• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Sunday, June 1, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

Gaung Kebebasan Berpakaian dan Pelecehan Seksual di Women’s March Jakarta 2019

by Andi Annisa Ivana Putri
May 3, 2019
in Event
Reading Time: 2 mins read
Gaung Kebebasan Berpakaian dan Pelecehan Seksual di Women’s March Jakarta 2019

Seorang aktivis yang turut menyuarakan aspirasi dalam acara Women's March Jakarta dengan rute dari Hotel Sari Pasific, Sarinah hingga Taman Aspirasi pada Sabtu (27/04/2019). Dalam suaranya, aktivis tersebut menyuarakan kebebasan berpakaian wanita. (ULTIMAGZ/Gabriela Vivien).

0
SHARES
739
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Setelah mengalami pengunduran jadwal dari Maret ke April, Women’s March Jakarta kembali hadir pada Sabtu (27/04/19). Pawai yang dimulai dari depan Hotel Sari Pan Pasific hingga Taman Aspirasi Monas ini menyuarakan beragam tuntutan terkait kesetaraan hak perempuan Indonesia.

Meski tuntutan yang digarisbawahi adalah soal penyegeraan pengesahaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS), tetapi beberapa peserta pawai turut memperlihatkan permasalahan lain yang sering luput dari perhatian masyarakat Indonesia. Salah satunya yaitu terkait kebebasan berpakaian dan pelecehan seksual. Kebebasan berpakaian perempuan Indonesia masih terbilang rendah. Bahkan menurut Descha, salah satu peserta Women’s March Jakarta, kebebasan berpakaian di Indonesia sama sekali tidak ada. Untuk terjun ke ruang publik, perempuan diharapkan mengenakan pakaian yang tertutup karena dianggap mampu menjaga si perempuan.

“Enggak ada kebebasan di Indonesia. Lu mau pakai (baju) yang minim, dihujat. Lu mau pake niqab, dihujat katanya teroris. Kalau pakaian minim katanya cewek enggak benar. Jadi, lu mau pakai apa lu salah,” kata peserta yang membawa poster bertuliskan ‘the problem is not your clothes but the pervert’ itu.

Poster-poster yang dibawa oleh para aktivis dalam acara Women’s March Jakarta 2019. (ULTIMAGZ/Gabriela Vivien)

Seorang peserta Women’s March Jakarta bernama Ghea menyatakan bahwa pakaian yang sopan tidak membuat perempuan terbebas dari pelecehan seksual. Ia bercerita pernah mendapat pelecehan seksual ketika mengenakan kaus Barong Bali yang menurutnya tidak menunjukkan kesan seksi.

Hal senada disampaikan oleh peserta pawai lainnya, Neysa. Menurutnya, terlalu berlebihan jika berpakaian sedikit terbuka masih dianggap tabu, padahal hal tersebut tidak bermaksud untuk ‘memancing’ tindak pelecehan seksual.

“Kalau misalnya ada pelecehan seksual atau perkosaan terus yang pertama ditanya itu pasti ‘memang ceweknya pakai baju apa?’ Padahal, aku sendiri berpengalaman waktu itu berseragam tapi di-catcall dan saat itu aku pakai kerudung,” katanya.

Ruang publik menjadi arena yang seolah menyeramkan bagi perempuan. Hal ini didukung laporan yang dibuat oleh Thomson Reuters Foundation pada 2014, transportasi umum sebagai salah satu area publik Indonesia menduduki posisi kelima terburuk di dunia. Bahkan berada di posisi dua Asia setelah New Delhi.  

Baik Descha, Neysa, ataupun Ghea adalah sedikit contoh dari para peserta Women’s March yang ingin menekankan bahwa pencegahan terjadinya pelecehan seksual tidak bisa dititikberatkan pada pakaian, melainkan melalui pengubahan pola pikir. Dengan diangkatnya permasalahan ini melalui poster-poster para peserta Women’s March, diharapkan dapat menyebarluaskan polemik yang sebenarnya terjadi.

Penulis: Andi Annisa Ivana Putri

Editor: Anindya Wahyu Paramita

Foto: Gabriela Vivien

Tags: feminismefeministkebebasan berpakaiankesetaraan genderpatriarkiPelecehan Seksualvictim blamingWomen's Marchwomen's march 2019Women's March Jakarta
Andi Annisa Ivana Putri

Andi Annisa Ivana Putri

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Menerima Kenyataan adalah Kunci Penyembuhan Depresi

Menerima Kenyataan adalah Kunci Penyembuhan Depresi

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021