemi, Himpunan Mahasiswa Teknik Fisika dan Teknik Elektro Universitas Multimedia Nusantara (HIMFERA UMN) Generasi 2 mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan.
Paling tidak, hal ini bisa diketahui dari survei ULTIMAGZ terkait program kerja (proker) HIMFERA yang diisi oleh 22 responden yang terdiri dari 11 mahasiswa Teknik Fisika dan 11 mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2017-2020 pada 19-24 November lalu. Keduapuluh dua responden ini mewakili 25 persen dari keseluruhan mahasiswa Teknik Fisika dan Elektro di UMN.
Hasil survei menunjukkan seluruh responden atau 100 persen responden mengetahui keberadaan HIMFERA. Mayoritas responden mendapatkan informasi terkait kegiatan-kegiatan himpunan tersebut dari teman (95 persen) dan media sosial resmi HIMFERA (90,9 persen), diikuti dengan Orientasi Mahasiswa Baru (59,1 persen), E-mail student (50 persen), media kampus (27,3 persen), dan media sosial resmi UMN (22,7 persen).
Kemudian, survei juga menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa Teknik Fisika dan Elektro tahu banyak mengenai proker yang dilaksanakan HIMFERA. Ketika ditanyakan seberapa tahu mereka terkait proker dari skala 1-5, sebanyak 9 responden (40,9 persen) menjawab skala lima, lalu diikuti dengan mahasiswa lainnya berjumlah 7 responden (31,8 persen) menjawab skala tiga, dan sisanya berjumlah 6 orang (27,3 persen) menjawab skala empat. Tidak ada responden yang menjawab skala satu dan dua.
Sederhannya, mayoritas responden merasa sangat mengetahui proker yang dilaksanakan HIMFERA Gen 2 dan tidak ada yang kurang mengetahui apa yang sedang dikerjakan HIMFERA Gen 2.
Lalu, survei menunjukkan bahwa mayoritas proker HIMFERA diketahui oleh banyak responden. Dari tujuh proker, hanya satu proker yang paling sedikit diketahui oleh responden (50 persen). Proker ini pun sebenarnya juga hanya ditujukan untuk calon-calon anggota HIMFERA berikutnya dengan tujuan untuk melatih calon HIMFERA generasi berikutnya.
Enam proker lainnya diketahui oleh mayoritas responden. Seluruh responden (100 persen) mengetahui proker Bukan Makrab Teknik Biasa (BETA), 21 responden (95,9 persen) mengetahui proker tutor, 20 responden (90,9 persen) mengetahui proker Seminar, 19 responden (86,4 persen) mengetahui proker BETA PEDULI, 17 responden (77,3 persen) mengetahui proker Latihan Dasar Mahasiswa Teknik (LDMT), dan 13 responden (59,1 persen) mengetahui proker CEPETeam.
Maka dari itu, tidak terlalu jauh untuk menganggap mayoritas mahasiswa Teknik Fisika dan Elektro aktif dan terlibat dengan kegiatan-kegiatan HIMFERA. Hal ini juga didukung dengan beberapa jawaban responden terkait saran dan kritik kepada HIMFERA.
“Program kerja yang ada walau dijalankan secara online masih memunculkan kinerja yang bagus dan berdampak baik”
“Udah keren, apalagi BETA dan LDMT.”
“Dari keseluruhan program kerja udah bagus, pelaksanaannya juga udah cukup bagus walaupun pandemi proker bisa berjalan. Semoga generasi selanjutnya bisa lebih baik lagi.”
Namun, sebagian responden juga menjawab bahwa mereka merasa proker HIMFERA seharusnya bisa menjadi lebih baik lagi.
“LDMT dan konprodnya dapat dikemas menjadi lebih menarik”
“Untuk LDMT, materi lebih dipersiapkan lagi”
Kendati demikian, mereka yang memberikan aspirasi ke HIMFERA masih termasuk minoritas, yaitu 7 orang (31,8 persen). Namun, mereka mengaku mendapatkan tanggapan dari HIMFERA terkait aspirasi mereka. Bahkan, hampir ketujuh responden ini merasa bahwa aspirasi mereka membawa perubahan dan berguna.
“Dibantu oleh HIMFERA dengan dibuatkannya kasnara sebagai tempat untuk anak-anak yang ingin belajar memulai usaha, walaupun belum jalan secara sempurna.”
“acara menjadi lebih menarik”
“Merasa berguna.”
Dua proker tidak berjalan
Ketua HIMFERA Generasi 2, Markus Gielbert, mengakui bahwa tidak semua prokernya bisa berjalan karena pandemi Covid-19. Proker-proker ini adalah Company Visit dan GAUSS.
“Company Visit itu gak jadi, karena pandemi gini ya, gak ada yang mau nerima. Seharusnya memang kami mengusahakan, tapi mana ada yang mau menerima massa yang banyak seperti ini,” jelas Gielbert ketika diwawancarai ULTIMAGZ melalui Zoom.
Ia menjelaskan lebih lanjut, proker tersebut tidak bisa dijalankan secara daring karena lebih seperti menonton video promosi perusahaan jika demikian. Hal ini karena dalam ilmu Teknik, menurut Gielbert, perlu aktif dan melihat pengerjaan industri, keamanan, energi, dan lainnya secara langsung, tidak bisa secara daring.
Sementara itu, GAUSS, dikatakan Gielbert, pada awalnya adalah kegiatan gerakan sosial yang dilakukan dengan bekerja sama dengan organisasi lainnya. Namun, banyak organisasi lainnya belum terbiasa dengan situasi pandemi Covid-19 sehingga harus dibatalkan.
Kendati demikian, Gielbert merasa GAUSS tidak benar-benar dibatalkan, tetapi digantikan BETA PEDULI, gerakan sosial dengan menyumbang bantuan seperti hazmat dan Alat Pelindung Diri (APD) ke rumah sakit. Namun, BETA PEDULI juga mengalami hambatan. Gielbert menyatakan bahwa akan ada usaha lain untuk BETA PEDULI walaupun belum bisa dibocorkan.
Meski ada program yang tak berjalan, Gielbert yakin visi dan misinya cukup tercapai selama masa jabatannya. Hal ini karena Gielbert memiliki visi untuk menyatukan HIMFERA dan menurutnya HIMFERA Generasi 2 itu sangat solid. Hal ini ditandai dengan bertahannya HIMFERA selama pandemi Covid-19. Terkait misi, Gielbert memiliki misi untuk membuat proker yang bisa melibatkan anggota dan mengembangkan potensi anggoa tersebut. Ia merasa cukup berhasil karena kemampuan HIMFERA yang cukup dalam menyediakan materi tutor dan seminar.
“Dari sisi internal yang harus di-improve dari HIMFERA adalah bagaimana HIMFERA harus terus berkembang. Gimana supaya kerjanya lebih efektif, efisien, dan solutif,” kata Gielbert ketika ditanya terkait apa yang masih kurang di HIMFERA.
“Di HIMFERA gen 2, kami mencoba membuat sistem dari nol sampai ada sistem. Jadi HIMFERA punya budaya dan sistem yang bisa dilanjutkan oleh HIMFERA gen selanjutnya. Yang harus di-improve adalah bagaimana meningkatkan keefektifan sistem ini dan juga membudayakannya.”
Penulis: Ignatius Raditya Nugraha, Louis Brighton Putramarvino
Editor: Abel Pramudya
Foto: Caroline Saskia dan Charles Putra