SERPONG, ULTIMAGZ.com – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Mapala UMN menyelenggarakan seminar mengenai mikroplastik pada Rabu (20/02/19). Seminar yang berlangsung di Lecture Hall Universitas Multimedia Nusantara ini merupakan rangkaian acara dari Kampanye Mikroplastik “Kurangi Plastik, Selamatkan Bumi”. Sebagai pembicara, Mapala UMN menghadirkan perwakilan Greenpeace Indonesia Muharram Atha Rasyadi dan perwakilan National Geographic Indonesia Diky Wahyudi.
Menurut data National Geographic Indonesia, konsumsi manusia menghasilkan 0,7 kg sampah per harinya dengan dominasi sampah plasatik. Jika ditotal, Indonesia menghasilkan 10 juta ton plastik setiap tahunnya.
“Indonesia menempati posisi kedua setelah Cina sebagai penghasil sampah terbesar di dunia. Artinya apa, setiap manusia yang tinggal di bumi harus bertanggung jawab terhadap limbah yang dihasilkan karena sampah itu ujungnya akan berakhir di laut,” ujar Diky.
Pembuangan sampah di laut memiliki dampak yang sangat buruk pada satwa laut. Tingginya angka pencemaran laut di Indonesia terlihat jelas dari kasus matinya paus di Wakatobi pada 2018 lalu. Untuk meminimalisir tragedy semacam ini terjadi lagi, Diky mengajak peserta seminar untuk melakukan kampanye mengubah perilaku atas penggunaan plastik.
Baca juga: Paus Sperma Ditemukan Mati Akibat Konsumsi Sampah
Diky mengungkapkan bahwa plastik tidaklah bersalah. Yang salah adalah pola penggunaannya oleh manusia. Usia kegunaan plastik yang sangat singkat terkadang membuatnya ‘percuma’ untuk digunakan.
Sebuah perumpamaan simple dilontarkan Diky. Jika seseorang membeli bubur ayam yang dibungkus, maka bubur itu akan disimpan dalam kotak styrofoam. Kotak styrofoam itu akan dilapisi kertas lalu dibungkus plastik. Bubur itu akan habis ketika masuk ke dalam perut si pembeli, namun sampah dari penggunaan yang singkat itu akan tetap ada dalam waktu lama.
Sebagai bentuk peduli lingkungan, National Geographic Indonesia memiliki kampanye bertagar #sayapilihbumi yang sudah berlangsung sejak 2018. Kampanye ini dibuat demi meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai ancaman sampah plastik bagi bumi.
Hal serupa juga disampaikan oleh Atha. Lelaki yang aktif dalam organisasi lingkungan global ini menyatakan bahwa ada 3 komponen yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat.
“Ketika kita bicara masalah plastik, kita butuh semuanya berubah gak bisa cuma satu aja,” kata Atha.
Ketika masyarakat sudah mau berubah namun pihak swasta terus menerus meningkatkan produksi plastik maka perubahan itu tidak berguna. Hal yang sama juga terjadi jika masyarakat sudah memilah sampah namun pada akhirnya pengangkutan sampah oleh pemerintah kembali dicampur.
“Butuh peran dari semua pihak. Awareness masyarakat, perilaku kita harus mendukung itu, pemerintah dengan kebijakan ditingkatkan dan yang terakhir adalah pihak-pihak swasta,” tambah Atha.
Maka dari itu, demi mengurangi sampah plastik beberapa cara dapat dilakukan. Cara tersebut meliputi penggunaan botol minum alih-alih terus menerus membeli air minum kemasan, pemilahan sampah, penggunaan tas belanja saat membeli barang agar tidak menggunaan plastik dan juga mengurangi pembuangan makanan karena limbah organik juga merupakan hal yang patut dikhawatirkan.
Pemaparan materi oleh pembicara ditutup dengan sesi tanya jawab. Di akhir acara, Mapala UMN mengajak peserta untuk berfoto bersama. Pengurangan sampah plastik tidak mungkin bisa instan. Maka dari itu seminar seperti ini diharapkan dapat membangun kesadaran akan bahayanya sampah yang kian menggunung lalu mengundang pengurangan penggunaan plasatik. Satu diri yang berubah bisa memberi domino effect kepada orang terdekat yang kedepannya diharapkan bisa berlaku pada semua orang.
Penulis : Andi Annisa Ivana Putri
Editor : Hilel Hodawya
Foto : Andi Annisa Ivana Putri