SERPONG, ULTIMAGZ.com – DC Extended Universe (DCEU) merilis Harley Quinn: Birds of Prey pada Rabu (05/02/20). Film terbaru DC ini, memindahkan fokus penonton ke seseorang yang masih berhubungan dengan kisah Gotham.
Film garapan sutradara Cathy Yan ini mengarahkan perhatian penonton bukan kepada tokoh protagonis Batman, melainkan kepada seseorang yang jauh lebih dikenal sebagai kekasih dan tangan kanan badut ‘gila’ Joker. Tak lain dan tak bukan adalah si eksentrik, Harley Quinn. Film ini mengisahkan pembentukan kelompok Birds of Prey. Di dalamya juga diperkenalkan tokoh-tokoh baru DCEU seperti Dinah Lance (Black Canary), Helena Bertinelli (Huntress), Renee Montoya, dan Cassandra Cain.
Film berdurasi 109 menit ini mengambil kisah Harley Quinn setelah hubungannya dengan Joker kandas. Selama masa-masa sulit itu ia mulai mencari pelarian dengan berbagai macam kegiatan dan lebih banyak bersosialisasi. Namun, musuh Quinn semakin hari semakin bertambah tanpa diketahuinya . Setelah kabar soal putus hubungannya dengan penjahat nomor satu Gotham menyebar, musuh-musuh Quinn berusaha untuk melakukan balas dendam.
Salah satu hal yang paling terlihat dan akan dikenal oleh penonton adalah penambahan ilustrasi-ilustrasi dan sedikit animasi di dalam film. Sebagai salah satu penerbit komik tertua di Amerika dengan berbagai produk animasi, DC bisa menunjukkan sisi kuatnya di bagian ini. Jauh dari rasa beban, hal ini lebih sesuai dengan gambaran tokoh yang diperankan oleh Margot Robbie ini. Warna-warna mencolok yang bertabrakan bisa tetap mempertahankan estetika melengkapi sikapnya yang liar dan menyenangkan.
Meski menggunakan alur maju mundur, Cathy Yan berhasil mengemas cerita di Birds of Prey tetap mudah dimengerti penonton. Walaupun berulang kali masuk ke dalam adegan kilas balik para tokoh, semuanya tetap diceritakan oleh si mantan psikolog Arkham Asylum dan berhasil menjadi sesuatu yang bisa membuat para penontonnya tersenyum.
Sayangnya, di tengah-tengah film cerita seperti sedikit membosankan. Beberapa percakapan seperti tidak memiliki arti yang jelas untuk kemajuan cerita di dalam film, tetapi hanya agar menunjukkan betapa lucu film tersebut dan eksentrik tokoh-tokohnya.
Selain itu, penggunaan musiknya yang kuat ke dalam film membuat latar suara di Birds of Prey terkesan sedikit berlebihan, seperti semua lagu dipaksakan ke dalamnya. Di beberapa bagian film ,potongan-potongan lagu dimainkan secara bertubi-tubi. Memang, deretan lagu untuk film ini sesuatu yang layak ditunggu-tunggu. Namun, sedikit jeda dirasa perlu untuk memberikan penonton sedikit istirahat.
Secara keseluruhan, Birds of Prey menyajikan suatu pengalaman yang menyenangkan. Perspektif yang digunakan dari tokoh-tokoh pahlawan wanita di dalam film ini berhasil menjadi sesuatu yang baru di dalam kategori film pahlawan wanita.
Pada awalnya, film ini berjudul Birds of Prey (and the Fantabulous Emancipation of One Harley Quinn). Warner Bros selaku studio yang memayungi film ini memutuskan mengganti judul akibat penjualan tiket yang tidak mencapai target. Pihak Warner Bros beranggapan judul film akan sangat menentukan pembelian tiket, oleh sebab itu nama Harley Quinn digunakan untuk mendorong penjualan.
Penulis: Nadia Indrawinata
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Foto: Times Indonesia