• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Wednesday, August 20, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Lifestyle

“Eating Disorder”, Pola Makan Berantakan dengan Risiko Tinggi

Elisabeth Diandra Sandi by Elisabeth Diandra Sandi
December 1, 2020
in Lifestyle
Reading Time: 2 mins read
Ilustrasi eating disorder. (Foto: flo.health)

Ilustrasi eating disorder. (Foto: flo.health)

0
SHARES
653
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Eating disorder merupakan salah satu penyakit yang menganggu kondisi kesehatan mental seseorang sehingga ia memiliki obsesi yang tidak sehat dengan makanan, olahraga, atau bentuk tubuh. Gangguan makan ini terjadi ketika seseorang memiliki pola makan yang berantakan dan biasanya tidak sehat seperti melewatkan jam makan, berpuasa dalam jumlah yang tidak wajar, atau makan terlalu banyak.

Dilansir dari eating-disorders.org.uk, kebanyakan orang dengan eating disorder memiliki kepercayaan diri yang rendah dan pendapat yang perfeksionis. Terutama terkait bagaimana mereka harus berpenampilan dan mencapai berat badan ideal. Kebutuhan mereka untuk menjadi sempurna sering kali meluas ke area lain dalam kehidupan.

Menurut Jillian Lampert selaku direktur strategi untuk program Emily, melaporkan bahwa setiap 62 menit setidaknya satu orang meninggal karena gangguan makan ini yang berarti 23 orang per harinya. program Emily (The Emily Program) yang diusung oleh Lampert merupakan pengobatan gangguan makan yang dipersonalisasi untuk remaja, dewasa muda, dan dewasa.

Bagi Lampert, gangguan makan harus ditanggapi dengan serius dan ditangani secara profesional, seperti penyakit fisik atau mental lainnya. Maka dari itu, ia membangun program Emily untuk menawarkan perawatan psikologis, nutrisi, medis, dan psikiatris. Masalahnya, gangguan makan memiliki tingkat kematian tertinggi kedua dari semua penyakit mental.

“Eating disorder itu nyata, serius dan bisa diobati. Mereka tidak halus atau penyakit kesombongan, mereka adalah penyakit berbasis otak yang tidak membeda-bedakan. Namun, ada banyak harapan dan alasan untuk optimis,” kata Lampert.

Terdapat beberapa faktor risiko yang diketahui mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya eating disorder. Faktor pertama adalah kondisi emosional. Eating disorder sering dikaitkan dengan masalah fisiologis (bentuk fisik) serta emosional, termasuk stres, depresi, kecemasan, dan harga diri yang rendah. Namun, ini tidak berarti bahwa semua orang dengan gangguan makan menghadapi penyakit mental lainnya. Pasalnya, setiap orang memiliki pergumulan emosional masing-masing.

Faktor kedua adalah lingkungan sekitar, terutama tekanan untuk menyesuaikan diri dengan cita-cita tubuh ideal. Penyebab dalam faktor ini termasuk ejekan, penindasan, dan body-shaming. Media terkadang juga selalu menampakkan standar tubuh yang tidak realistis. Lingkungan tidak bersahabat seperti inilah yang mengarahkan seseorang kepada gangguan makan melalui citra tubuh yang dibuat media.

Faktor selanjutnya adalah ciri-ciri kepribadian. Terdapat hubungan antara karakter seseorang dan risiko mereka dalam mengembangkan gangguan makan. Asosiasi ini terlihat pada ciri-ciri kepribadian tertentu, seperti kesulitan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi, kebutuhan akan kontrol, kepercayaan diri yang rendah, dan perfeksionisme.

Maka dari itu, Lampert mengatakan, mereka yang mengalami eating disorder perlu berani berbicara karena suara dan cerita mereka sangat penting. Ia pun menyarankan untuk pergi ke rumah sakit demi meminta bantuan dokter sebagai upaya untuk membantu. Lampert menegaskan bahwa hal tersebut bukan sesuatu yang harus dipermalukan.

“Pemulihan membutuhkan latihan, kesabaran, dan menemukan cara untuk hidup dan bekerja dengan diri Anda sendiri dengan cara yang mungkin belum pernah Anda lakukan sebelumnya,” jelasnya.

 

Penulis: Alycia Catelyn

Editor: Elisabeth Diandra Sandi

Foto: flo.health

Sumber: eating-disorders.org.uk, ntst.com, tirto.id

Tags: eating disordergangguan makanpenyakitPsikologis
Elisabeth Diandra Sandi

Elisabeth Diandra Sandi

Related Posts

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa
Kuliner

Tempe: Hasil Fermentasi Mendunia yang Berakar dari Jawa

July 16, 2025
Kopi yang berasal dari feses gajah. (antaranews.com)
Lifestyle

Dari Feses Gajah ke Cangkir Kopi: Cerita di Balik Kopi Ivory

July 16, 2025
Potret salah satu bahan sushi, kani. (istockphoto.com)
Lifestyle

Sushi Kani Ternyata Bukan Kani, tapi Surimi? Ini Faktanya!

July 16, 2025
Next Post
Poster GOT7 menjelang comeback dengan lagu "Last Piece". (Foto: Soompi)

"Last Piece", GOT7 Suguhkan Lagu Romantis untuk Comeback

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

16 − two =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021