JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Kembali kemas budaya Indonesia dalam balutan musikal, Teater Sanskerta tahun ini sukses gelar pertunjukkan bertajuk Rahwana di Ciputra Artpreneur, Kuningan, Jakarta Selatan pada Sabtu (02/06/2018) lalu. Jika pada umumnya kisah Ramayana menceritakan Rahwana sebagai sosok antagonis, teater Universitas Prasetya Mulya ini coba hadirkan sisi lain Rahwana.
Rahwana (Evan Putra Gratia) adalah kisah seorang raksasa yang sejak kecil selalu dianggap berbeda. Ketika beranjak dewasa, ia jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Wedawati (Josephine Gratia). Namun sayangnya, cinta ini bertepuk sebelah tangan sebab Wedawati hanya mengabdikan dirinya untuk Sri Wisnu.
“Hatiku t’lah memilih setia, kujaga suciku tuk Sri Wisnu yang kini tak lagi bisa ku berikan. Kau rampas kesucianku, lebih baik ku kubur rasa ini bersama tubuhku yang tak suci. Ku ukir sumpah, ku kan kembali jadi penyebab ajalmu!” lantun Wedawati kepada Rahwana.
Cerita berlanjut setelah kematian Wedawati, Rahwana bertemu dengan sosok Shinta (Victoria Suarly) yang rupawan dan mengingatkannya akan kecantikan Wedawati. Gayung cinta pun tak bersambut, Shinta sudah memiliki suami bernama Rama. Tak habis akal, Rahwana pun menculik Shinta dari Rama (M. Jihad Prakoso).
“Cinta? Inikah yang kau maksud cinta? Sebuah kekang? Berpuluh kali tenggelam, cintaku takkan padam. Jika benar rasa itu nyata, lepaskan aku!” ucap Shinta kala berada dalam kekang cinta Rahwana.

Shinta yang awalnya merasa jijik pada Rahwana merasakan adanya kebaikan dari sosok raksasa ini. Selama berada dalam penculikan, Rahwana selalu menjaga kesucian Shinta.
Dalam lakon ini, sosok Rahwana yang kerap digambarkan kejam karena menculik Shinta dari tangan Rama tak dihakimi secara sepihak. Sanskerta memberikan ruang bagi sosok Rahwana untuk berkisah menurut versinya sendiri kepada penonton dalam dua sesi, yakni pukul 14.00 dan 19.00 WIB.
“Sinta, baiklah jika kau mau pergi, tapi jika suatu saat nanti suamimu melukai hatimu, aku takkan segan melukainya!” seru Rahwana kala Dewi Sinta hendak kembali ke pelukan Rama.

Penggalan dialog di atas mampu menunjukkan penghargaan Rahwana kepada Shinta. Kepolosan dan sifat humanis kental tergambar dari sosok Rahwana, bahwasanya ia seperti manusia yakni tetap memiliki sifat baik walaupun juga mempunyai sikap buruk.
Setelah kembali, ternyata Rama meragukan kesucian Shinta yang membuat perempuan ini menjadi terluka. Rahwana yang mendengar kabar ini langsung bersiap untuk membunuh Rama. Perkelahian pun tak terelakkan, namun panah Rama berhasil menembus jantung Rahwana yang membuatnya jatuh seketika.
“Menebar cela tanpa berkaca retak pada jiwa. Sinis pandangmu takkan mengerti, tidakkah kita lagi mendengar atau terlalu sibukkah kita berujar?” lantun Shinta kepada Rama.
Pemilihan kisah Rahwana memang bukan tanpa alasan. Ketua Teater Sanskerta Timoteus Jason Wirjawan, menyatakan ada pesan kemanusiaan dan kedewasaan yang hendak disampaikan melalui pementasan ini.
“Melalui sosok Rahwana, kita hendak menekankan bahwa everything is not that bad. Melihat dari kisruh kondisi sekarang, kita ingin sampaikan kedewasaan mental kepada anak muda serta yang terpenting adalah humanity-nya. Hubungan Rahwana-Dewi Sinta yang ditonjolkan di sini juga bukan cinta yang eros seperti ‘I love you, Rahwana‘ tetapi lebih kepada sisi humanisnya seperti ‘Rama, why you killed this man?‘,” ujar Jason.

Lebih Musikal di Tahun Ini
Mengusung konsep drama musikal, Teater Sanskerta harus mewujudkan konsep tersebut agar tak hanya jadi sekadar konsep. Dalam pementasan sebelumnya yang berjudul Deja Vu, musik yang ditampilkan hanya ‘menempel’ dengan cerita sehingga kesan musikal masih kurang mengena.
Namun di 2018, pementasan yang sudah berlangsung sejak 2013 ini memberikan berbagai perbaikan yang salah satunya dilakukan lewat kisah melalui musik. Perbaikan tersebut turut meningkatkan kesulitan koordinator musik, Rosellyn Devi, dalam menggarap musik dalam lakon Rahwana.
“Di sini tuh kita fokusnya gak hanya perasaan, tapi kan juga ke cerita. Gimana kita buatnya seringkas mungkin sampe orang ngerti kalau ceritanya seperti ini loh, itu yang susah buat gue,” ujar perempuan yang akrab disapa Sellyn ini.
Selain melakukan pembenahan dari segi musik, Sanskerta juga mendatangkan Nurul P. Susantono dari JKT Move In yang sukses menyutradarai Musikal Petualangan Sherina. Nuya, sapaan akrab Nurul, dipilih pihak produksi dengan melihat sepak terjangnya yang berhasil membawa Musikal Petualangan Sherina laku keras melalui performa yang memuaskan penonton.
“Kita melihat JKT Move In telah berhasil dari segi bisnis dan industri membawakan drama musikal yang ibaratnya selevel dengan Broadway. Kita juga punya impian pengin ngembangin dunia teater di Indonesia yang finansialnya stabil dan semuanya di-paid profesionally, maka dari itu kita pilih JKT Move In,” jelas Jason.
Penulis: Diana Valencia
Editor: Gilang Fajar Septian
Fotografer: Daniela Adinda