• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Friday, July 4, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Event

‘Jakartasentris’, Permasalahan Pertelevisian di Indonesia

by Christian Karnanda Yang
July 27, 2016
in Event
Reading Time: 2 mins read
‘Jakartasentris’, Permasalahan Pertelevisian di Indonesia

Salah satu karya seni yang dipamerkan saat Diskusi Publik "Telefiksi: Dongeng Semu Penyiaran" berlangsung di Plaza Semanggi, Sabtu (23/07). Berjudul "Monoton TV: Jam Segini Nonton Apa" karya berupa jam ini secara tidak langsung menunjukkan konten-konten penyiaran televisi yang sarat akan hal-hal berbau Jakarta.

0
SHARES
760
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Ignatius Haryanto sebagai pembicara dalam diskusi publik Centre for Innovation for Policy and Governance (CIPG) bertajuk “Telefiksi: Dongeng Semu Penyiaran”, mencetuskan ‘Jakartasentris’, yakni istilah yang menggambarkan bias konten-konten media penyiaran khususnya televisi di Indonesia yang sangat didominasi oleh informasi dari dan tentang Jakarta. Ia membahas permasalahan tersebut pada acara yang berlangsung di Main Atrium Plaza Semanggi, Sabtu (23/7) itu.

“Isi televisi kita terlalu ‘Jakartasentris’. Padahal Indonesia bukan cuma Jakarta,” demikian ia berujar. Ia pun memberikan contoh, seperti bagaimana pemberitaan di  televisi membahas tentang banjir Jakarta yang terjadi dua hari yang lalu dengan intensitas yang tinggi. Padahal menurutnya, informasi ini belum tentu relevan dengan masyarakat di luar Jakarta.

Demikian juga dengan konten penyiaran lain seperti sinetron. Menurutnya, sinetron Indonesia dipenuhi oleh hal-hal yang berbau Jakarta. “Belum lagi kalau kita melihat isi sinetron kita. Cara berbicaranya, masalahnya, dan lain-lain, itu khas orang Jakarta banget,” tambahnya.

Pemaparan ini didasari atas hasil riset CIPG di tahun 2013 berjudul Produksi Konten, “Penentuan Hidup Bersama: Sejauh Mana Media Menjunjung Prinsip Kewarganegaraan?”. Riset tersebut menyatakan bahwa 69.9 persen informasi dan berita berasal dari pulau Jawa, yang 49 persen diantaranya didominasi dari Jakarta. Pria yang akrab disapa Mas Kumkum ini juga mengatakan bahwa bias ini diperburuk dengan alat pengukur rating people meter yang hanya dipasang di 11 kota di seluruh Indonesia, di mana enam diantaranya berada di pulau Jawa.

Imbas dari ‘Jakartasentris’ ini, menurutnya, adalah seperti orang-orang dari daerah luar Jakarta yang apabila muncul di layar kaca cenderung akan menjadi objek perundungan. “Misalnya Arie Kriting (komedian), ya diolok-olok. Dianggap aneh, dianggap tidak beres, berbeda, dan hal-hal seperti itu,” jelasnya memberi contoh seraya menyebut salah satu stand-up comedian itu.

Masalah ‘Jakartasentris’ ini juga diamini oleh pembicara lainnya, yakni Ade Armando. Ditemui seusai wawancara, ia setuju bahwa media penyiaran Indonesia terlalu condong ke Jakarta. Padahal menurutnya, media-media swasta yang memiliki jaringan media di daerah-daerah harusnya memberikan konten dan informasi yang relevan dengan daerah tersebut seperti musik, berita, atau talkshow lokal.

Dengan mayoritas berita dan informasi dari Jakarta, ia merasa bahwa tindakan tersebut tidak demokratis, terutama bagi masyarakat daerah. “Misalnya Anda orang Semarang, Anda ingin dengar dong, berita tentang Semarang,” kata Ade memberikan contoh. “Tapi waktu Anda buka televisi yang muncul semua berita Jakarta atau Jawa,” tambahnya.

Ade pun berpendapat bahwa masyarakat daerah memiliki potensi untuk mengembangkan konten lokal di media.

Untuk solusi, Ade berpendapat, sistem siaran jaringan yang sebenarnya wajib dilakukan dapat diaplikasikan untuk menghilangkan masalah ‘Jakartasentris’. “Sistem siaran jaringan sudah diwajibkan oleh UU Penyiaran, yang sebetulnya sudah ada di peraturan pemerintah yang dikeluarkan Kominfo dan juga KPI,” ujar Ade.

Bahwa dengan mematuhi aturan dengan menyediakan konten dan informasi bermuatan lokal, konten-konten berbau Jakarta tidak akan terlalu mendominasi lagi. “Kalau itu dijalankan saja, apa yang tadi Anda gambarkan sebagai ‘penjajahan’ Jakarta ke daerah tidak akan berlangsung setotal seperti sekarang,” jelasnya.

Penulis: Christian Karnanda Yang 

Editor: Alif Gusti Mahardika

Foto: Christian Karnanda Yang 

Tags: 2016adeade armandoarmandocipgdiskusieventharyantoignatiusignatius haryantoIndonesiaKominfokomisikpipenyiaranpublikrisettelefiksitelevisiultimagz
Christian Karnanda Yang

Christian Karnanda Yang

Nama lengkap : Christian Karnanda Yang Email : christiankarnandayang@gmail.com

Related Posts

Nyoman Paul tampil perdana di BNI Java Jazz Festival 2025 yang digelar di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (30/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Nyoman Paul Debut di Java Jazz Festival 2025 dengan Album LUAP

May 31, 2025
IMDES 2025 menggelar Student Exhibition di area Nusakara, Universitas Multimedia Nusantara, pada Kamis (15/05/25). (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

IMDES 2025 Angkat Tema Keberlanjutan: Mahasiswa Tunjukkan Gagasan Inovatif

May 17, 2025
Aksi Kamisan ke-860 digelar di seberang Istana Merdeka, Kamis (08/05/25), untuk mengenang Marsinah dan menolak wacana Soeharto sebagai pahlawan nasional. (ULTIMAGZ/Putri C. Valentina)
Event

Mengenang 32 Tahun Kematian Marsinah Lewat Aksi Kamisan Ke-860

May 14, 2025
Next Post
Mengkritisi Semunya Dunia Penyiaran Indonesia

Mengkritisi Semunya Dunia Penyiaran Indonesia

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021