JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Dalam lingkungan sosial, seringkali kita menemukan beberapa orang yang bercanda, tapi membawa fisik seseorang, seperti mengejeknya “gendut” atau “ceking”. Baginya, itu hanya candaan. Namun, tanpa disadari perilaku tadi menghacurkan kepercayaan diri orang yang diejeknya. Candaan itu membuat orang yang diejeknya merasa malu dan berujung tidak merasa bahagia dengan diri sendiri.
Banyak orang yang seringkali menerima ejekan dari orang lain akibat parasnya, membuat kepercayaan diri korban olokannya semakin turun dan merendahkan martabatnya. Perilaku mengejek tadi dikenal dengan sebutan body shaming. Melansir dari dictionary.cambridge.org, body shaming merupakan kritik terhadap seseorang berdasarkan bentuk, ukuran, atau penampilan tubuh mereka.
Mengutip pijarpsikologi.com, body shaming dapat membuat seseorang kemudian melihat dirinya sebagai sebuah objek, atau menilai dirinya sendiri lewat penampilan (self-objectification). Perilaku ini dapat membuat seseorang merasa malu akan dirinya atau merasa cemas dengan bentuk dan ukuran tubuhnya. Terkadang, orang yang menerima perilaku body shaming seringkali merasa ada yang salah dengan dirinya, atau merasa tidak kompeten dikarenakan rendahnya kepercayaan terhadap dirinya, dilansir dari pijarpsikologi.com.
Psikolog klinis Dyah Larasati dalam thejakartapost.com mengatakan bahwa memalukan tubuh umumnya terjadi pada usia muda, terutama pada masa remaja, ketika tubuh berubah secara dramatis selama masa remaja. Sementara itu, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani dalam thejakartapost.com, mengatakan bahwa mempermalukan tubuh bahkan dapat menyebabkan bunuh diri, terutama ketika itu terjadi selama masa remaja.
Dalam healthline.com, dikatakan bahwa body shaming mampu menyebabkan masalah psikologis yaitu gangguan makan, yang mana kemudian dapat membawa dampak buruk bagi tubuh dan jiwa seseorang. Menurut National Eating Disorders Association (NEDA), di Amerika Serikat, 20 juta wanita dan 10 juta pria menderita gangguan makan yang signifikan secara klinis dalam kehidupannya, berdasarkan dari healthline.com.
Sekitar 65 persen orang dengan gangguan makan (eating disorders) mengatakan bullying berkontribusi terhadap kondisi mereka, menurut laporan Beat, sebuah badan amal gangguan makan di Inggris. Laporan ini juga menemukan bahwa 49 persen pengidapnya berusia kurang dari 10 tahun saat bullying dimulai, dan banyak yang menyatakan bahawa efeknya terus terasa hingga usia 40-50 tahun, dikutip dari healthline.com.
Kita seringkali larut dalam candaan dan pandangan orang lain sehingga lupa untuk lebih menghargai diri sendiri. Body shaming yang dianggap sebagai alat yang pas untuk mendapatkan respect teman sebaya ataupun kritikan bagi diri, menjadikan perilaku ini cukup kuat untuk menghancurkan korban dan pelakunya.
“Forgiving yourself, believing in yourself and choosing to love yourself are the best gifts one could receive.”
―
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
Editor: Xena Olivia
Foto: pexels.com
Sumber: dictionary.cambridge.org, pijarpsikologi.com, thejakartapost.com, healthline.com