SERPONG, ULTIMAGZ.com – XYZ Gamefest menjadi eventnya para gamers dengan berbagai kegiatan yang diselenggarakan di The Breeze Art Space, 1-2 Desember 2018. Acara yang merupakan tugas mata kuliah Special Event dari mahasiswa UMN jurusan Strategic Communication ini mengangkat konsep permainan dari masa ke masa.
Selain kegiatan berupa kompetisi Mobile Legends, Fifa, Clash Royale, dan talkshow seputar permainan, pengunjung juga dapat merasakan tema acara ketika memasuki ruang pameran. Untuk mengakomodir informasi mengenai perjalanan dunia permainan di Indonesia, ruang pameran dibagi menjadi area generasi X hingga generasi Z.
Di area generasi X, terdapat permainan ding-dong dan dance-dance revolution yang terkenal di tahun 90-an. Memasuki area generasi Y, jenis permainan yang disediakan berupa permainan konsol, seperti Nintendo dan Playstation 1 hingga 4. Area terakhir, yaitu area generasi Z, menyuguhkan permainan terkini seperti gim berbasis virtual reality yang bisa dinikmati pengunjung.
![](https://ultimagz.com/wp-content/uploads/IMG_8956-300x200.jpg)
Ketua Penyelenggara XYZ Gamefest Albert Prayoga menjelaskan bahwa konsep permainan diusung karena permainan sudah tidak dapat dipandang sebalah mata. Menurutnya, pemerintah sudah mulai memiliki fokus juga terhadap dunia permainan dengan adanya timnas e-sport untuk Indonesia.
“Sekarang banyak orang yang mulai mengakui bahwa game itu ‘gue banget’. Game tidak bisa dipandang sebelah mata sebagai hal yang negatif seperti bikin kecanduan dan merusak sosialita. Nama XYZ diusing karena kita juga ingin menyajikan game lintas generasi dari generasi X hingga generasi Z,” ungkap Albert.
XYZ Gamefest sendiri masih memiliki beberapa kendala. Salah satu peserta kompetisi Mobile Legends, Azzi Laksamana menyayangkan koneksi yang disediakan oleh panitia. Menurutnya, jalannya kompetisi terganggu oleh lambatnya koneksi internet di lokasi lomba.
“Pesertanya keren-keren sih banyak yang jago, jadi bisa nambah pengalaman diri sendiri. Sayangnya, koneksi internet dari panitia lemot banget. Gue sama tim akhirnya beli paket internet sendiri untuk tethering,” ujar Azzi.
Menanggapi keluhan peserta, Albert mengakui adanya kendala. Ia mengatakan bahwa dirinya bersama tim terus mengusahakan yang terbaik demi berlangsungnya kompetisi.
“Sinyal daerah sini memang lemah, tetapi dari pihak provider yang bekerja sama dengan kami akhirnya memasang penguat sinyal. Selain itu, kami telah memiliki solusi dengan menyiapkan hotspot sendiri jika koneksi internet dari sponsor terganggu,” jelas Albert.
Kegiatan yang berlangsung 2 hari ini berakhir dengan final kompetisi Mobile Legends yang dimenangkan oleh tim Wikwikwik setelah mengalahkan tim Gold Batch.
Penulis: Adrianus Dwi Octaviano
Editor: Gilang Fajar Septian
Fotografer: Billy Dewanda