SERPONG, ULTIMAGZ.com – UMN Screen merupakan acara tahunan yang menayangkan film-film karya mahasiswa UMN, baik dari jurusan Sinematografi maupun Animasi. Salah satu rangkaian acara yang dinanti adalah menonton layar tancap yang diselenggarakan di area parkir Universitas Multimedia Nusantara, Rabu (25/5).
Acara tahunan yang telah dilaksanakan 4 kali ini tak sembarang memilih film untuk ditayangkan. Kali ini, dua film klasik Nusantara yakni Lewat Djam Malam karya Usmar Ismail dan Nagabonar karya M. T. Risyaf menjadi film yang ditonton bersama dalam acara layar tancap.
Ketua acara UMN Screen 2016, Brandon Hetarie, sengaja memilih film-film klasik untuk ditayangkan. Pasalnya, meski kedua film tersebut merupakan film lawas, namun masih dikenal masyarakat dan cukup melegenda.
“Memilih Nagabonar dan Lewat Djam Malam karena film-film itu sudah lama dan dua-duanya melegenda. Dan begitu pula dengan para sutradaranya seperti Pak Usmar Ismail yang legendaris dan dapat disebut sebagai bapak film Indonesia,” jelas Brandon.
Kedua film klasik tersebut memiliki satu kesamaan, yakni mengisahkan perjuangan pasukan Indonesia. Seperti Lewat Djam Malam, film yang diproduksi tahun 1954 ini mengisahkan tentang Iskandar (A. N. Alcaff), seorang mantan pejuang Indonesia yang mengetahui kehidupannya setelah perang tak lebih mudah dibanding ketika bertempur di medan perang dulu. Begitu pula dengan Nagabonar , film bergenre komedi yang diperankan oleh Deddy Mizwar ini becerita mengenai Nagabonar dan pasukannya dalam berjuang melawan Belanda pada masa itu.
Meski pada awal pemutaran film terlihat sepi penonton, namun semakin larut, semakin banyak mahasiswa lintas jurusan yang mulai memadati area layar tancap. Dari dimulai pukul 18.30 WIB hingga berakhir sekitar pukul 22.00 WIB, para penonton terlihat menikmati dan ikut tertawa bersama, terlebih ketika menonton film Nagabonar yang terkenal dengan slogannya yaitu “apa kata dunia?”.
Tak hanya mahasiswa, pedagang kaki lima yang biasa berjualan di samping UMN juga turut masuk ke area layar tancap. Penonton pun dapat menikmati film sambil menyantap makanan dari pedagang tersebut.
“Antusiasme tahun ini sudah lumayan besar karena kita sudah nyampur juga dengan anak-anak Animasi, jadi sudah banyak yang mengenali karya masing-masing. Jumlah penonton juga jadi lebih banyak, apalagi dengan adanya special screening yang merupakan sesi penayangan film-film dari dosen. Penonton sampai membludak. Untuk layar tancap juga ekspektasi saya besar, pasti ramai,” tutur Brandon yang merupakan mahasiswa jurusan Sinematografi angkatan 2014 ini.
Tak tanggung-tanggung, layar tancap kali ini yang menampilkan film lawas, turut menggunakan proyektor layar tancap zaman dahulu pula. Proyektor tersebut dikenal dengan nama proyektor seluloid, sebuah proyektor analog yang mengeluarkan bunyi “trek.. trek.. trek..” selama digunakan untuk memutar film.
Kedepannya, Brandon berharap agar UMN Screen dapat lebih lagi diminati oleh para mahasiswa. Ia pun bertekad agar UMN Screen dapat terus menampilkan karya-karya terbaik dari civitas seni dan desain UMN.
Penulis: Valerie Dante
Editor: Agustina Selviana
Foto: Cindy Gani