JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Musisi muda Indonesia Ardhito Pramono menutup Coalesce 2018 dengan meriah di SMA Islam Al-Azhar 1, Jakarta (04/11/08). Pada kesempatan tersebut, Ardhito yang tampil bersama Iman (gitar), Bona (bass), Fadil (terompet), dan Aryo (drum) memainkan lagu karya Ardhito sendiri dan beberapa cover. Mereka berhasil memecahkan antusiasme para siswa dan pengunjung.
Ardhito mempersembahkan sembilan lagu dalam penampilannya, yaitu Bulb/Suit and Tie, Cinta Melulu, The Sun, Di Senayan, Di Dadaku Ada Kamu, Fake optics, Akhirnya, Bitterlove, dan Happines. Dari lagu-lagu tersebut, suasana berubah semakin pecah ketika lagu signature Ardhito dimainkan, yaitu Fake Optics dan Bitterlove.
“I love you, I love you!” teriak penonton yang didominasi oleh perempuan tersebut.
Menariknya, walaupun Ardhito adalah orang Indonesia tulen, suara dan pelafalan nyanyian lagu berbahasa Inggris-nya juga tak kalah dalam memanjakan pengunjung dari awal sampai akhir penampilan pemusik kelahiran 1995 tersebut. Terlebih lagi, para siswa SMA Al-Azhar tersebut meminta Ardhito encore atau melanjutkan penampilannya.
“We want more, we want more!” seru pengunjung.
Akhirnya, Ardhito meladeni permintaan pengunjung dan memainkan lagu terakhir sebelum selesai tampil, yaitu Radiohead (cover).
“Al-Azhar, I love you!” seru Ardhito kepada para siswa SMA Islam Al-Azhar 1 Jakarta sembari mengakhiri Coalesce 2018.
Ketua Pelaksana Coalesce 2018 Abdu Rafie menjelaskan bahwa Coalesce 2018 adalah acara yang mengusung tema Pop Java dan menonjolkan bazar-bazar lokal. “Jadi, Coalesce itu artinya bersatu. Nah, kami ingin menyatukan musik budaya Jawa dan budaya modern,” jelas Abdu.
Selain itu, menonjolkan bazar lokal berarti mengundang para penjual produk lokal untuk berjualan di bazar Coalesce 2018. Harapannya, penonjolan pada produk lokal ini bisa mengantar para siswa dan tamu undangan agar paham bahwa produk lokal tidak kalah dari produk luar negeri.
“Enggak cuma produk luar yang bagus, melainkan ada produk dalam negeri yang bisa bersaing dan tidak kalah dalam kualitas,” tambahnya.
Walaupun bermaksud menonjolkan bazar lokal, sebagian penjual produk lokal itu sendiri mempunyai beberapa keluhan mengenai berbagai macam hal, seperti suhu booth yang panas, kurangnya fasilitas penyejuk ruangan seperti kipas angin, dan jumlah pengunjung yang sepi dibandingkan bazar-bazar lain.
“Kurang kipas angin sepertinya, sebaiknya setiap booth diberikan kipas angin. Yang datang juga amat sangat kurang,” ungkap Manajer Kukoyo Daniel yang menjual produknya di bazar.
Penulis: Ignatius Raditya Nugraha
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Ergian Pinandita