SERPONG, ULTIMAGZ.com – Istilah mahasiswa rantau telah menjadi hal yang umum di dunia perkuliahan. Beberapa orang harus berangkat jauh dari tempat asalnya untuk menuai ilmu karena keterbatasan kampus ataupun jurusan. Qhedyzya Ricardiane Da Costa Ribeiro (21) atau kerap disapa Qhedy adalah salah satunya.
Mahasiswa asal Timor Leste ini merantau hingga ke Gading Serpong, Tangerang, Indonesia untuk mengulik dunia perfilman di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Qhedy mendaftarkan dirinya dalam program beasiswa UMN yang diperuntukkan warga negara asing. Setelah melalui tes tertulis dan wawancara, Qhedy secara resmi diterima sebagai mahasiswa jurusan Film UMN 2021.
Baca juga: Cara Jitu Atur Keuangan Anak Kos
Namun, pandemi Covid-19 yang masih merajalela saat itu tidak bisa membuat Qhedy langsung memulai perantauannya. Tahun pertamanya sebagai mahasiswa dilalui di Timor Leste secara online. Oleh karena itu, Qhedy memulai perjalanannya sebagai mahasiswa rantau pada saat UMN secara resmi melaksanakan pembelajaran tatap muka yaitu Agustus 2022.
Meski jauh dari daerah asalnya, merantau bukanlah hal yang menakutkan bagi Qhedy. Baginya, merantau justru adalah kesempatan untuk belajar.
“Aku ingin belajar hidup sendiri juga, belajar hidup mandiri. Selain itu, aku juga suka belajar soal culture gitu ‘kan. Jadi, menurut aku ini adalah kesempatan aku untuk belajar dan mendapatkan pengalaman baru,” ungkap Qhedy saat diwawancarai ULTIMAGZ pada Rabu (04/10/2023),
Pindah Tempat dan Jurusan Untuk Film Timor Leste
Selain pengalaman baru, merantau jadi kesempatan Qhedy untuk belajar perfilman. Menurutnya, belum ada peluang untuk industri perfilman di Timor Leste. Hal ini terlihat dari minimnya film yang diproduksi di sana. Selain itu, universitas di Timor Leste sendiri tidak menyediakan jurusan yang berkaitan dengan film.
“Makanya aku ingin kuliah di sini (UMN), terus ingin fokus belajar film supaya nanti aku bisa berkontribusi, terutama di dunia perfilman di sana (Timor Leste), negaraku,” jelas Qhedy soal tujuannya.
Sebelum menjadi mahasiswa film, Qhedy sempat berkuliah di Universitas Nasional Timor Leste atau Universidade Nacional Timor Lorosa’e (UNTL) jurusan Teknik Sipil selama satu semester. Saat pertengahan semester satu, teman Qhedy memberitahu soal beasiswa UMN. Keberadaan jurusan Film membuat Qhedy tertarik dan menemukan tujuan yang ingin dicapainya yaitu berkontribusi dalam dunia film Timor Leste.
Gadis kelahiran 2002 ini telah melalui perkuliahan di dua tempat berbeda dengan jurusan yang berbeda pula. Menurut Qhedy, tentu hal ini memberikan pengalaman yang berbeda.
“Yang pertama jurusan, itu sudah beda banget. Terus, lingkungan dan bahasa. Kalau di sana, mungkin karena aku jurusan teknik sipil, kadang aku merasa terlalu individualis begitu, loh,” cerita Qhedy.
“Kalau misalnya di UMN ‘kan, apalagi di film ya, setiap semester itu kita selalu bikin kelompok. Jadi aku merasa kayak ada kerja samanya,” lanjutnya.
Walau Qhedy telah memahami bahasa Indonesia sejak ia tinggal di Timor Leste, tetapi ia belum begitu fasih untuk berbicara. Ia juga sempat kebingungan dengan penggunaan bahasa gaul ketika awal merantau.
Hal itu membuatnya cukup kesulitan untuk memahami maksud perkataan teman-temannya. Namun, Qhedy terus belajar dan beradaptasi sehingga kini dapat berbahasa Indonesia dengan lancar.
Selain itu, Qhedy juga menemukan individu yang berbeda-beda di UMN. Banyak mahasiswa yang asal daerahnya tersebar dari berbagai penjuru Nusantara.
Sebagai satu-satunya anak yang merantau dari empat bersaudara, Qhedy sempat takut memberitahukan orang tuanya mengenai keputusan untuk berkuliah jauh. Ia khawatir bahwa orang tuanya tidak setuju, khususnya karena Qhedy telah menjalani perkuliahan di jurusan Teknik Sipil.
Nyatanya, orang tua Qhedy setuju dengan keputusan Qhedy. Keluarganya terus mendukung hingga kini Qhedy menjalani perkuliahan di Gading Serpong. Qhedy berharap semua yang ia dapatkan saat merantau dapat digunakan sebaik mungkin di Timor Leste, khususnya untuk perkembangan dunia perfilman.
“Aku enggak mau ngerantau aku sia-sia. Jadi, aku lebih ingin belajar lagi terutama kayak nyari pengalaman begitu. Terus yang paling penting menurut aku relasi. Jadi, ngasih hasil yang terbaik lah selama kuliah di UMN,” ujar Qhedy.
Tantangan dan Tips Merantau
Homesick menjadi salah satu tantangan yang kerap dialami oleh para mahasiswa rantau, termasuk Qhedy. Homesick sendiri merupakan keadaan di mana seseorang rindu dengan orang-orang atau suasana kampung halamannya. Kondisi ini terjadi ketika seseorang berada jauh dari lingkungan rumahnya dan belum beradaptasi di lingkungan yang baru.
Untuk menangani homesick, Qhedy biasanya kembali pada hobinya yaitu musik. Ia menikmati lagu bergenre jaz dan akustik pop untuk menjadi lebih relaks. Qhedy juga melakukan video call dan saling mengirim pesan dengan keluarganya untuk bertukar kabar sekaligus melepas rindu.
Namun, homesick tidak menjadi satu-satunya tantangan yang perlu dihadapi mahasiswa rantau. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama Ultimates merantau.
Pertama, mencari dan memilih teman. Pastikan bahwa Ultimates berteman dengan orang yang bisa memberi dampak positif. Kemudian, Qhedy mengingatkan bahwa pentingnya untuk menjaga kesehatan.
Penting untuk selalu mengatur pola makan dan mengurangi konsumsi mi instan. Sering kali mi instan menjadi solusi bagi mahasiswa rantau untuk menghemat. Namun, konsumsi mi instan berlebih justru berdampak buruk bagi kesehatan.
Baca juga: Tips Atasi Homesick bagi Mahasiswa Rantau
Selama merantau, Ultimates akan jauh dari orang-orang yang sebelumnya tinggal bersama seperti keluarga. Maka dari itu, penting untuk selalu menjaga kondisi diri. Sebab, mahasiswa rantau akan lebih banyak mengandalkan kemandirian diri sendiri.
“Intinya (mahasiswa rantau) harus kuat lah. Tetap semangat meskipun kalian jauh, tapi kalian harus ingat kalau kalian di sini punya tujuan.”
Penulis: Jessie Valencia T.
Editor: Vellanda
Foto: Muhammad Daffa Abyan