SERPONG, ULTIMAGZ.com – Harga rumah yang semakin tinggi dari tahun ke tahun kin memupuskan harapan orang-orang yang berharap dapat cepat memiliki tempat tinggal sendiri. Generasi kelahiran 1984-1991 diprediksi akan menjadi golongan yang paling merasakan dampaknya di masa depan.
Penyebab paling mendasar tentunya adalah harga tanah yang terus meroket. Di kawasan Jakarta sendiri saat ini rumah paling murah berkisar di harga Rp300 jutaan. Rata-rata pendapatan untuk dapat memiliki rumah dengan harga tersebut adalah Rp7,5 juta/bulan, sedangkan para generasi milenial rata-rata hanya memiliki penghasilan sebesar Rp6 juta/bulan.
Masalah harga perumahan yang terus melambung diperburuk dengan rata-rata kenaikan penghasilan yang hanya berkisar 10% per tahun, tidak seimbang jika dibandingan dengan harga rumah yang bisa melejit hingga 20% dalam kurun waktu yang sama.
Direktur Jendral Pembiayaan Perumahan Kementerian PUPR Lana Winayanti menjelaskan bahwa pemerintah memberlakukan dua pendekatan dalam menyediakan rumah bagi generasi milenial, yaitu supply dan demand.
“Dari sisi pasokan/supply, pemerintah mencoba menekan harga rumah. Misalnya dengan kemudahan perizinan dan penggunaan teknologi konstruksi yang lebih hemat,” tutur Lana seperti dikutip dari finance.detik.com.
Lewat pendekatan demand sendiri, Lana mengatakan bahwa pemerintah menyiapkan program pinjaman kepada masyarakat, seperti KPR atau uang muka dan terus mengajak masyarakat untuk mau menabung.
“Dari sisi demand selain KPR (Kredit Pemilikan Rumah) FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan), kami juga ada subsidi Bantuan Uang Muka. Selain itu kami sedang dorong masyarakat untuk menabung,” jelas Lana lagi.
Gaya hidup generasi milenial hadirkan masalah lain
Hal lain yang membuat generasi milenial dianggap akan sulit mendapatkan hunian adalah masalah gaya hidup. Generasi ini dinilai terlalu banyak menggunakan uangnya untuk hal yang bersifat jangka pendek, ketimbang berinvestasi untuk masa depan.
Perencana Keuangan dari Kaukabus Financial Literacy Center Kaukabus Syarqiyah tidak menganggap ini sebagai suatu hal yang aneh. Ia berpendapat jika generasi milenial tetap tidak mau berpikir untuk jangka panjang, maka keinginan memiliki rumah dalam lima tahun mendatang akan semakin sulit.
“Kenapa? Ada yang membahayakan dari generasi milenial ini, salah satunya biaya gaya hidupnya besar. Sehingga sulit untuk bisa menyicil,” ujar Kaukabus seperti dikutip economy.okezone.com.
Penulis: Gilang Fajar Septian
Editor: Kezia Maharani Sutikno
Foto: economy.okezone.com, sebarr.com
Sumber: finance.detik.com, bareksa.com, economy.okezone.com