JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Untuk keluarga dengan anak lebih dari satu atau anak yang rentang umurnya saling dekat, seringkali anak tersebut diberi baju yang pernah digunakan sebelumnya oleh anggota keluarga. Sepintas memberikan pakaian bekas untuk dipakai kembali terkesan sederhana. Namun, budaya ini bisa menghemat konsumsi tekstil rumah tangga, lho.
Industri fesyen merupakan industri besar yang aktif menyumbang kerusakan bagi lingkungan. Mengutip businessinsider.com, bisnis ini menghasilkan 10 persen dari emisi karbon seluruh umat manusia. Terlebih lagi, 85 persen dari semua tekstil yang diproduksi berakhir di tempat pembuangan setiap tahunnya. Selain itu, mode merupakan bisnis yang menggunakan air terbesar kedua di dunia. Tak hanya itu, pemakaiannya juga turut mencemari lautan dengan mikroplastik.
Melansir dari artikel World Resources Institute (WRI), pakaian yang dibuat dari bahan non-biodegradable membutuhkan waktu 200 tahun untuk terurai. Selain itu, untuk membuat satu kaus berbahan kapas saja dibutuhkan 2700 liter air. Jumlah air tadi setara dengan konsumsi air seseorang selama dua setengah tahun.
Laporan tahun 2017 dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) memperkirakan bahwa 35 persen dari semua mikroplastik (potongan plastik sangat kecil yang tidak pernah terurai) di laut berasal dari pencucian tekstil sintetis seperti poliester, dikutip dari weforum.org.
Secondary Materials and Recycles Textiles (SMART) dalam siaran persnya mengatakan, penggunaan kembali barang tekstil, seperti pakaian, dapat menyelamatkan lingkungan dari kerusakan akibat industri tekstil. Industri tekstil menggunakan banyak sekali bahan kimia dan memproduksi limbah yang besar pula dalam memproduksi produk barunya. Selain itu, tekstil yang hanya dibuang tanpa didaur ulang akan meningkatkan emisi gas rumah kaca. Hal ini dapat berpotensi menghapus tanaman dan satwa di Bumi, dikutip dari smartasn.org.
Perilaku menggunakan kembali barang yang pernah digunakan sebelumnya termasuk dalam salah satu pedoman menjaga lingkungan, yaitu reuse, yang merupakan salah satu bagian dari pedoman 5 R (refuse, reduce, reuse, repurpose, dan recycle). Mengutip dari lh.gunungkidulkab.go.id, perilaku reuse dapat membantu mengurangi penumpukan sampah. Bila melihat konteks yang dibahas, sampah yang signifikan berkurang akibat budaya warisan baju ini adalah sampah pakaian (tekstil).
Layaknya mematikan keran air agar tidak tumpah, budaya mewariskan baju sang kakak ke adik dapat membantu mengurangi melimpahnya sampah tekstil di dunia dan berdampak baik bagi lingkungan. Mengurangi konsumsi produk industri mode akan berdampak tak langsung ke tahap pembuatan barang, yang mana mengikuti hukum penawaran dan permintaan. Semakin berkurang barang itu dicari, semakin sedikit pula produksinya. Produksi pakaian yang terkendali dapat memberikan waktu bagi alam untuk menyembuhkan dirinya dari kerusakan yang terjadi akibat industri tersebut.
Manusia sebagai konsumen mode dapat berkontribusi menjaga lingkungan dengan langkah kecil. Contohnya dengan jarang membeli pakaian baru, atau mewariskan pakaian lama kepada saudara, kerabat, atau orang yang membutuhkan.
Penulis: Ida Ayu Putu Wiena Vedasari
Editor: Xena Olivia
Foto: Androw Parama M.
Sumber: businessinsider.com, wri.org, weforum.org, smartasn.org, lh.gunungkidulkab.go.id