• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Thursday, June 1, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Tengah Ramai, Mari Lihat Empat Ciri Khas Film Wes Anderson

by Cheryl Natalia
May 11, 2023
in Film, Hiburan, Lainnya
Reading Time: 3 mins read
Sutradara Wes Anderson dan karya-karyanya. (ULTIMAGZ/Cheryl Natalia)

Sutradara Wes Anderson dan karya-karyanya. (ULTIMAGZ/Cheryl Natalia)

0
SHARES
95
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Saat ini, media sosial tengah dipenuhi konten video dengan teknik pengambilan gambar khas Wes Anderson. Namun, apakah Ultimates tahu apa saja sebenarnya ciri khas film garapan sutradara dengan nama lengkap Wesley Wales Anderson itu?

Anderson adalah seorang sutradara, penulis, dan produser asal Amerika Serikat (AS). Ia terkenal memiliki teknik pembuatan film yang unik dan mampu membuat penonton terpesona dengan visualnya.

Baca juga: “Isle of Dogs”, Perlihatkan Perjuangan Penyelamatan Sahabat Manusia

Berikut ini adalah empat ciri khas yang sering ditemukan dalam film-film buatan Anderson dan dianggap ikonik.

1. Gambar simetris

Salah satu ciri khas sutradara “Rushmore” (1998), “The Darjeeling Limited” (2007), dan “Isle of Dogs” (2018)  ini adalah pengambilan gambarnya yang simetris. Dalam berbagai kesempatan, Anderson menempatkan objek tepat di tengah dengan latar yang seimbang pula.

Adegan simetris di “Moonrise Kingdom”. (Foto: Focus Features)
Adegan simetris di “Moonrise Kingdom”. (Foto: Focus Features)

Gambar yang simetris memberi kesan keharmonisan dan keteraturan. Melalui hal tersebut, Anderson berharap bisa membangun keseimbangan dari semua komposisi dalam karyanya dan penonton bisa memusatkan pikiran mereka.

“The Grand Budapest” (2014) menjadi karya pria kelahiran 1969 ini yang terkenal karena dipenuhi oleh adegan simetris. Namun, sebenarnya ia sudah menggunakan teknik ini sejak film pertamanya yaitu “Bottle Rocket” (1996).

Salah satu adegan simetris di “Bottle Rocket”. (Foto: Sony Pictures)
Salah satu adegan simetris di “Bottle Rocket”. (Foto: Sony Pictures)

2. Warna cerah 

Jika menonton karya Anderson, Ultimates pasti menyadari bahwa film tersebut dipenuhi dengan warna cerah yang memanjakan mata penonton. Bahkan, setiap film garapannya memiliki palet warna yang spesifik, seperti contohnya dominasi kuning dan coklat di “Moonrise Kingdom” (2012).

Pemilihan warna dalam karyanya tidak dilakukan tanpa alasan, misalnya “Fantastic Mr. Fox” (2009) didominasi warna oranye untuk menggambarkan kehangatan. Di sisi lain, “The Life Aquatic with Steve Zissou” (2014) menggunakan warna biru untuk menciptakan suasana yang tidak pasti dalam film tersebut, dilansir dari offscreen.com.

Salah satu adegan dalam “Fantastic Mr. Fox”. (Foto: 20th Century Fox)
Salah satu adegan dalam “Fantastic Mr. Fox”. (Foto: 20th Century Fox)

Warna-warna cerah ditampilkan oleh pria berusia 56 tahun ini untuk membangun kenyamanan penonton, sekalipun pada adegan sedih. Palet warna ini pun digunakan untuk menonjolkan karakter dan cerita dalam film buatannya.

3. Aspek rasio

Umumnya, suatu film ditampilkan dalam aspek rasio yang sama dari awal hingga akhir. Namun, sutradara yang lahir di Texas ini sering menggunakan proporsi layar yang berbeda-beda dalam satu film.

Ketika menonton “The Grand Budapest Hotel” (2014), Ultimates akan disuguhkan tiga aspek rasio layar karena ceritanya meliputi tiga periode waktu. Melansir nofilmschool.com, hal ini dilakukannya agar penonton dapat memahami latar waktu cerita dengan mudah.

Aspek rasio 1.37:1 digunakan untuk adegan dengan latar waktu 1932. Adegan yang terjadi di era 1968 diambil dengan aspek rasio 2.40:1, sedangkan tahun 1982 ditampilkan dengan aspek rasio 1.85:1. 

Aspek rasio di “The Grand Budapest Hotel” yang menggambarkan latar waktu cerita. (Foto: Fox Searchlight Pictures)
Aspek rasio di “The Grand Budapest Hotel” yang menggambarkan latar waktu cerita. (Foto: Fox Searchlight Pictures)

4. Pemilihan kostum 

Desain kostum dalam karya sutradara penerima nominasi Oscar ini menjadi hal krusial dan telah menjadi ciri khasnya sampai sekarang. Tidak hanya unik, koleksi pakaian dan aksesoris dari film-film Anderson sering memiliki makna tersembunyi.

Karakter muda (dari kiri) Margot, Chas, dan Richie di “The Royal Tenenbaums”. (Foto: Buena Vista Pictures)
Karakter muda (dari kiri) Margot, Chas, dan Richie di “The Royal Tenenbaums”. (Foto: Buena Vista Pictures)

Hal ini terlihat dari pakaian para karakter di “The Royal Tenenbaums” (2001) yang fokus pada kisah keluarga disfungsional. Karakter Richie dan Margot masih terjebak dengan masa lalu, sehingga keduanya kerap memakai pakaian serupa dengan yang mereka kenakan semasa kecil mereka.

Karakter dewasa (dari kiri) Chas, Richie, dan Margot di “The Royal Tenenbaums”. (Foto: Buena Vista Pictures)
Karakter dewasa (dari kiri) Chas, Richie, dan Margot di “The Royal Tenenbaums”. (Foto: Buena Vista Pictures)

Baca juga: Sinopsis “The Good Bad Mother”, Kisah Haru Ibu dan Anak Mencari Kembali Memori yang Hilang

Berbeda dengan dua saudaranya, Chas mengubah total gaya berpakaiannya karena tidak mau dihantui kenangan kematian sang istri. Karakter Chas sangat lekat dengan baju olahraga merahnya. Warna tersebut digunakan untuk menunjukkan bahwa ia selalu siap mengawasi kedua anaknya.

Saat ini, Anderson sedang disibukkan dengan proses produksi film terbarunya yaitu “Asteroid City”. Film yang dibintangi Tom Hanks, Scarlett Johansson, dan Jason Schwartzman ini rencana akan ditayangkan pada 16 Juni tahun ini di AS.

 

 

Penulis: Cheryl Natalia

Editor: Vellanda

Foto: Cheryl Natalia, Focus Features, Sony Pictures, 20th Century Fox, Fox Searchlight Pictures, Buena Vista Pictures

Sumber: imdb.com, offscreen.com, nofilmschool.com

Tags: bottle rocketdirectorfanstastic mr foxfilmhollywoodisle of dogsmoonrise kingdommovieroyal tenenbaumsrushmoreSutradarathe Darjeeling Limitedthe grand budapest hotel. grand budapest hotelthe Life Aquatic with Steve Zissouthe royal tenenbaumswes anderson
Cheryl Natalia

Cheryl Natalia

Related Posts

Ilustrasi poster drama Korea Selatan “The Good Bad Mother” (Foto: netflix.com)
Film

Sinopsis “The Good Bad Mother”, Kisah Haru Ibu dan Anak Mencari Kembali Memori yang Hilang

May 9, 2023
Korea Selatan sahkan RUU untuk melindungi artis K-Pop yang di bawah umur. (Foto: Unsplash)
Hiburan

Korea Selatan Sahkan RUU untuk Lindungi Artis K-Pop di Bawah Umur

May 3, 2023
Tampilan film dokumenter “In the Name of God” tentang sekte sesat di Korea. (Foto: tangkapan layar Netflix)
Film

In The Name of God: Kisah Nyata Sekte Sesat di Korea

May 2, 2023
Next Post
Foto ilustrasi David Jacobs. (Foto: ANTARA)

David Jacobs: Adanya Keterbatasan Gerak Bukan Berarti Tidak Berdaya

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 + 13 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021