SEOUL, ULTIMAGZ.com – Kabar mengejutkan datang dari negeri ginseng, Korea Selatan. Sebuah kecerdasan buatan besutan Google, AlphaGo menorehkan sejarah baru. Pasalnya, AlphaGo berhasil memenangkan pertandingan catur tradisional asal China pada Rabu (9/3) lalu, mengalahkan Lee Sedol yang merupakan juara dunia catur Go.
Lee Sedol yang pernah memenangkan 18 kejuaraan catur Go internasional awalnya mengaku cukup percaya diri. Namun kini, lelaki yang telah menguasai catur Go sejak umur 12 tahun itu terpaksa menarik ucapannya dan menerima kekalahannya pada pertandingan pertama dari lima pertandingan yang akan diselenggarakan di Four Season Hotel, Seoul.
Pertandingan antara Lee Sedol dan AlphaGo tersebut merupakan bagian dari Google DeepMind Challenge Match yang berlangsung pada 8-15 Maret waktu setempat (9-16 Maret waktu Indonesia). Selama lima hari ke depan, AlphaGo dan Lee Sedol akan beradu taktik dalam permainan catur Go yang dapat disaksikan langsung lewat kanal Youtube DeepMind dan blog resmi Google Asia Pacific.

Go: Bukan Catur Biasa
Sebenarnya, kemenangan kecerdasan buatan saat melawan manusia bukan berita baru. Pada 1997, kecerdasan buatan Deep Blue mengungguli juara dunia catur Garry Kasparov. Namun, Go bukanlah catur biasa.
Jika pada catur biasa terdapat aturan yang ketat dan dan jumlah langkah yang terbatas, Go jauh lebih bebas dan memiliki banyak kemungkinan. Ini bertolak belakang dengan cara kerja komputer yang terstruktur dan penuh aturan. Bisa dikatakan, ‘pilihan’ dan ‘kemungkinan’ merupakan hal yang dibenci oleh komputer.
Ada 10 pangkat 761 (10761) alur permainan Go yang mungkin terjadi, cukup jauh dibandingkan dengan kemungkinan dalam catur biasa(10120). Bahkan Demis Hassabis, ketua tim riset Google DeepMind mengatakan ada lebih banyak kemungkinan posisi Go dibandingkan jumlah atom di semesta.
Program yang Mengajari Dirinya Sendiri
Lantas, bagaimana caranya sebuah komputer dapat mengatur strategi, bahkan memenangkan permainan melawan manusia? Jawabannya adalah latihan rutin selama jutaan kali. Mengambil data dari sekitar 100.000 kompetisi Go, AlphaGo mempelajari setiap langkahnya dan melawan dirinya sendiri hingga ia menemukan langkah terbaik dari hasil evaluasi pemenang-pemenang sebelumnya.
Teknik pembelajaran yang dikenal sebagai Neural Network ini diadopsi dari cara otak manusia bekerja. AlphaGo bahkan telah mempersiapkan diri untuk melawan Lee Sedol lewat latihan intensif selama lima bulan dengan mempelajari gaya bermain Lee.
Walau perkembangan kecerdasan buatan sangat pesat, kemungkinan skenario distopia “pengambilalihan dunia oleh robot” masih kecil sekali, atau setidaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Hal ini dikarenakan keberadaan robot fisik untuk menampung kecerdasan tersebut masih jauh tertinggal. Google sendiri lebih memfokuskan penerapan kecerdasan buatan pada bidang penerjemahan, kesehatan, dan asisten pribadi, bukan pada humanoid (robot yang menyerupai manusia).
Mungkinkah AlphaGo merebut gelar juara bertahan Go dari Lee dan memenangkan 1juta US$? Inikah pertanda awal dari era baru?
Penulis : Monica Devi Kristiadi
Editor : Alif Gusti Mahardika
Sumber : timesofindia.indiatimes.com, npr.org, techrepublic.com, koreatimes.co.kr
terima kasih informasinya mantap
kecerdasan buatan alphago adalah inovasi yang penting untuk dibahas. Perkembangan teknologi yang semakin maju membuka berbagai peluang luar biasa di beragam industri. Jasa Augmented Reality menghadirkan pengalaman visual yang interaktif dan mendalam, menjadi solusi kreatif untuk strategi pemasaran serta penerapan teknologi masa kini.