Serpong, ULTIMAGZ.com – Pentas budaya YuNiti LenongKestra sukses diselenggarakan di Jakarta Conference Hall iNews Tower pada Sabtu (11/11/23) malam. Pentas ini menjadi ajang keragaman agama untuk bersatu melestarikan dan menikmati budaya negara.
YuNiti LenongKestra merupakan pentas lenong, orkestra, dan tradisi Nusantara yang diselenggarakan oleh Komunitas Seni Budaya Gereja Santo Yakobus Paroki Kelapa Gading. Walau diselenggarakan oleh gereja, para pemain pertunjukan dan audiens tidak terbatas hanya untuk umat Katolik saja.
Baca juga: “Soundquriang8” Tampilkan Perjalanan Unik Budaya Musik Indonesia
Maka dari itu, panggung dapat diisi oleh anggota-anggota gereja dan nonkatolik lainnya untuk bersama-sama memeriahkan pentas kebudayaan lenong. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa YuNiti LenongKestra itu menarik menurut salah satu penonton dari Paroki Kelapa Gading, Monic (38).
“(Yang menarik) pemeran (lenongnya) itu sampai romo turun tangan,” kata Monic kepada ULTIMAGZ saat pentas selesai.
Monic datang dengan anggota keluarganya untuk menonton kerabat yang ikut menjadi pemain. Namun, Monic juga tidak ragu mengajak tetangga Muslimnya yaitu Rosita (48) untuk menikmati pertunjukan dari Paroki Kelapa Gading. Rosita mengatakan bahwa dirinya setuju datang karena penasaran.
“Ya (datang karena) pengen tahu saja, apalagi di gedung sini (iNews Tower),” kata Rosita kepada ULTIMAGZ.
Komunitas Seni Budaya Paroki Kelapa Gading telah bertahun-tahun terbuka untuk semua orang dari berbagai kalangan agar dapat melestarikan seni budaya. Maka dari itu, orang dengan agama apapun dapat terlibat di YuNiti LenongKestra.
View this post on Instagram
Menurut pemain biola YuNiti LenongKestra Marselina Felisia (31), pertunjukan seni musik dan tarianlah yang menjadi pemersatu dari para pemain.
“Gak terasa sama sekali sih (perbedaannya), sebenarnya kayak latihan ya, latihan. Di sini kita yang menjadi bahasa bersamanya itu musik, tarian, dan seni,” jelas Marselina kepada ULTIMAGZ saat wawancara daring pada Selasa (14/11/23).
“Jadi, agama, gak mikir (persoalan itu) sih, sampai selek itu tidak ada (saat latihan),” lanjutnya.
Persatukan Keragaman Seni dan Tradisi Nusantara
YuNiti LenongKestra mempersatukan keragaman budaya dari berbagai hal. Dari segi cerita, pentas mengangkat drama seorang perempuan dari suku Minang bernama Upik yang jatuh cinta dengan laki-laki Betawi yaitu Boim. Keduanya berasal dari latar belakang berbeda hingga harus berjuang mendapat restu orang tua.
Cerita sederhana ini dibalut dengan komedi spontan ala lenong Betawi yang mengundang tawa dan dikemas juga oleh iringan musik khas daerah. Ada pula lantunan lagu dan tarian dari berbagai daerah seperti “Si Patokaan” (Sulawesi Utara) dan “Manuk Dadali” (Jawa Barat) setelah beberapa adegan.
Tentunya, lantunan musik khas daerah tersebut tidak lepas dari kontribusi komunitas alat musik tradisional seperti gambang kromong, kolintang, dan angklung yang dinaungi oleh Paroki Kelapa Gading. Kombinasi keragaman musik tradisional dan klasik ini menjadi pengalaman baru bagi Saint James Orchestra (Orkestra Gereja Santo Yakobus) yang ikut mengiringi YuNiti LenongKestra.
“Biasa ‘kan kita cuman orkestra ya, alat musik klasik semua. Sekarang ada kayak gambang kromong, kolintang, dan angklung juga. (Kita buat) gimana caranya mereka terdengar dan harmonislah,” kata Marselina yang juga menjadi anggota Saint James Orchestra.
Direktur Musik YuNiti LenongKestra Paulus Emanuel (30) mengatakan hampir semua lagu Nusantara pun dimainkan beserta beberapa lagu klasik. Proses mengomposisi unsur kedua budaya musik tersebut selama lima bulan persiapan pertunjukkan menjadi menarik.
Baca juga: Kenali 5 Makanan Khas Nusantara yang Jarang Diketahui
“Dari Nusantara hampir semua (lagu dimainkan). Setelah Nusantara, ada Eropa, beberapa lagu klasik. Jadi, mencoba mengawinkan itu, semoga sampai pesannya kepada penonton. Pesannya itu YuNiti, unity kesatuan,” kata Emanuel kepada ULTIMAGZ saat ditemui usai pentas “YuNiti LenongKestra” pada Sabtu (11/11/23).
Ada pun YuNiti LenongKestra tidak hanya melibatkan Paroki Kelapa Gading, tetapi juga berkolaborasi dengan komunitas tari alumni SMA Tarakanita . Selain itu, pentas ini pun diusung sebagai konser amal untuk program Ayo Sekolah Ayo Kuliah (ASAK).
Penulis: Vellanda
Editor: Michael Ludovico Palma De Manggut
Foto: Instagram/yunitilenongkestra