Kita tidak bisa ‘ngerem’ teknologi. Tetapi kita bisa memanfaatkan teknologi” – Ir. Hadjar Setiadi
DEPOK, ULTIMAGZ.com – Seminar Pengembangan Wawasan Industri UI (SPWI UI) merupakan acara tahunan mahasiswa Teknik Industri Universitas Indonesia. Memasuki tahun ke 20, SPWI UI mengusung tema utama “Digital Disruption: The Dawn Of Digitalization”.
Seminar yang berlangsung pada Sabtu (06/04/19) ini mengundang Pro.f Riri Fitri Sari selaku dosen Teknik Komputer Universitas Indonesia dan Ir. Hadjar Setiadi selaku Human Capital Management PT Waskita Persero (tbk) di sesi pertamanya.
“Disruption itu apa, sih? Gangguan. (Disruption) bisa memutus bisnis kita. Bukan kalah, tetapi mati!” kata Hadjar Setiadi.
Apabila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, disrupsi memiliki arti perubahan fundamental. Di era disrupsi, kegiatan yang awalnya dilakukan di dunia nyata bergeser dilakukan di dunia maya.
Prof. Riri pun turut memberi contoh perusahaan yang ‘mati’ akibat adanya disrupsi. Di bidang transportasi ada Uber yang membunuh taksi konvensional. Dalam bidang akomodasi perhotelan, Airbnb mengikis agen perhotelan. Sementara Netflix memberi dampak jelas pada bisnis bioskop.
Sebagai perwakilan dari PT Waskita yang berfokus pada bidang konstruksi, Hadjar memberi contoh disrupsi yang terjadi di lingkup kontraktor. Meski terlihat sebagai pekerjaan berat yang tidak berhubungan dengan teknologi digital namun dampak dari disrupsi di bidang konstruksi ternyata besar.
Bidang konstruksi kini mengenal BIM yang merupakan singkatan dari Building Information Modeling. Menurut e-journal.uajy.ac.id, BIM adalah suatu proses dalam menghasilkan dan mengelola data suatu bangunan selama siklus hidupnya. Dengan adanya BIM, proses pembuatan bangunan menjadi jauh lebih mudah karena data yang tersedia sangat lengkap.

“Disrupsi digital tidak bisa memengaruhi satu sektor saja, tetapi semuanya. Proses konstruksi yang menggunakan BIM misalkan, berpengaruh pada kontraktor, investor, cara pembelajaran, dan lain-lain.”
Penjabaran Hadjar masih mengerucut pada bidang konstruksi. Namun bisa dibayangkan efek disrupsi digital di bidang lainnya yang penggunaan teknologi digitalnya lebih besar seperti ICT dan media. Adanya disrupsi bisa berakibat pada hilangnya tenaga kerja manusia dalam lapangan pekerjaan. Lama kelamaan, lapangan pekerjaan manusia bisa diambil alih oleh teknologi.
Disrupsi merupakan hal yang pasti akan terjadi. Pentingnya mengetahui adanya disrupsi adalah untuk memersiapkan diri menghadapi era industri 4.0. Pada bagian sesi tanya jawab, seorang peserta seminar bertanya pada Hadjar mengenai cara mengurangi rasa was-was di era digital ini.
“Di era ini jangan hanya menjadi pintar karena kepintaran bisa dikalahkan oleh teknologi. Manusia harus bisa memiliki value, creativity, dan juga teamwork karena hal-hal ini tidak bisa digantikan oleh teknologi. Jika menjadi arsitek jangan hanya menjadi arsitek yang bertanya “Pak, mau rumah yang seperti apa?” Tetapi jadilah arsitek yang memiliki visi. “Pak, pernah bayangkan tidak jika rumahnya dibuat seperti ini?” Maka dengan hal-hal di atas manusia tidak akan bisa dikalahkan teknologi,” jawab Hadjar di sesi pertanyaan.
Sementara itu rangkaian SPWI UI tidak berhenti di seminar saja. Masih ada talkshow yang berlangsung pada Minggu(14/04/19) dan workshop pada Minggu (07/04/19) dan Sabtu (13/04/19). Rangkaian acara ini juga mengusung tema besar yang sama yaitu disrupsi digital.
Penulis: Andi Annisa Ivana Putri
Editor: Hilel Hodawya
Foto: Ergian Pinandita
Gambar: Tekla