Enam hari sudah acara festival film dokumenter se-Asia Tenggara, ChopShots Documentary Film Festival South East Asia 2014 sukses digelar. Sebagai penutup, para panitia pun mengadakan malam puncak di GoetheHaus-Institut, Jakarta, Minggu (27/4).
Festival film dokumenter internasional yang berfokus pada Asia Pasifik, khususnya kawasan Asia Tenggara ini telah menyelenggarakan pemutaran 58 film dokumenter. Isu-isu yang diangkat pun beragam, mulai dari politik dan demokrasi, perjuangan kaum adat terhadap hak kelola sumber daya alam, ketidakadilan, dan lainnya.
Pemutaran film-film tersebut mengambil lokasi di beberapa tempat, yakni di GoetheHaus-Institut, SAE Institut, TIM XXI, Kineforum, BINUS FX, dan Salihara dengan tiket masuk gratis.
“Kami ingin menyediakan wadah untuk semua bakat-bakat yang ada di luar sana dan membuat film-film dokumenter dari Asia Tenggara sehingga bisa diakses lebih banyak pemirsa di seluruh dunia,” ujar Katrin Sohns, Kepala Program Budaya Goethe-Institut.
Selain pemutaran film, DocNet Campus, sebuah pelatihan selama tujuh hari juga akan dilaksanakan dalam serangkaian acara ini. Pelatihan tersebut pun dipandu oleh tutor internasional yang bekerjasama dengan 15 sineas terpilih asal Asia Tenggara.
Puncak dari acara ini adalah pengumuman pemenang film dalam kategori kompetisi. Lebih dari 247 film dari 49 negara diterima oleh tim ChopShots Documentary Film Festival Southeast Asia tahun ini. Hal ini menunjukkan kuatnya minat dan keterampilan pembuatan film dokumenter di Asia Tenggara.
Dari kategori International Competition, kompetisi internasional untuk film dokumenter berdurasi panjang dimenangkan oleh Lynn Lee & James Leong dari China dengan judul film Wukan: The Flame of Democracy. Sementara, dari kategori Best SEA Shorts, kompetisi untuk film dokumenter berdurasi pendek dari Asia Tenggara dimenangkan oleh Neang Kavich (Cambodia) dengan film Where I Go. Selain itu, juara kedua pun diraih oleh Aryo Danusiri (Indonesia) dengan film to Flaneurs #3.
[divider] [/divider] [box title=”Info”]Reporter: Ghina Ghaliya
Editor: Desy Hartini
Foto: [/box]