SERPONG, ULTIMAGZ.com – Ultimates, kalian pasti pernah mendengar cerita tentang persahabatan antara laki-laki dan perempuan, tapi ujung-ujungnya malah jadi cinta, kan? Cerita-cerita seperti ini terkadang membuat kita bertanya-tanya, sebenarnya bisakah laki-laki dan perempuan bersahabat tanpa timbul perasaan suka?
Dalam konteks hubungan heteroseksual, pertemanan antara pria dan wanita yang melibatkan emosi tetapi tidak memiliki ketertarikan seksual dari salah satu atau kedua belah pihak disebut dengan Platonic relationship. Platonic relationship inilah yang menjadi kunci keberhasilan persahabatan antara pria dan wanita.
Dalam platonic relationship, ketika kedua pihak menyadari posisi dan peran mereka dalam hubungan pertemanannya, maka hubungan tersebut dapat dibilang sehat dan cenderung akan bertahan lama. Namun, hal ini tidak semudah kelihatannya.
Melansir hasil riset tirto.id kepada 1.001 laki-laki dan perempuan berusia 20-25 tahun di Indonesia, 95,9% responden mengaku pernah jatuh cinta pada temannya sendiri. Dari jumlah tersebut, kebanyakan dari mereka beralasan perasaan cinta itu muncul dari seringnya interaksi yang dilakukan dan juga perasaan nyaman ketika berbicara.
Hal ini juga selaras dengan jurnal “Benefit or burden?: Attraction in cross-sex friendship”. Menurut jurnal tersebut, meskipun istilah platonic relationship ini benar adanya, tapi pada praktiknya, hal ini sulit sekali terwujud dan berujung hanya menjadi sugesti pada pertemanan heteroseksual saja. Platonic relationship sering kali hanya menjadi alat untuk kedua pihak percaya bahwa hubungan pertemanan mereka benar bisa berhasil.
Meskipun banyak penelitian yang menunjukan kecilnya kemungkinan terjadi pertemanan sehat antara laki-laki dan perempuan, bukan berarti tipe pertemanan ini toxic atau tidak baik untuk kita. Menurut ilmu psikologi, platonic relationship antara laki-laki dan perempuan ini sangat baik dan dianjurkan untuk dimiliki oleh setiap orang. Pertemanan antara laki-laki dan perempuan nyatanya memberikan dampak yang berbeda dengan pertemanan antar laki-laki ataupun antar perempuan. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan karakteristik pola pertemanan pada masing-masing jenis kelamin.
Mengutip dari greatmind.id, pertemanan antar laki-laki umumnya cenderung tidak melibatkan sisi emosional. Kebanyakan, keterikatan dalam pertemanan antar laki-laki dibentuk dari kegiatan-kegiatan fisik. Hal ini membuat pertemanan antar laki-laki menjadi terhindar dari drama-drama pertengkaran yang melibatkan perasaan personal. Akan tetapi, hal ini juga mengakibatkan para laki-laki menjadi sulit untuk mengungkapkan perasaan emosionalnya.
Pada sisi lain, pertemanan antar perempuan cenderung sangat melibatkan sisi emosional. Keterikatan dalam pertemanan antar perempuan biasanya dibentuk dari proses keintiman, komunikasi, dan saling mendukung. Hal ini mengakibatkan hubungan antar perempuan sangat terbuka secara emosional, tetapi berujung pada pertemanan yang rentan akan pertengkaran dan sakit hati.
Dalam platonic relationship antara laki-laki dan perempuan, kedua karakter dari masing-masing laki-laki dan perempuan akan saling melengkapi sehingga menimbulkan pertemanan yang suportif tetapi juga tidak terlalu sensitif. Seorang laki-laki ketika sudah nyaman berteman dengan seorang perempuan, tidak lagi merasa takut atau malu untuk menunjukan sisi emosionalnya. Sementara itu, perempuan yang berteman dengan laki-laki, akan lebih bisa berbicara blak-blakan tanpa perlu merasa takut temannya sakit hati.
Berteman dengan lawan jenis yang memiliki sifat psikologis alami yang berbeda, juga dapat membuat seseorang memiliki sudut pandang yang lebih luas dalam melihat dunia. Hal ini dapat membantu seseorang menjadi lebih dewasa dan tangguh dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam hidup.
Platonic relationship antara laki-laki dan perempuan nyatanya memang berdampak sangat positif untuk kedua pihak. Namun, perlu diakui pula, hubungan pertemanan heteroseksual yang sehat cukup sulit untuk dilakukan. Oleh karena itu, berikut adalah tips menjaga dan mempertahankan pertemanan platonic relationship versi ULTIMAGZ:
Pahami dan jujur atas motivasi masing-masing
Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap hubungan pasti memiliki suatu tujuan. Ketika tujuan yang dimiliki oleh masing-masing pihak dalam sebuah hubungan ternyata berbeda, hal ini akan membahayakan status hubungan tersebut. Oleh karena itu, langkah pertama dari menjaga platonic relationship adalah pahami terlebih dahulu tujuan pertemanan dari kedua pihak.
Dalam tahap ini, keterbukaan dan kejujuran menjadi sangat penting. Kedua pihak harus menyadari bahwa motivasi ini akan menjadi komitmen mereka dalam melanjutkan hubungan pertemanan. Jika ternyata terdapat perbedaan motivasi, maka komunikasi lebih lanjut akan diperlukan untuk menyelaraskan perbedaan ini.
Tentukan batasan-batasan dalam pertemanan
Menentukan batasan adalah proses yang penting dalam mempertahankan sebuah hubungan pertemanan. Kedua pihak harus sama-sama memahami sampai batas mana kedekatan mereka boleh ditunjukkan.
Terdapat dua jenis batasan dalam pertemanan, yaitu fisik dan emosional. Batasan fisik adalah seberapa jauh aktivitas dan kontak fisik boleh dilakukan dalam pertemanan. Seperti menyentuh, bergandengan tangan, atau memeluk.
Sementara itu, batasan emosional melingkupi segala aktivitas yang berpotensi meningkatkan keintiman emosional. Seperti menghabiskan waktu berdua saja, bercerita hal-hal yang terlalu personal, atau membuat panggilan sayang.
Nyatakan status dengan tegas
Untuk menghindari kesalahpahaman dari salah satu pihak, penegasan status hubungan perlu dilakukan. Dengan menyatakan status hubungan dengan tegas, maka kedua pihak sama-sama mengerti posisinya masing-masing dan tidak mencoba untuk mengubah status yang sudah disepakati bersama. Jangan sampai ketidaktegasan status hubungan ini membuat salah satu pihak merasa memiliki kesempatan untuk membawa platonic relationship ini ke arah hubungan percintaan.
Suportif pada hubungan percintaan satu sama lain
Karena hubungan platonic relationship hanya berhenti pada tahap pertemanan saja, maka setiap pihak berhak untuk memiliki hubungan lain diluar pertemanannya. Hubungan ini termasuk hubungan percintaan.
Dalam pertemanan antara pria dan wanita yang sehat, ketika salah satu pihak sedang berusaha membangun hubungan percintaan dengan orang lain, pihak lainnya perlu menunjukan dukungan positif pada mereka. Perlu disadari bahwa platonic relationship bukan hubungan yang perlu diprioritaskan, artinya jangan sampai hubungan pertemanan ini malah mengganggu hubungan-hubungan lain yang juga penting untuk kehidupan individu.
Jadi, walaupun menjalin platonic relationship dengan teman yang berbeda jenis kelamin ini sulit untuk dilakukan, tapi bukan berarti kita harus menjauhinya. Banyak peneliti sudah membuktikan bahwa pertemanan yang sehat antara pria dan wanita berdampak sangat positif untuk kedua pihak.
Pria dan wanita bisa, kok, berteman saja. Asalkan kedua pihak mampu berkomunikasi dengan baik dan menyadari status yang mereka bangun.
Penulis: Reynaldy Michael Yacob
Editor: Andi Annisa Ivana Putri
Foto: Kasyful Haq
Sumber: Tirto.id, Greatmind.id, Alodokter.com, Klikdokter.com