Dalam rangka Hari Perempuan Internasional, Institut Ungu mempersembahkan pertunjukan teater berlatar sejarah ‘65 “Nyanyi Sunyi Kembang-Kembang Genjer” yang ditulis, disutradarai, dan diproduseri oleh Faiza Mardzoeki pada 7-9 Maret 2014 di GoetheHaus, Menteng, Jakarta Pusat.
Banyak tantangan dalam proses penciptaan karya ini. Faiza dan kawan-kawan yang mengalami langsung ketakutan akibat propaganda hitam tentang perempuan-perempuan tahanan politik ’65 oleh Orde Baru, melakukan riset tentang hal yang bertolak belakang dengan apa yang dijejalkan oleh kurikulum di sekolah-sekolah.
Pertunjukan teater ini mengangkat kisah pergulatan pikiran dan batin lima perempuan lanjut usia yang dulu pernah menjadi tahanan politik ’65 selama lebih dari 10 tahun. Mereka bergulat dengan kenangan masa mudanya, di mana ada kebanggaan yang bercampur dengan pengalaman pahit dan trauma akibat kekerasan seksual, serta stigma negatif yang ditempelkan pada mereka.
Teater ini dibuat untuk memberi suara dan menolak lupa tentang perempuan korban politik ’65 yang mempunyai hak sama dengan rakyat lainnya. Bahkan, mereka ikut serta membangun fondasi berdirinya bangsa Indonesia, terutama kaum perempuan.
Pertunjukan yang didedikasikan kepada para perempuan yang pernah menjadi tahanan politik ’65 dan korban kekerasan seksual di seluruh dunia ini diperankan oleh enam pemain, yaitu Niniek L. Karim, Pipien Putri, Irawita, Ani Surestu, Ruth Marini, dan Heliana Sinaga.
Kegiatan ini juga didukung oleh berbagai organisasi masyarakat diantaranya ELSAM, Kontras, LBH Jakarta, Komnas Perempuan, Perempuan Mahardika, Indonesia untuk Kemanusiaan, dan Bites.
[divider] [/divider] [box title=”Info”] Reporter: Ghina Ghaliya
Editor: Patric Batubara
Fotografer : Bimo Dwi Yanto[/box]