SERPONG, ULTIMAGZ.com – Darah merupakan cairan vital di dalam tubuh manusia yang berfungsi untuk mengirimkan oksigen dan zat-zat penting bagi tubuh. Oleh karena itu, darah perlu dikelompokkan untuk mempermudah proses distribusi dan penggunaannya dalam dunia medis. Ada dua teknik yang dipakai untuk mengelompokkan darah, yaitu dengan menggunakan sistem ABO dan rhesus (Rh).
Sistem ABO menggolongkan darah menjadi A, AB, B, dan O. Golongan darah tersebut didapat dari hasil uji keberadaan zat antigen pada sel darah merah dan plasma darah. Antigen sendiri merupakan sebuah cairan yang bisa merangsang respon imun untuk meghasilkan antibodi.
Penggolongan darah dengan sistem ABO ini sudah umum diketahui oleh masyarakat, namun tidak dengan sistem Rh.
Sistem Rh atau faktor Rh menggolongkan darah menjadi positif dan negatif. Hasil penggolongan darah ini didapat dari uji keberadaan antigen D di permukaan sel darah merah. Jika seseorang memiliki antigen D maka orang tersebut memiliki Rh positif, begitu pun sebaliknya. Keduanya, baik sistem ABO dan rhesus, sangat berperan penting dalam proses transfusi darah.
Dikutip dari situs rhesusnegatif, 85 persen penduduk dunia memiliki Rh positif, dan sisanya memiliki Rh negatif. Dengan begitu, Rh negatif menjadi golongan darah yang langka di dunia.
“Seluruh dunia hanya 15 persen. Di Indonesia diperkirakan hanya di bawah 1 persen dari total penduduk Indonesia,” kata Ketua Komunitas Rhesus Negatif Indonesia Lici Murniati kepada Kompas.com.
Menurut data dari situs rhesusnegatif, 1296 jiwa terdaftar yang terdiri dari 567 laki-laki dan 729 perempuan memiliki Rh negatif. Selain itu, jika dilihat dari sistem ABO, pemilik Rh negatif itu terbagi menjadi 316 orang bergolongan darah A, 345 orang bergolongan darah B, 475 orang golongan darah O, dan 160 orang bergolongan darah AB.
Walaupun langka, Rh negatif bukan merupakan kelainan darah yang bisa membahayakan nyawa sang pemiliknya.
“Rh negatif bukan penyakit dan tidak membahayakan. Semua sama saja kok dengan orang rhesus positif. Hanya untuk transfusi yang harus hati-hati,” ujar ahli transfusi Dr.dr. Ni Ken Ritchie, M.Biomed dikutip dari Kompas.com.
Hanya saja, pemilik golongan darah dengan Rh negatif harus waspada saat akan melakukan transfusi darah. Hal ini dikarenakan pemilik Rh negatif tidak bisa menerima donor darah dari orang yang memiliki faktor Rh berlainan.
Jika ini terjadi, maka transfusi darah tersebut akan memberikan reaksi hemolisis pada sang penerima donor, yaitu rusak atau pecahnya sel darah merah. Pasien yang mengalami hemolisis ditandai dengan nilai hemoglobin darah yang tidak naik ataupun turun serta mengalami kuning. Hemolisis inilah yang bisa membahayakan penerima donor dengan Rh negatif.
Dengan demikian, penting bagi Anda untuk mengetahui golongan darah beserta rhesus yang dimilikinya. Hal ini merupakan langkah antisipasi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat membutuhkan tindakan transfusi darah.
Penulis: Galuh Putri Riyanto
Editor: Gilang Fajar Septian
Foto: Ilustrasi Thinkstock
Sumber: Kompas.com, rhesusnegatif.com, alodokter.com