SERPONG, ULTIMAGZ.com — Vitamin merupakan bagian penting dalam nutrisi tubuh kita, tetapi perlu Ultimates ketahui bahwa tidak semua manfaat yang dipercayai khalayak umum itu benar. Terdapat prasangka-prasangka yang terlalu meninggikan manfaat dari beberapa jenis vitamin. Berikut penjelasan ilmiah dari mitos-mitos tersebut.
- Vitamin A Tidak Dapat Memperbaiki Indra Penglihatan
Bertentangan dengan kepercayaan populer, vitamin yang terkandung di dalam wortel ini ternyata tidak bisa memperbaiki indra penglihatan. Meskipun demikian, jenis vitamin ini masih bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata. Dilansir dari optikmelawai.com, vitamin A dapat membantu metabolisme sel yang terdapat pada lapisan paling luar retina, fungsinya untuk beradaptasi dengan cahaya terang dan gelap.
- Suplemen Vitamin Tidak Dapat Mencegah Penyakit Kronis
Banyak orang mengonsumsi suplemen vitamin karena berasumsi bahwa suplemen tersebut dapat membantu mencegah penyakit kronis seperti kanker dan serangan jantung. Namun, hal tersebut tidaklah benar. Dilansir dari idntimes.com, vitamin C, E, dan berbagai vitamin beta karoten lainnya tidak mampu mengurangi penumpukan kolesterol yang menyumbat arteri. Apabila ingin terhindar dari penyakit-penyakit tersebut, sebaiknya Ultimates menjaga pola makan yang teratur dan menjalani gaya hidup yang sehat.
- Suplemen Vitamin Tidak Dapat Menggantikan Makanan
Beberapa orang mungkin mengabaikan pentingnya mengonsumsi makanan yang seimbang. Misalnya, orang yang tidak menyukai sayuran dan buah-buahan cenderung lebih memilih mengonsumsi suplemen vitamin. Hal tersebut dianggap dapat mensubstitusikan nutrisi yang terkandung dalam makanan tersebut, akan tetapi hal tersebut tidaklah benar.
Dilansir dari hellosehat.com, suplemen vitamin tidak serta-merta dapat melengkapi kebutuhan seseorang akan nutrisi dari sayuran dan buah. Seseorang bisa mendapatkan lebih dari vitamin dengan mengonsumsi sayur dan buah setiap hari. Oleh karena itu, daripada mengonsumsi suplemen vitamin, ada baiknya Ultimates mengikuti pola makan yang sehat. Selain mendapatkan vitamin, Ultimates juga bisa memeroleh serat, mineral, protein dari biji-bijian, dan lemak sehat.
- Vitamin C Tidak Terlalu Berdampak Untuk Mencegah Flu
Gagasan yang dipopulerkan oleh peraih penghargaan Nobel, Linus Pauling pada tahun 1970-an ini merupakan salah satu mitos paling populer di kalangan masyarakat. Linus mengklaim bahwa mengonsumsi vitamin C dalam dosis yang besar dapat membantu mencegah flu. Dilansir dari health.harvard.edu, Dr. Bruce Bistrian, kepala nutrisi klinis di Beth Israel Deaconess Medical Center mengatakan bahwa data menunjukkan vitamin C hanya sedikit bermanfaat terhadap flu.
Bukti yang paling meyakinkan mengenai dampak vitamin C pada flu berada dalam bentuk tinjauan terhadap 29 uji coba acak yang diikuti oleh lebih dari 11.000 peserta. Dalam tinjauan yang dilakukan pada 2013 tersebut, para peneliti menemukan bahwa di antara orang-orang yang sangat aktif — seperti pelari maraton, pemain ski, dan pasukan Angkatan Darat yang melakukan olahraga berat dalam kondisi subarktik — mengonsumsi setidaknya 200 mg vitamin C setiap hari tampaknya mengurangi risiko terkena flu menjadi setengahnya. Namun, untuk populasi umum, mengonsumsi vitamin C setiap hari tidak mengurangi risiko terkena flu.
Maka dari itu, apabila Ultimates ingin memeroleh manfaat dari vitamin C, maka harus mengonsumsinya setiap hari dan tidak hanya pada awal gejala pilek. Dr. Bistrian menambahkan lebih baik mengonsumsi vitamin C yang berasal dari makanan dibanding yang berasal dari suplemen.
“Lebih baik mendapatkan vitamin C dari makanan karena Anda juga mendapatkan nutrisi penting lainnya. Makanlah lima porsi buah dan sayuran yang disarankan per hari untuk menjaga kesehatan, maka Anda akan mendapatkan cukup vitamin C,” saran Dr. Bistrian.
Perihal klaim mengonsumsi vitamin C dengan dosis besar dapat membantu mencegah terkena flu, beberapa penelitian telah menyarankan bahwa mungkin ada manfaatnya. Namun, dibutuhkan dosis 8.000 mg per hari. Sementara itu, pada dosis di atas 400 mg, vitamin C diekskresikan melalui urin. Di sisi lain, dosis harian 2.000 mg atau lebih dapat menyebabkan mual, diare, sakit perut, dan dapat mengganggu tes gula darah.
Penulis: Louis Brighton Putramarvino
Editor: Agatha Lintang
Foto: Dionisius Adrian
Sumber: www.optikmelawai.com, idntimes.com, hellosehat.com, health.harvard.edu