• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Monday, June 30, 2025
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ
No Result
View All Result
Home Iptek

Tradisi Kawin Lari bagi Kaum Perempuan Suku Sasak

by Diana Valencia
May 16, 2018
in Iptek
Reading Time: 2 mins read
Tradisi Kawin Lari bagi Kaum Perempuan Suku Sasak
0
SHARES
577
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

LOMBOK, ULTIMAGZ.com – Jika mendengar frasa ‘kawin lari’, umumnya berbagai asumsi negatif akan muncul di benak kita. Namun, apa jadinya jika kawin lari justru menjadi sebuah cara terhormat untuk melamar seorang perempuan?

Tradisi kawin lari atau kawin culik merupakan budaya khas suku Sasak, suku asli Lombok yang tinggal di Desa Sade, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Bermodalkan keberanian dan rasa cinta antardua orang, tradisi ini tetap dipertahankan masyarakat sebagai indikasi keseriusan seorang pria dengan seorang perempuan.

Proses terakhir yakni tradisi nyongkolan daro budaya kawin lari di masyarakat Sasak, Lombok. (Sumber: travel.detik.com)

Pasangan yang memutuskan untuk kawin lari atau kawin culik akan bertemu di pohon cinta. Tak ada yang spesial dari pohon cinta ini, hanya sebuah pohon mati dengan batang bercabang, lokasi pohon itu sendiri tersebar di tengah-tengah desa. Namun, kesakralan tetap dijaga, sebab setiap laki-laki dan perempuan yang bertemu di pohon cinta niscaya akan jatuh cinta.

“Lintas generasi sudah digunakan pohon cinta itu, jadi jika sepasang manusia hendak melakukan ritual ini maka bertemunya di lokasi tersebut. Siapapun yang bertemu di lokasi tersebut dipercaya akan tumbuh cinta dan cintanya akan abadi,” ujar salah satu pemandu wisata di Desa Sade, Amadesta.

Akan tetapi, jangan membayangkan tradisi kawin lari atau kawin culik ini akan selesai setelah pihak pria membawa pergi pihak perempuan. Setelah ‘penculikan’ tersebut, sang pria akan membawa sang perempuan menginap ke tempat tinggal salah satu sanak saudaranya. Pada umumnya, proses ini akan berlangsung selama seminggu.

Proses penculikan pun harus dipikirkan dengan matang. Jika penculikan diketahui atau tertangkap basah oleh keluarga pihak perempuan, maka sang pria akan dikejar dan bila berhasil ditangkap pernikahan akan dibatalkan.

Setelah pihak keluarga perempuan sadar bahwa anaknya tak kunjung pulang, mereka akan mengutus seorang pejati (kurir) untuk mengabarkan hal ini ke kepala desa. Kemudian, kabar akan disebarkan ke seluruh desa, dan di sini letak perbedaan kawin lari suku Sasak dengan kawin lari yang dikenal secara luas, yakni pihak pria akan memberitahukan bahwa anak perempuan keluarga tersebut sudah dibawanya.

“Setelah membawa, barulah si pria nanti bawa si perempuan pulang ke rumah dengan iring-iringan meriah. Pakai musik, tari-tarian, dan bawa seserahan. Untuk yang beda daerah atau suku, seserahannya lebih mahal pakai dua ekor sapi. Tapi kalau sesama Sasak cukup seperangkat alat sholat pun ‘jadi’,” tambah Amadesta.

 

Penulis: Diana Valencia

Editor: Hilel Hodawya

Ilustrasi: Diana Valencia

Tags: 2018budayaDesa SadeKawin culikKawin larikhasLombokLombok TengahNusa Tenggara BaratSasakultimagz
Diana Valencia

Diana Valencia

Mahasiswi Jurnalistik Universitas Multimedia Nusantara yang merupakan penikmat sastra dan film-film psychollogical thriller.

Related Posts

Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). (kompas.com)
Iptek

Kelamnya Sejarah Revolusi Indonesia: Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

May 9, 2025
Ilustrasi sorgum. (Pixabay/Bishnu Sarangi)
Iptek

Sorgum: Harapan Pangan Nasional di Tengah Krisis Iklim

May 7, 2025
Pameran model dan kerangka burung dodo di Museum of Natural History. (oumnh.ox.ac.uk)
Iptek

Jejak Terakhir Burung Dodo: Kisah dari Spesies yang Punah

April 29, 2025
Next Post
Melihat Lebih Dekat Sosok Pramoedya Ananta Toer Lewat Pameran ‘Namaku Pram: Catatan dan Arsip’

Melihat Lebih Dekat Sosok Pramoedya Ananta Toer Lewat Pameran 'Namaku Pram: Catatan dan Arsip'

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merasa Depresi? Coba Cek 4 Organisasi Kesehatan Mental Ini!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Artikel Terbar-U
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto
  • Disabilitas

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • Special
    • FOKUS
    • PDF
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021