Jika Bumi memiliki Troposfer sebagai lapisan (atmosfer) permukaannya, tata surya terbesar kita, Matahari juga memilikinya. Dalam dunia astronomi, lapisan (atmosfer) permukaan pada Matahari ini sering disebut Halo. Teksturnya yang tipis dan mengitari seluruh bagian Matahari membuatnya terlihat seperti Halo. Namun ternyata, Halo tersebut bernama Korona.
Para ilmuwan menemukan kemisteriusan atas Korona itu sendiri. Sama seperti Bumi yang kadang terjadi siklus pembakaran pada dirinya sendiri, Matahari juga begitu. Pembakaran nuklir di Matahari memanaskan inti sampai suhunya 15 juta derajat. Akan tetapi, kejadian unik terjadi, ketika panas mencapai ke permukaan Matahari. Suhunya sudah lebih dingin menjadi 6.000 derajat. Namun, suhu pada Korona sendiri justru melonjak lebih dari satu juta derajat.
Kemisteriusan tersebut memang tengah memusingkan para ilmuwan selama lebih dari 70 tahun. Namun nampaknya, para astronom sudah semakin dekat untuk menemukan jawaban dari misteri Halo Matahari ini.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, para astronom telah mengetahui bahwa Matahari memiliki medan magnetik mirip Bumi. Anggapannya, magnet itu terjebak di lemari es dan magnet ini memiliki peran yang sangat penting dalam misteri Korona. Tapi, pertanyaan besar muncul ketika medan magnetik tersebut yang menjadi cikal bakal terciptanya panas. Bagaimana medan magnetik menciptakan panas?
Para astronom menduga salah satu penyebab yang memungkinkan adalah gelombang. Gelombang terlihat muncul pada medan magnetik Matahari. Gelombang inilah yang diduga menambang energi di Korona atau Halo pada Matahari.
Reporter: Annisa Meidiana
Foto & Sumber: National Geographic Indonesia
Editor: Nikolaus Harbowo