JAKARTA, ULTIMAGZ.COM – Dalam jumpa pers teater berjudul “Kepada Gema” yang diadakan di Kemang, Jakarta (16/11/17), aktris Pia Nasution menyampaikan harapannya terhadap perkembangan dunia teater di Indonesia. Menurutnya, seni teater Indonesia masih lesu dan tertinggal jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
“Perfilman Indonesia juga sekarang sudah mau naik, jadi alangkah baiknya kalau seni-seni lain di Indonesia itu juga naik gitu, salah satunya dari segi teater,” ujar Pia.
Ia menambahkan bahwa di Malaysia dan Singapura, isu yang diangkat ke dalam seni teater sangat beragam. Berdasarkan pengalamannya, di kedua negara tersebut dirinya dapat menikmati pertunjukan teater dengan pilihan tema yang lebih beragam. Sementara di Indonesia, pilihan tema teater cenderung masih terbatas.
Dalam projek pementasan ketiga produksi Ruang Imaji ini, wanita yang bernama asli Prisia Nasution itu akan beradu akting dengan suaminya, Iedil Putra. Mereka berdua sama-sama akan melakoni peran sebagai pemeran utama.
Lebih berpengalaman di dunia perfilman, Pia mengaku sempat menghadapi kesulitan saat mendalami seni pertunjukan teater. Untung saja, Iedil banyak memberikan bimbingan seputar seni teater kepadanya
“Dia ini dari kecil sudah ber-teater gitu. Saya memang enggak ngerti apa-apa soal teater. Dia banyak sekali kasih masukan,” ungkapnya.
Pengalamannya di dunia teater, lanjut Pia, terbilang masih baru sehingga membuatnya memerlukan cukup banyak penyesuaian. Jika pada pembuatan film terdapat lebih banyak jeda waktu dan diperbolehkan untuk melakukan pengulangan adegan, maka hal yang sama tidak berlaku dalam pementasan teater.
“Begitu lampu nyala, yaudah gelindingi terus sampai habis,” tukas wanita berusia 33 tahun itu.
Mengangkat isu tentang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), Pia dan tim Ruang Imaji berharap pementasan teater ini dapat meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental.
Berbeda dengan jenis teater pada umumnya yang mengangkat unsur artistik sebuah seni pertunjukan, alur cerita “Kepada Gema” dibawakan secara natural agar dapat mudah dipahami oleh orang awam. Gaya teater pop dipilih untuk menarik minat penonton, khususnya remaja yang masih asing dengan dunia teater.
“Teater kita yang sekarang ini sangat pop kok. Sebenarnya ini kayak nonton film tapi di panggung. Semua cerita tergambar dengan jelas,” jelasnya.
Ditanya soal kendala, Pia mengaku jeda waktu menjadi salah satu kendala yang cukup ia rasakan. Terlebih, dirinya berperan sebagai tokoh utama.
“Kita dari depan sampai habis itu intinya Atisha semua, dan jeda waktu ganti bajunya juga pasti sedikit,” tutup Pia.
Penulis : Anindya Wahyu Paramita
Editor : Gilang Fajar Septian
Fotografer : Nadine K. Azura