JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Pementasan ke-30 Indonesia Kita berjudul Orang Orang Berduit pada hari kedua Sabtu (06/10/18) silam berhasil mengundang gelak tawa penonton di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Akbar selaku salah satu pemain turut merasakan euforia saat tampil membawakan komedi satir ini.
“Ya keren lah, penampilan dari temen-temen semua. Kita enggak lihat kita berkomedi, tapi ada pesan-pesan. Biar sampai kritikan-kritikannya, dibawakan dengan komedi,” ujar Akbar saat ditemui Ultimagz usai pertunjukan terakhir.
Pemilik nama asli Insan Nur Akbar ini menuturkan pesan yang bisa diambil dari lakon Orang-orang Berduit, yaitu uang bukanlah segalanya. Orang-orang seringkali menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang.
“Padahal bahagia tidak tergantung dari duit. (Termasuk) Kenangan indah tidak bisa dibeli dengan uang,” kata Akbar.
Orang-Orang Berduit menjadi cerminan realitas sosial yang ada di masyarakat. Tujuannya, ciri khas pementasan Indonesia Kita yang penuh humor bisa menjadi sebuah ‘ibadah’ kebudayaan untuk melestarikan rasa cinta pada negeri.
Direktur Kreatif Program Indonesia Kita sekaligus sutradara pementasan ini Orang-orang Berduit Agus Noor mengatakan lakon ini mengusung suasana intrik politik yang dikemas dalam gaya misteri, action, serta roman.
“Selain menggabungkan elemen-elemen seni pertunjukkan seperti drama, komedi, musik dan tari, pentas kali ini juga akan menggunakan teknik multimedia dan tata cahaya artistik. Bukan hanya untuk menghidupkan skenario panggung, tetapi juga untuk melakukan eksplorasi teknologi kerja kreatif,” jelas Agus.
Pertunjukan lakon Orang-orang Berduit dihelat dalam dua, yakni hari Jumat (05/10/18) dan dua kali di hari Sabtu (06/10/18). Lakon ini bercerita tentang persaingan dua orang kaya yang saling menyimpan rahasia dalam koper merah misterius. Sang nyonya mempunyai empat suami yang cemburu saat ia dekat dengan pria miskin. Selain Agus Noor, duo seniman Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto turut serta menata pementasan ini.
Penulis: Nabila Ulfa Jayanti
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Felisitasya Manukbua