SERPONG, ULTIMAGZ.com – Amnesty Indonesia bersama Nusakara UMN mengadakan screening film Eksil di Lecture Hall UMN, Senin (25/11/24) malam. Lola Amaria selaku sutradara turut hadir dalam penayangan tersebut.
Acara dimulai dengan penjelasan mengenai Amnesty Internasional dan Amnesty Indonesia. Selain itu, hak asasi manusia (HAM) juga dikenalkan melalui kuis dan diskusi.
Baca juga: Sejarah Aksi Kamisan: Perjuangan 17 Tahun Menuntut Keadilan Kasus Pelanggaran HAM Berat
Setelah kuis awal bersama Amnesty Indonesia, lampu meredup dan Eksil pun tayang. Selama penayangan, penonton terdiam menyaksikan film Eksil.
Sekilas tentang Eksil, adalah film dokumenter karya Lola Amaria tentang para eksil tahun 1965. Dokumenter ini menceritakan tentang anak bangsa yang merantau ke luar negeri pada era Soekarno, tetapi hidup mereka berubah saat peristiwa 30 September terjadi. Mereka terpaksa menjadi eksil hingga tua tanpa kepastian dari negara Indonesia.
Sehabis Eksil diputar, Lola Amaria dan Usman Hamid, selaku direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia naik ke atas panggung untuk memberikan pandangan atas Eksil dan korelasi dengan anak muda. Lola berbagi cerita di balik layar Eksil dan memberikan pesan bagi anak bangsa yang punya keinginan untuk meninggalkan Indonesia.
“Kejarlah ilmu sampai ke mana pun, bangun Indonesia, dari generasi kalianlah kita akan bisa terus maju, (kalau) pun harus tinggal di luar negeri dan bekerja di sana, tapi itu untuk Indonesia,” ujar Lola.
Tak hanya Lola, Usman juga memberikan pandangan tentang isu kemanusiaan di era pemerintahan dan anak muda. Usman berpikir bahwa mahasiswa masih punya kekuatan untuk mengubah rezim pemerintahan.
“Perubahan di dunia ini selalu terjadi kalau ada rezime change, rezim itu artinya ada strukturnya, normanya, nilai-nilainya yang dibanggakan. Cara mengubahnya harus dengan kekuatan besar. Nah, mahasiswa dalam sejarah selalu dikenal dengan kemampuan mobilisasinya, menggalang massanya selain idealisme,” ungkap Usman.
“Sekarang memang susah menggerakan mahasiswa, bukan karena tidak peduli, banyak yang peduli. Tapi banyak yang dihadang, itu perlu kita siasati dengan cara lebih aman, putar film itu relatif aman,” tambahnya.
Baca juga: Mengendus Desas-Desus Omnibus dan Hak yang Tergerus
Selain Lola dan Usman, diskusi juga dihadiri oleh beberapa eksil. Salah satunya yaitu Nanto, seorang eksil generasi dua, yang turut membagikan pengalamannya sebagai anak dari seorang eksil di Belanda. Ia tak mempunyai kewarganegaraan hingga berusia 17 tahun. Nanto turut membagikan pesan bagi anak muda untuk membuat perubahan.
“Kalau misalkan kalian berpikir di Indonesia itu tidak bener, ubahlah Indonesia kamu, karena itu Indonesia kalian, saya yang tinggal di luar masih berpikir Indonesia itu Indonesia saya, please please please jangan menyerahlah, selalu pulang ke Indonesia,” ujar Nanto.
Penulis: Theresia Sekar Kinanti Deviatri
Editor: Josephine Arella
Foto: Ancilla Maura
https://bit.ly/3OV6orJ SpeedyIndexBot – service for indexing of links in Google. First result in 48 hours. 200 links for FREE.
Is your business ready to grow? I’ll help you collect contacts from local companies to fuel your success. https://telegra.ph/Personalized-Contact-Data-Extraction-from-Google-Maps-10-03 (or telegram: @chamerion)
Want all the contact details of businesses in your city? I’ll get it done quickly and efficiently. https://telegra.ph/Personalized-Contact-Data-Extraction-from-Google-Maps-10-03 (or telegram: @chamerion)