• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Saturday, March 25, 2023
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Greenhope Indonesia: Merancang Ulang Masa Depan Plastik

by Arienne Clerissa Lazuardi
November 25, 2021
in Iptek, Lainnya, Lifestyle
Reading Time: 4 mins read
Greenhope Indonesia: Merancang Ulang Masa Depan Plastik

(Foto: Greenhope Indonesia)

0
SHARES
1.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“It’s not the matter of ‘if’ plastic will kill us,

It’s the matter of ‘when’.” – Tommy Tjiptadjaja

SERPONG, ULTIMAGZ.com – Apakah sepenuhnya menghentikan penggunaan plastik realistis? Jawabannya tidak – atau dapat memakan waktu yang sangat lama. Perusahaan Greenhope Indonesia memberikan solusi realistis bagi isu konsumsi plastik dengan terobosan teknologi miliknya.

Greenhope Indonesia adalah perusahaan teknologi lokal yang bergerak dalam bidang manufaktur plastik. Mereka dikenal sebagai perusahaan Indonesia yang berhasil merintis dua teknologi terkemuka yaitu Oxium dan Ecoplas.

Oxium atau oxo-biodegradable aditif adalah formula yang dapat mempercepat degradasi molekuler dan kimia plastik. Dalam kata lain, microchip ini mampu membantu memecahkan komponen sampah plastik agar lebih cepat terurai. Seperti yang kita ketahui, proses degradasi sampah plastik membutuhkan waktu hampir 450 tahun, dengan menggunakan Oxium, prosesnya hanya membutuhkan waktu 2-5 tahun saja.

Foto produk Oxium Greenhope Indonesia (Foto: greenhope.co)

Selain itu, Greenhope Indonesia juga mewujudkan inovasi plastik ramah lingkungan yaitu Ecoplas, bioplastik yang terbuat dari pati singkong. Bahan dasar alami ini menjadikan Ecoplas alternatif plastik yang sempurna karena sifatnya yang mudah terurai oleh mikroba tanah dan air.

Demi memastikan kredibilitasnya, kedua teknologi ini telah diteliti, disertifikasi, dan dipatenkan di Amerika Serikat. CEO dan Co-Founder Greenhope Indonesia Tommy Tjiptadjaja mengungkapkan kerja kerasnya untuk mengembangkan kedua teknologi ini hingga sampai ke titik sekarang.

“Kami melakukan penelitian selama kurang lebih 10 tahun, dan membutuhkan waktu 7 tahun untuk berhasil mematenkannya, jadi terbayang prosesnya yang sangat lama,” ungkap Tommy.

Seperti layaknya bisnis lain, tidak ada perjalanan yang linear, melainkan seringkali dihadapi oleh berbagai tantangan. Namun, Greenhope Indonesia selalu optimis menjalankan misinya untuk berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Kini, Greenhope Indonesia sudah menjalin berbagai kerja sama dengan perusahaan terkemuka, salah satunya adalah minimarket Alfamart dan Indomaret, supermarket SuperIndo, Giant, Carrefour, dan Hero, serta berbagai industri produk dan jasa lainnya seperti Tessa dan Hoka Hoka Bento.

4R: Pondasi Bisnis Greenhope Indonesia

Prinsip 4R Greenhope Indonesia (Foto: greenhope.co)

Jika Ultimates sudah akrab dengan semboyan 3R, reduce, reuse, recycle, Tommy merasa terdapat satu aspek yang perlu ditambahkan yaitu “return to earth”. “Pendekatan 3R ini tidak cukup, kalau memang sudah cukup, kita tidak akan membicarakan masalah sampah plastik lagi sekarang,” ujar Tommy.

Sering kali plastik konvensional mempunyai problema yang sama, yaitu kesulitannya untuk diurai. Greenhope Indonesia menggunakan pendekatan return to earth untuk memastikan plastik mereka dapat melengkapi siklus hidup yang sempurna, yaitu dengan kembali ke tanah.

Pendekatan ini dilatarbelakangi payung Sustainable Development Goals (SDG) yang dicetuskan oleh PBB yaitu, poin ke dua belas “konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab”. Poin ini menjadi inspirasi dan gambaran idealis untuk menciptakan jalan keluar yang dinilai praktis, nyata, dan mampu menggerakkan pasar global.

Greenhope Indonesia ingin memberikan solusi yang jujur dengan mempertimbangkan realita ekonomi dan kebiasaan manusia yang cenderung masih bergantungan dengan plastik. Misi “return to earth” adalah untuk mengadvokasikan “plastik masa depan”. Adanya, tidak ada lagi ruang atau alasan lagi untuk menggunakan plastik yang konvensional.

Berani Ciptakan Ekonomi Sirkular

“Banyak sekali bisnis semata melihat dari financial profit saja, padahal seharusnya dilihat dari people dan planet profit juga,” ujar Tommy.

People dan planet profit merupakan kedua bahan bakar dan semangat bagi bisnis Greenhope Indonesia. Tommy dan tim beraspirasi menjadi bisnis yang sukses, sambil mendukung ekonomi sirkular di dalam negeri.

Salah satunya dilakukan dengan teknologi Ecoplas. Ecoplas yang berasal dari pati singkong menggunakan pasokan koperasi petani-petani singkong binaan di Indonesia. Hal ini membuat Ecoplas meraih sertifikat Fair For Life dari negara Swiss yang berkomitmen dalam tiga aspek, yaitu dampak sosial, fair trade, dan dampak lingkungan.

Sebagai bisnis multinasional, Greenhope Indonesia tidak ingin memberikan dampak yang hampa. Mereka berupaya untuk menambah devisa negara melalui kegiatan ekspor impor sekaligus memberikan kontribusi terhadap sektor agrikultur dan kesejahteraan masyarakat.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=_0oBbLG0oPg[/embedyt]

Tekankan Peran Anak Muda

Meski usulkan solusi bagi isu konsumsi plastik di Indonesia, jalan keluar ini tentu tidak absolut. Permasalahan plastik tidak akan berakhir tanpa perubahan pola pikir dan kebiasaan dari masyarakat. Tommy ingin mengajak generasi muda untuk mencerminkan perubahan melewati kebiasaan konsumsi kita sehari-hari.

Cara termudahnya adalah untuk mawas terhadap prinsip responsible consumption. “Kalian harus dapat mempertanyakan diri sendiri, apakah makna dari mengkonsumsi? Kita konsumsi secara berlebihan dengan harapan akan semakin bahagia, padahal bukan itu jawabannya,” kritiknya.

Tommy tegaskan bahwa setiap hari semua orang mempunyai pilihan untuk memberikan kontribusi positif atau negatif terhadap bumi . Maka dari itu, pilihan kembali ke tangan kita, untuk tetap menutup mata, atau bergerak mengambil peran menjadi agen perubahan.

“Do you want to be the generation who build bridges or burn bridges?” tantangnya.

Foto wawancara dengan CEO Greenhope, Tommy Tjiptadjaja (04/11/21)

Penulis: Arienne Clerissa

Editor: Andi Annisa Ivana Putri

Sumber: Greenhope.co

Foto: Greenhope.co

Tags: global warminggreenhope indonesiaisu plastikpemanasan globalplastikplastik ramah lingkunganplastik singkongRamah Lingkungan
Arienne Clerissa Lazuardi

Arienne Clerissa Lazuardi

Related Posts

Ma’nene, Tradisi Jemur dan Ganti Pakaian Mayat (ULTIMAGZ)
Jalan-jalan

Ma’nene, Tradisi Jemur dan Ganti Pakaian Mayat

March 22, 2023
Warteg
Lifestyle

Warteg: Hidangan Andalan Sejuta Umat

March 16, 2023
parkir
Info Kampus

Parkir, Tantangan Besar bagi Pengemudi untuk Beretika 

March 15, 2023
Next Post

The 17th UI Book Festival: Berkembang Menjadi Pencipta Konten

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

6 + 3 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021