SERPONG, ULTIMAGZ.com — Pembunuhan yang menjadi salah satu tindakan paling keji karena telah menghilangkan nyawa seseorang, justru dibenarkan oleh sebagian orang. Hal ini terjadi pada beberapa pembunuh berantai terkenal Amerika Serikat (AS), seperti Ted Bundy dan Jeffrey Dahmer.
Ted Bundy melakukan pelecehan seksual dan membunuh beberapa perempuan di Washington, Oregon, Colorado, Utah, dan Florida antara tahun 1974 dan 1978. Meskipun ia akhirnya mengakui 28 pembunuhan, beberapa memperkirakan bahwa Bundy bertanggung jawab atas ratusan kematian.
Setelah persidangan yang dipublikasi, ia dijatuhi hukuman mati pada 1979 karena pembunuhan dua mahasiswi. Pada tahun berikutnya, ia kembali dijatuhi hukuman mati, kali ini atas pemerkosaan dan pembunuhan seorang gadis berusia 12 tahun. Bundy pun dieksekusi di kursi listrik Florida pada 1989.
Terlepas dari sifat jahatnya yang mengerikan, Bundy menjadi semacam selebriti. Terutama setelah melarikan diri dari tahanan di Colorado pada 1977. Selama persidangannya, kecerdasan dan pesona Bundy menarik perhatian publik secara signifikan.
Alhasil, Bundy memiliki banyak kelompok perempuan yang memprotes ketidakbersalahannya dan menghadiri persidangannya yang dipublikasikan secara luas. Pesona Bundy berhasil memikat beberapa korbannya dan meyakinkan istrinya, Carole Ann Boone, bahwa ia adalah pria yang tidak bersalah.
Kasus serupa terjadi pada Jeffrey Dahmer yang membunuh 17 pria pada tahun 1978 hingga 1991. Ia menargetkan orang-orang di pinggiran masyarakat yang sering kali merupakan penjahat keliling atau kriminal. Dengan begitu, kepergian korban yang dibunuh Dahmer pun akan tidak terlalu terlihat dan bisa mengurangi kemungkinan penangkapannya.
Dahmer akhirnya tertangkap pada Februari 1992 dan dijatuhi hukuman seumur hidup. Namun, ia dibunuh oleh sesama narapidana di penjara Wisconsin pada 1994.
Meskipun banyak nyawa yang hilang di tangan Dahmer, ia menerima surat cinta dan hadiah dari penggemarnya setelah dipenjara. Dahmer diidolakan oleh penggemarnya yang menyebabkan banyak surat penggemar masuk sampai kematiannya.
Siapa sangka, penjahat laki-laki yang kejam secara brutal seperti Bundy dan Dahmer menjadi banyak minat cinta perempuan. Penggemarnya ini tidak selalu perempuan yang pernah menjalin hubungan dengan kriminal tersebut kemudian memutuskan untuk tetap setia. Terkadang mereka mengetahui tentang orang-orang ini begitu diadili, ditayang di media, atau sudah dipenjara. Banyak psikolog berteori bahwa kondisi yang disebut hybristophilia adalah penyebabnya.
Bedah Definisi Hybristophilia
Dilansir dari kumparan.com, hybristophilia merupakan suatu jenis parafilia yang menyebabkan penderitanya terangsang secara seksual karena orang lain melakukan tindakan ofensif atau kekerasan. Sementara parafilia adalah ketertarikan seksual yang tidak biasa dan tidak dapat diterima secara sosial.
Kurangnya studi tentang hybristophilia menjadikannya sulit untuk meninjau jumlah orang yang memiliki kecenderungan ini. Sebab, para ahli menyebut hybristophilia tidak dianggap sebagai penyakit, tetapi sebagai preferensi seksual.
Dilansir dari vice.com, seorang penulis dan terapis seks, Dr. Michael Aaron menjelaskan bahwa terdapat dua bagian dari hybristophilia. Pertama, bagian berbahaya yang tabu. Kedua, bagian agresif hiper-maskulin yang bisa sangat menarik bagi beberapa perempuan.
Sementara gangguan ini biasanya diterapkan pada perempuan heteroseksual, pria juga dapat mengalaminya. “Tentu saja ada pria yang tertarik pada perempuan berbahaya, karena mereka juga mungkin tertarik pada sensasi dan intensitas emosional yang ditimbulkan oleh perempuan tersebut,” ucap Aaron.
Salah satu masalah terbesar dengan kekaguman dan kecintaan untuk penjahat adalah, pengidap hybristophilia lupa bahwa kehidupan diambil dan dihancurkan sebagai akibat dari kejahatan tersebut. Seksualisasi penjahat ini tidak menghormati korban dan keluarga yang ditinggal. Anggota keluarga cukup menderita setelah kehilangan seseorang yang mereka cintai dan pantas mendapatkan perlakuan lebih baik daripada melihat orang-orang mendiskreditkan kejahatan para pelaku tersebut.
Terlepas dari penampilannya yang tampan, orang-orang seperti Bundy dan Dahmer telah menyiksa, memperkosa dan membunuh korbannya. Bahkan jika mereka secara konvensional menarik, ini tidak mengurangi kekerasan dan kejahatan tidak termaafkan yang telah mereka lakukan.
Dari sini bisa disimpulkan, meski hybristophilia adalah salah satu kelainan psikologis, para pengidapnya tetap harus bertindak sebagaimana mestinya, bukan membenarkan tindakan para pelaku kriminal tersebut.
Baca Juga “Platonic Relationship: Bisakah Laki-Laki dan Perempuan Berteman Tanpa Rasa Suka?”
Cerminan Hybristophilia Lainnya
Pada 2018, Cameron Herrin ikut serta dalam balapan jalanan ilegal. Ia kemudian menabrak dan membunuh seorang ibu yang berusia 24 tahun dan anak perempuannya yang berusia 20 bulan saat mereka sedang menyeberang jalan di Florida, AS.
Herrin pun dijatuhi hukuman 24 tahun pada 8 April 2021. Namun, dilansir dari foxnews.com, pria berusia 24 tahun itu memiliki dua juta pengikut di TikTok yang berencana untuk mengajukan banding atas hukumannya.
Sejak itu, jutaan TikTokers (sebutan bagi pemain TikTok) telah mengunggah untuk mendukung ‘kebebasannya’ dengan tagar #justiceforcameron yang mengumpulkan lebih dari 26 juta tampilan. TikTok tentang Herrin pernah mencapai 2,2 miliar tampilan. Para penggemar Herrin di TikTok mengatakan bahwa ia terlalu ‘imut’ untuk berada di penjara.
Selain mengunggah konten di TikTok tentang Herrin, insider.com melaporkan bahwa beberapa akun yang didedikasikan untuk Herrin telah dibuat di Twitter dan Instagram. Apa yang diakibatkan oleh Herrin mungkin tidak sebanding dengan apa yang diakibatkan Bundy dan Dahmer, tetapi tetap saja tidak berlaku adil bagi keluarga korban.
Tidak hanya itu, ada pula tren TikTok di mana gadis-gadis muda bermain peran sebagai korban Bundy dan merias wajah menyerupai memar akibat ‘serangan’. Tren tersebut sempat dibahas di salah satu artikel Psychology Today oleh seorang profesor psikologi forensik di Universitas DeSales, Pennsylvania, Katherine Ramsland.
Ramsland menulis, “Mengesampingkan penghinaan langsung terhadap korban asli, apa yang terjadi dalam kehidupan gadis-gadis ini yang membuat gagasan diperkosa, dipukuli, dan dibunuh menjadi menghibur?”
Kehausan Akan Cerita Pembunuh Berantai
Tentu, menyukai dan menonton film-film dokumenter tentang kasus kriminal adalah hal yang normal. Wajar untuk tertarik oleh individu-individu seperti Bundy dan Dahmer. Merenungkan sifat para tokoh kriminal dan ingin tahu tentang apa yang salah, bukan hal yang salah. Akibat ini, tidak heran jika film dokumenter yang terinspirasi oleh para penjahat begitu banyak ditonton.
“Pembunuh berantai sangat ekstrem dalam kebrutalan mereka dan tampaknya tidak wajar dalam perilaku mereka sehingga masyarakat terpaku oleh mereka. Banyak orang secara tidak wajar tertarik pada kekerasan pembunuh berantai, karena mereka tidak dapat memahami tindakan mereka, tetapi merasa terpaksa,” jelas Kriminolog Dr. Scott Bonn, dilansir dari davissciencesays.ucdavis.edu.
“Ketidakjelasan kejahatan mereka membuat pembunuh berantai tampak penuh teka-teki di benak publik. Ketertarikan dengan pembunuh berantai sebagian didasarkan pada kebutuhan untuk memahami mengapa ada orang yang melakukan hal mengerikan seperti itu kepada orang lain yang umumnya sama sekali asing bagi mereka,” lanjutnya.
Sudah menjadi sifat kita sebagai manusia untuk tertarik dan mencoba memahami para pembunuh ini pada tingkat manusia. Namun, di mana kita harus menarik garis antara rasa ingin tahu dan obsesi?
Dengan mengagungkan apa yang dilakukan oleh para pelaku pembunuhan, ini bisa membuat keluarga korban merasa hancur. Mengetahui aksi pelaku yang membuat mereka kehilangan orang tersayang dibenarkan hanya karena ketampanan dan pesonanya.
Keluarga korban dan korban membutuhkan masyarakat untuk berbuat lebih baik. Mereka layak untuk menjadi lebih dari sekadar renungan. Sayangnya, nama seperti Ted Bundy dan Jeffrey Dahmer lebih dikenal daripada nama korbannya. Ini hanyalah menyakiti korban dan keluarganya untuk kedua kalinya.
Ada perasaan katarsis yang datang dari menonton film atau dokumentari tentang serial pembunuh psikopat yang berbahaya. Percayalah, tidak ada yang salah dengan hal itu. Namun, yang menakutkan adalah, meningkatnya tren dalam pemujaan karakter yang melakukan tindakan mengerikan.
Masyarakat harus bisa secara efektif membedakan antara daya tarik dan minat dari sisi hiburan, kesungguhan, dan kengerian dari sisi realistis.
Penulis: Alycia Catelyn (Jurnalistik 2020), Stephanie Amelia W. (Komunikasi Strategis 2020)
Editor: Jessica Elisabeth Gunawan
Foto: crimereads.com
Sumber: kumparan.com, vice.com, insider.com, davissciencesays.ucdavis.edu, psychologytoday.com