SERPONG, ULTIMAGZ.com – Tupperware, perusahaan asal Amerika Serikat yang bergerak dalam bisnis wadah makanan dan minuman kini terancam bangkrut. Melansir dari katadata.com, Tupperware melaporkan kerugian sebesar 28,4 juta dolar AS selama 2022 dan jumlah penjualan di 2022 menurun 18 persen dibandingkan 2021. Kinerja Tupperware yang kurang baik pada tahun lalu berimbas pada harga saham yang anjlok hampir 50 persen.
Menilik kembali sejarah Tupperware yang didirikan pada 1946 oleh Earl Silas Tupper dan model pemasaran awalnya menyasar kalangan ibu-ibu dengan skema pesta rumahan, dilansir dari kompas.com. Melalui pesta rumahan tersebut, tim penjualan Tupperware memamerkan kecanggihan produk, seperti sistem vakum pada tutup yang menjamin isi wadah tidak akan tumpah sekalipun dibanting. Melansir dari tupperware.co.id, model pemasaran ini dinamakan “Tupperware Home Party” bahkan Tupperware sendiri mengklaim bahwa hampir tiap 1,3 detik pesta tersebut pasti diselenggarakan oleh penggunanya.
Baca juga: WHO Laporkan Tingkat Mikroplastik di Botol Minum Belum Berbahaya
Tupperware mulai menjamah pasar Indonesia pada 1991, dibawa oleh PT Alif Rose selaku distributor pertama Tupperware di Indonesia. Hingga saat ini, terdapat 74 distributor produk Tupperware di seluruh Indonesia dan lebih dari 190.000 tenaga pemasaran. Strategi pemasaran yang digunakan oleh Tupperware mampu menaikan pamor dan ketenaran produk Tupperware. Hampir setiap rumah tangga memiliki produk Tupperware, berupa botol minum dan wadah makanan.
Banyak keluarga Indonesia yang menggunakan produk ini hingga wadah makanan ini memiliki ingatan tersendiri bagi sebagian orang. Sebut saja, kenangan buruk bagi anak sekolah, yaitu Tupperware hilang. Tupperware telah sukses membentuk brand awareness yang kuat di Indonesia. Dengan strategi pemasaran dan target pasar utamanya yakni kalangan para ibu.
Tupperware yang terkenal dengan produk wadah makanan dan minuman, mengalami kenaikan kinerja pada masa pandemi Covid-19. Perusahaan berhasil membukukan laba 4 kali lipat lebih besar ketimbang periode sebelumnya pada 2020. Hal tersebut terjadi karena lonjakan permintaan pasar akan produk wadah makanan dan minuman dari ini, dilansir dari cnbcindonesia.com.
Meskipun Tupperware mengalami keuntungan yang besar pada masa pandemi Covid 19, kejayaan itu tidak berlangsung lama. Melansir kompas.com, Tupperware kini dinilai kalah bersaing dengan kompetitor sejenis, mulai dari ranah inovasi produk hingga skema penjualan. Hal tersebut mengakibatkan produk ini mengalami kerugian dan kesulitan secara alur kas finansial.
Tupperware mengungkapkan bahwa pihaknya kesulitan menghadapi kenaikan bunga pinjaman dan tingkat pendapatan yang tidak menentu. Tupperware menambahkan bahwa terdapat keraguan substansial juga bagi perusahaan tentang kemampuan untuk melanjutkan usahanya, dilansir dari cnbcindonesia.com.
Penulis: Felix Abraham Surya
Editor: Josephine Arella
Foto: tupperware.co.id
Sumber: katadata.com, tupperware.co.id, kompas.com, cnbcindonesia.com