JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Menyambut hari buruh yang dirayakan pada 1 Mei mendatang, sejumlah organisasi, lembaga, dan serikat pekerja menggelar Festival Pekerja. Rangkaian acara Festival Pekerja dimulai dari Sabtu (21/04/18) sampai Minggu (22/04/18). Salah satu acara yang terdapat dalam rangkaian Festival Pekerja adalah diskusi panel Idealisme dan Realitas Pekerja Media yang diselenggarakan pada Sabtu (21/04/18) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Pusat.
Diskusi panel tersebut turut mengundang beberapa panelis, diantaranya Ghina Ghaliya Quddus (Wartawan Kontan), Evi Mariani (Wartawan Jakarta Post), Satrio Arismunandar (Praktisi Media dan Penulis) dengan moderator Dinda Larasati (Remotivi).
Mengangkat tema Idealisme dan Realitas Pekerja Media, diskusi tersebut membahas mengenai realita serta tuntutan para pekerja media. Salah satu panelis, Gina, yang merupakan alumni Jurnalistik UMN awalnya mengaku terkejut dengan lingkungan kerja di media.
“Dulu membayangkan jatah menulis sedikit. Sejak ada konvergensi media dalam satu hari kami diwajibkan menulis sekitar 7-10 artikel,”
“Kampus hanya mengajarkan cara menulis yang bagus, bukan pressure yang ada di lapangan karena saat sudah berada di lapangan semua menjadi beda,” lanjut Gina.
Menjawab pertanyaan dari salah satu peserta diskusi tentang tekanan yang dihadapi para pekerja media di era konvergensi, Satrio memberi dampak positif dan negatif dari adanya konvergensi media.
“Konvergensi media membuat wartawan berkembang dalam profesionalitas, tetapi diperas oleh kapitalistik,” jelas Satrio.
Tema besar dari Festival Pekerja adalah Buruh adalah Pekerja. Siapa Pekerja? Kita Semua dengan tujuan menyadarkan para pekerja bahwa mereka adalah buruh karena relasi yang terjalin adalah relasi buruh dengan pemilik modal.
“Orang yang bekerja di media sering terkecoh dengan julukan profesional, padahal ciri profesi adalah keterampilan atau kemampuan, rasa tanggung jawab dengan tidak membuat berita bohong, tergabung dalam suatu organisasi profesi seperti AJI (Aliansi Jurnalis Independen). Julukan professional karena mereka menjalankan profesinya,” tutup Satrio.
Satrio berharap para buruh bersatu dengan membuat serikat kerja di tempat kerja masing-masing hal ini untuk mencegah keleluasaan kebijaksaan yang terkadang hanya akal-akalan perusahaan.
Penulis : Agatha Lintang
Editor : Gilang Fajar Septian
Foto : Agatha Lintang