SERPONG, ULTIMAGZ.com – NH Dini kini memang sudah tiada, tetapi rupanya masih tergambarkan dalam bentuk Google Doodle pada Sabtu (29/02/20). Doodle tersebut dapat dijumpai di laman awal situs Google dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-84. Ultimates penasaran siapa sosok perempuan ini? Mari kita kenali lebih lanjut.
NH Dini merupakan seorang novelis dan tokoh dalam bidang literatur di Indonesia. Perempuan yang lahir pada 29 Februari 1936 di Semarang ini memiliki nama lengkap Nurhayati Sri Hardinia Siti Nukatin. Sejak kecil, Dini tidak lepas dari dunia literatur. Ia tumbuh dengan mendengarkan cerita dari majalah lokal yang dibacakan oleh ibunya dan kemudian menjadi seorang penulis.
Pada 1950-an, Dini pernah menjalani hidupnya sebagai seorang pramugari di sebuah maskapai penerbangan Indonesia. Dari sini Dini bertemu dengan suaminya, Yves Coffin, seorang konsul dari Perancis untuk Jepang. Pernikahan kedua insan tersebut diberkati dengan dua orang anak, yakni Marie-Claire Lintang Coffin dan Pierre-Louis Padang Coffin. Salah satu anaknya, Pierre Coffin, merupakan sutradara dari salah satu franchise film animasi populer yakni “Despicable Me”.
Selama 60 tahun berkarya, NH Dini telah mengeluarkan banyak karya berupa novel, puisi, dan cerpen. Dasar dari Dini dalam berkarya adalah kesetaraan gender, di mana dia percaya perempuan harus setara dengan laki-laki. Tulisan dan karyanya juga berasal dari pengamatan Dini ketika berpindah dari satu negara ke negara lain bersama dengan suaminya.
Dari semua karya tulisnya, terdapat 5 novel yang paling laris dan legendaris. Kelima novel tersebut ialah “Pada Sebuah Kapal” (1973), “Namaku Hiroko” (1977), “Orang-orang Tran” (1983), “Pertemuan Dua Hati” (1986), dan “Hati yang Damai (1961)”.
Terkhusus untuk novel “Pada Sebuah Kapal” (1973), Dini bercerita tentang perempuan bernama Sri yang pernikahannya kurang bahagia. Kemudian Sri pun jatuh cinta terhadap seorang kapten kapal saat ia berlayar. Gambaran Google Doodle NH Dini pun terinspirasi dari novel ini sehingga huruf “O” di dalam tulisan Google seakan-akan menggambarkan jendela di dalam sebuah kapal.
Tak lama setelah bercerai dengan suaminya, Dini memutuskan untuk mendirikan sebuah taman bacaan untuk anak-anak dan remaja di Semarang. Taman bacaan tersebut didirikan di rumah warisan orang tuanya. Rumah tersebut direnovasi ketika Dini masih tinggal di Jakarta sehingga dia harus menggunakan bus malam ke Semarang demi memantau proses renovasi tersebut.
Seiring berjalannya waktu, Pondok Baca NH Dini sering diterpa musibah alam seperti banjir dan longsor. Kondisi perekonomian yang memburuk pada 1998 juga membuat NH Dini kesulitan dalam mendapat barang barang penunjang untuk menulis.
Dari perjalanan hidupnya yang panjang, NH Dini memiliki satu buah kutipan yang patut diingat oleh teman-teman sastrawan dan penulis.
“Sastra sebenarnya adalah makanan bergizi untuk jiwa dan pikiran manusia. Ini adalah fondasi dasar kemanusiaan, cerminan masyarakat, kehidupan sehari-hari, pengetahuan, dan nilai kebijaksanaan”
NH Dini
NH Dini wafat pada 4 Desember 2018 di usia 82 tahun. Dini meninggal dunia karena kecelakaan mobil di jalan tol saat menuju ke Semarang. Meskipun sudah tiada, tapi karyanya selalu membumi di tanah ibu pertiwi. Selamat ulang tahun, legenda sastra Indonesia.
Penulis: Frengky Tanto Wijaya
Editor: Elisabeth Diandra Sandi
Foto: Veronica Novaria
Sumber: tirto.id, tekno.kompas.com, tempo.co