• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, November 20, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Budaya

Etika Berdiri di Eskalator di Jepang, Apa Kisah Dibaliknya?

Victoria Nadine Gunawan by Victoria Nadine Gunawan
November 20, 2025
in Budaya, Jalan-jalan, Lainnya
Reading Time: 2 mins read
Beberapa orang yang sedang berdiri dan berjalan di atas eskalator. (freepik.com)

Beberapa orang yang sedang berdiri dan berjalan di atas eskalator. (freepik.com)

0
SHARES
8
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Berdiam diri di atas eskalator mungkin terasa sepele, Namun, di Jepang, posisi berpijak di eskalator justru menjadi etika umum. Jika Ultimates hendak berkunjung ke Jepang, penting untuk memahami budayanya terlebih dahulu.

Melansir dari kompas.com, posisi berdiri masyarakat \di salah satu sisi eskalator sudah menjadi etika umum di Jepang. Menariknya lagi, posisi di mana masyarakat Jepang berdiri berbeda-beda tiap kota. Di Tokyo, mereka yang hendak bersantai dalam satu titik sebaiknya berada di sisi kiri. Sisi kanannya akan digunakan untuk orang yang sedang mengejar waktu atau memiliki preferensi untuk jalan dari pada menunggu di atas eskalator.

Baca juga: Papan Warna Biru dan Hijau Pada Rambu Lalu Lintas Berbeda, Ini Penjelasannya!

Sementara itu, posisi berdiri di Osaka berbanding terbalik, yang mana sisi kanan digunakan untuk berdiri dan menunggu, serta sisi kanan untuk berjalan. Posisi di mana mereka berdiri bukan muncul secara tiba-tiba, tetapi karena mempertahankan budaya dari aspek historikal.

Alasan di balik adanya perbedaan posisi antara  di Tokyo dan Osaka ialah mempertahankan kebiasaan dari zaman dahulu, yakni zaman Edo di Jepang. Pada saat itu, para pedagang Osaka membawa barang dan tas mereka dengan tangan kanan. Dengan perannya ini, maka mereka harus terus berjalan di sisi kanan agar tidak menabrak orang yang berlawanan arah dengan para pedagang ini, dilansir tensai-indonesia.com.

Sebaliknya, kisah dari masyarakat Tokyo juga berbeda, yang mana mereka mengadopsi kebiasaan samurai zaman Edo, sama seperti Osaka. Namun, perbedaannya adalah mereka melihat kebiasaan samurai yang terbiasa berjalan di sisi kiri. Tujuan para samurai untuk berdiri di sisi kiri adalah mempermudah menghunuskan pedang menggunakan tangan kanan jika ada orang yang lewat, dilansir dari happyjappy.com.

Baca juga: Mengenal Oshikatsu: Kultur Penggemar Idola dari Jepang

Meskipun berakar  dari sejarah berbeda, mereka tetap memiliki kesamaan tujuan yakni memberi ruang bagi orang yang perlu bergerak lebih cepat. Kebiasaan ini menjadi bentuk dasar bagaimana nilai empati masyarakat Jepang cukup tinggi karena mempertimbangkan keputusan orang lain dalam memilih jalan di publik.

Dengan melihat praktik ini, apakah masyarakat Indonesia juga memiliki peluang untuk menumbuhkan kebiasaan yang serupa dalam menghargai kebutuhan sesama? Jika ya, praktik seperti apa yang mungkin cocok dan selaras di Indonesia?

 

 

Penulis: Victoria Nadine Gunawan

Editor: Jessie Valencia

Foto: freepik.com 

Sumber: kompas.com, tensai-indonesia.com, happyjappy.com 

Tags: eskalatoretikaetika eskalatorjepangsejarah jepang
Victoria Nadine Gunawan

Victoria Nadine Gunawan

Related Posts

Pengangkatan Soeharto di prosesi upacara pemberian gelar pahlawan di Istana Negara pada Senin (10/11/25). (BBC/Aditya Pradana Putra)
Lainnya

Kontroversi Pengangkatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

November 18, 2025
Foto segelas matcha di atas meja. (freepik.com)
Iptek

Matcha: Tidak Berasal dari Negeri Sakura, tetapi dari Tiongkok?

November 17, 2025
Ilustrasi ayah dan anak yang saling menyayangi pada Hari Ayah Nasional. (freepik/jcomp)
Budaya

Hari Ayah Nasional: Rayakan Rasa Sayangmu Lewat Lirik Lagu

November 12, 2025

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 + 20 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021