JAKARTA, ULTIMAGZ.com–Koleksi Fbudi dan TOTON yang ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2019, Minggu (21/10/18) merupakan inovasi desain yang zero waste dan hasil daur ulang limbah industri pakaian. Meskipun keduanya mengaplikasikan eco-fashion dalam koleksinya, desainer TOTON dan Fbudi mendapatkan inspirasi fesyen ramah lingkungan yang berbeda.
Felicia Budi selaku desainer merek Fbudi menyebut kepekaan akan lingkungan membuat dirinya mendapat inspirasi untuk desain-desainnya kali ini.
“Inspirasinya kepekaan akan lingkungan. Dalam dunia fesyen kan menghasilkan banyak sampah kain, belum lagi limbah pakaian lainnya. Jadi tidak ada salahnya kita lakukan dari awal. Saya sebagai desainer, ini merupakan langkah paling awal yang bisa dilakukan untuk mengurangi dan manajemen limbah,” terang Felicia.
Felicia menyatakan, kepekaan tersebut muncul dari apa yang dia sendiri rasakan atas dampak lingkungan yang rusak. Dia juga menyebutkan bahwa mereknya sejak dahulu sudah menggunakan tema eco-fashion. Namun, hal tersebut baru digalakkan pada koleksi terbarunya ini.
“Yang diharapkan dari hadirnya koleksi ini yaitu supaya masyarakat cukup peka di saat-saat seperti ini, agar peduli dan peka terhadap lingkungan sekitar,” tambah desainer merek Fbudi tersebut.
Hal tersebut juga diterapkan oleh desainer TOTON Toton Januar. Dirinya mengaku menggunakan limbah industri kain denim dalam koleksi terbarunya. Toton menjelaskan, penggunaan limbah denim ini sebetulnya sudah digunakan pada JFW sebelumnya dengan koleksi yang semuanya berasal dari hasil daur ulang.
Toton menceritakan bahwa pada JFW 2018, mereknya belum bekerja sama dengan pabrik denim. Oleh karenanya, Toton masih menggunakan denim bekas dalam koleksinya kala itu.
“Untuk koleksi Spring/Summer ini kita sudah mulai bekerja sama dengan pabrik denim kecil di daerah Jakarta. Di situ ditemui bahwa banyak sekali sisa bahannya yang hanya dibuang tanpa pengolah lagi,” ujar Toton.
Kedua desainer sependapat bahwa penggunaan limbah kain membutuhkan pengeluaran lebih agar bahan daur ulangnya layak digunakan kembali. Menurut Felicia misalnya, proses pengolahan limbah membutuhkan tenaga dan waktu lebih ketimbang bahan biasanya. Toton juga menambahkan bahwa proses agar limbah bisa digunakan kembali memerlukan waktu yang lama, yakni lebih dari tiga bulan.
“Ada satu teknik yang digunakan dalam limbah denim yang aku gunakan dan prosesnya lama. Proses pengolahan limbah ini memang lebih rumit agar menarik dan layak dibeli,” jelas Toton yang juga menggunakan representasi perempuan dalam cerita rakyat dan horror Indonesia sebagai bentuk kekuatan kaum hawa di dunia.
Penulis: Theresia Amadea
Editor: Geofanni Nerissa Arviana
Foto: Felisitasya Manukbua