Pernahkah Ultimates merasa mendapatkan kebahagiaan setelah mendapatkan tanda suka dan komen yang banyak dari aplikasi media sosial?
Atau pernah tidak merasa senang karena menonton tayangan-tayangan YouTube yang lucu?
JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Sadar tidak, di era sekarang yang serba online, rasanya manusia sudah tidak mungkin dapat dipisahkan dengan telepon genggam. Bahkan, terkadang saat pergi ke toilet atau makan pun rasanya tidak afdol jika tidak memegang gawai.
Di dunia yang terhubung di internet, sekarang manusia justru lebih mudah mendapatkan kebahagiaan. Hanya dengan menonton video, scrolling media sosial, memesan makanan cepat saji menggunakan aplikasi ojek online, dan banyak kemudahan lain yang dapat dilakukan di dunia serba daring. Namun, hal tersebut ternyata termasuk ke dalam kategori kebahagiaan semu, lho!
Menurut KBBI, kebahagiaan memiliki pengertian kesenangan dan ketentraman hidup (lahir batin), keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin.
Ketika manusia bahagia, tubuh akan menghasilkan hormon dopamin. Bersama dengan endorphin, serotonin, dan oksitosi, hormon ini lah yang mengatur rasa bahagia dan sedih pada diri manusia. Dengan itu, hormon dopamin dijuluki sebagai “happy hormones” atau hormon kebahagiaan.
Dengan begitu, saat merasa senang, otak manusia akan dibanjiri dengan dopamin, tidak peduli kebahagiaan itu didapatkan dari hal yang mudah atau sulit.
Contohnya adalah seperti ini, ketika seorang mahasiswa berhasil mendapatkan IPK yang bagus semester ini karena usaha dan kerja kerasnya selama ini dalam mengerjakan tugas, mendengarkan materi, melakukan projek dengan sebaik mungkin, dan lainnya. Tentu saja ia akan bahagia karena hasil dari usaha tidak sia-sia.
Namun, kebahagiaan juga dapat muncul ketika ia mendapatkan likes di akun Instagram, bermain game semalaman, atau menonton video lucu di YouTube.
Hormon dopamine akan datang ketika manusia rajin berolahraga, tetapi dia juga akan datang ketika menonton video porno terus-menerus.
Hal-hal itulah yang disebut sebagai kebahagiaan semu, ketika manusia merasa ‘puas’ dan merasa bahagia, padahal sebenarnya tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat, apalagi berharga.
Kebahagiaan semu merupakan sebuah perasaan senang yang didapatkan secara instan. Tidak seperti bahagia pada umumnya yang menimbulkan rasa ‘puas’ karena berhasil mencapai suatu hal, kebahagiaan semu merupakan perasaan yang manusia pikir ‘puas’ tetapi sebenarnya tidak nyata.
Bahagia ‘kok Salah?
Sebenarnya tidak ada yang salah dari rasa bahagia, tetapi dapat menjadi berbahaya jika kebiasaan mendapatkan kebahagiaan semu ini menjadi sebuah adiksi. Manusia yang erat kaitannya dengan gawai, akan menjadi ketergantungan, merasa kesepian, dan mudah merasa jenuh jika tanpa keberadaan gawai, bahkan hanya 10 menit.
Bahaya ketergantungan ini dapat menyebabkan manusia membuang-buang waktunya untuk hal yang kurang tepat, merusak fungsi otak, menjadi seorang yang pemalas karena suka menunda-nunda, cepat bosan karena tidak dapat menikmati setiap momen berharga, tidak mudah bersyukur karena seringkali membandingkan diri sendiri dengan orang lain, sibuk padahal tidak penting, tidak tahu apa yang dikerjakan, tidak lagi menghargai proses untuk menjadi bahagia.
Kebahagiaan semu memang mudah dan cepat untuk didapatkan, tetapi akan lebih cepat hilang. Rasa ‘puas’ dan bangga atas pencapaian yang telah diraih tidak akan bisa didapatkan dari kebahagiaan semu, dari menenggelamkan seluruh hidup ke dalam dunia gawai dan internet.
Perlu disadari bahwa sayangnya, hidup tidak seindah foto-foto liburan teman di media sosial, tidak seinstan naik level saat main game, tidak selucu video prank, tidak semudah cerita sukses selebgram, dan tidak semulus drama korea.
Kebahagiaan yang didapatkan dari ujung jari ketika membuka gawai dan internet tentu tidak akan sama dengan kebahagiaan karena pencapaian baru dalam hidup. Kebahagiaan karena hal yang instan akan menjadi semu, menjadi tidak berarti pada akhirnya. Karena sebenarnya yang dibutuhkan dari kebahagiaan adalah pelajaran, proses, usaha, dan waktu sehingga tidak mudah menyerah dan cepat depresi karena kegagalan.
Pentingnya ‘Dopamine Detox’
Dopamine detox adalah sebuah aktivitas untuk memberhentikan sejenak diri dari segala aktivitas di media sosial, dunia internet, dan penggunaan gawai secara berlebihan.
Rasakanlah bosan sejenak, ulang kembali fungsi otak. Percaya bahwa ketika manusia benar-benar bosan, hal-hal yang sebelumnya dianggap tidak menyenangkan dan membosankan, tidak akan menjadi sebosan itu lagi. Justru kebalikannya, bisa jadi menyenangkan. Seperti, membaca buku, menulis jurnal, dan sebagainya.
Ketika merasa bosan, diri akan mulai dituntut untuk berpikir ulang mengenai apa yang harus dikerjakan dan akhirnya mulai mengerjakan hal yang benar-benar penting untuk dilakukan.
Jadikanlah aplikasi ‘hiburan’ di gawaimu sebagai reward setelah selesai melakukan aktivitas yang berguna bagimu selama seharian penuh. Jangan lupa untuk memberi kontrol serta membulatkan niat dan tekad yang kuat pada diri sendiri untuk menjaga komitmen ini.
Pertahankan semua aktivitas ini selama 100 hari dan bentuk kebiasaan baru. Dengan begitu, diri akan dapat merasa lebih bahagia, bahkan dari hal-hal kecil yang sebelumnya tidak disadari. Contohnya, seperti menghirup udara segar, menyalakan lilin aromaterapi, mendengarkan kicau burung, berdiskusi bersama teman, dan sebagainya.
Bagian terpentingnya adalah diri sendiri akan punya banyak waktu untuk membuat berbagai tujuan, mimpi, dan rencana hidup di masa depan. Tidak hanya berhenti sampai membuat, waktu juga akan tersedia untuk berlari, mengejarnya, dan akhirnya mencapainya.
Gawai merupakan sebuah alat yang diciptakan oleh manusia. Maka dari itu, jangan biarkan dia mengontrol manusia. Seluruh keputusan ada di tangan diri sendiri karena sebenarnya menggunakannya secara berlebihan tidak akan merugikan siapa pun kecuali diri sendiri.
Penulis: Keisya Librani Chandra
Editor: Xena Olivia
Sumber: Rianto Astono (youtube.com), halodoc.com
Foto: thegutstotravel.com