SERPONG, ULTIMAGZ.com – Seminar penutup dari rangkaian acara Commpress 2018 yang bertajuk New Media dalam Regulasi, Serta Platform Jurnalisme Masa Kini dilaksanakan di Lecture Theater, Gedung D Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Kamis (19/04/18). Dalam seminar ini, para pembicara membahas bagaimana media mereka bergerak dalam dunia jurnalisme masa kini.
Para pembicara yang hadir dalam seminar jurnalistik adalah Editor-at–Large Tirto.id Zen Rs, Co–Managing Editor Asumsi.co Haifa Inayah – yang menggantikan Co-founder dan Editor-in-Chief Asumsi Pangeran Siahaan yang berhalangan hadir, dan Media Expert Uni Eropa Juan Barata. Seminar ini dipandu oleh Yearry Panji Setianto.
“Kenapa Tirto bisa langsung match dengan anak muda, maka penjelasannya adalah diferensiasi. Tirto sejak awal memilih kolam yang lain – memilih cara bermedia yang berbeda,” ujar Zen.
Media yang baru berumur 2 tahun ini memiliki konten yang long-form atau bisa dibilang ‘panjang’. Zen mengatakan, konten di Tirto panjangnya hampir mencapai 3 ribu kata. Walaupun konten yang dimiliki Tirto disebarkan secara online, anatomi Tirto adalah Mild Report, cenderung analisis.
Selain bentuk artikel, Zen juga memberikan contoh bagaimana Tirto menangani media sosial mereka. Konten-konten yang dibagikan oleh media sosial Tirto pasti tidak pernah memiliki judul yang sama dengan artikelnya.
“Kita memilih adminnya yang punya (kemampuan) satu, komprehensif reading; kedua, punya kemampuan copy writing, sehingga tes admin di kita bukan pernah jadi admin di perusahaan apa, tapi seberapa cepat kamu bisa memahami substansi sebuah teks dan seberapa cepat juga kamu melakukan rewarding untuk kepentingan sosial media kita,” jelas Zen.
Tirto juga tidak memilih untuk membanjiri timeline media sosial dengan menampilkan seluruh konten, melainkan memilih konten-konten yang layak dibaca saja.
Asumsi.co yang bermula dari Youtube ini juga membagikan upaya mereka untuk mengubah pemikiran anak muda yang menganggap politik sebagai hal yang elit. Salah satunya lewat pengemasan dengan cara visual story-telling yang cara penyampaiannya disesuasikan dengan selera anak muda sekarang.
“Menyadari bahwa di sini ada gap bahwa di Indonesia, politik itu identik dengan orang tua, sesuatu yang serius dan yang bahasanya terlalu kaku,” ujar Haifa menceritakan ide awal dari lahirnya Asumsi.co.
Asumsi mengemas pembahasan politik dengan bahasa sehari-hari anak muda “lu-gue” dan mendatangkan narasumber yang berasal dari elit politik. Penulisan artikel dari Asumsi.co pun baru mulai pada bulan november lalu, namun memang lebih membahas politik.
“Kita berusaha sandingkan dengan pop culture. Karena kan anak muda kan suka (bahasan) berbau-bau pop culture,” jelas Haifa mengenai konten website online Asumsi.
Selain itu, Haifa menceritakan kalau Asumsi juga membuat offline event di berbagai daerah, untuk memastikan medianya memiliki real time viewers.
Moderator menutup seminar dengan sebuah kesimpulan, bahwa masa depan jurnalistik di Indonesia masih cerah, walaupun banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti bagaimana menjaga kecintaan masyarakat Indonesia pada karya jurnalistik yang berkualitas.
Penulis: Rachel Rinesya Putri
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Ezra Pradipta