SERPONG, ULTIMAGZ.com–Titimangsa dan KawanKawan Media menjalin kerjasama dengan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk menggelar pertunjukan “Di Tepi Sejarah” untuk musim kedua dengan berbagai tokoh baru. Pentas baru saja digelar dengan penonton terbatas di Gedung Kesenian Jakarta selama dua hari, yaitu pada Kamis (14/04/22) dan Jumat (15/04/22).
Musim kedua dari pentas “Di Tepi Sejarah” ini dimulai dengan monolog “Kacamata Sjarfuddin” yang diperankan langsung oleh aktor Deva Mahenra. Pentas ini menceritakan perjalanan hidup Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) Sjafruddin Prawiranegara yang demi siasat politik diplomasi menjadi dilupakan dari pengetahuan sejarah Indonesia.
Baca juga: Teater KataK Gelar Pentas Virtual Besar Perdana Lewat “Zeus and The Olympian Gods”
“Di Tepi Sejarah” merupakan sebuah seri monolog yang menceritakan tentang tokoh-tokoh dalam tepian sejarah yang sering luput dari pengetahuan orang Indonesia pada umumnya. Salah satunya adalah sosok Sjafruddin Prawiranegara. Meski tak begitu disadari kehadirannya dalam narasi besar sejarah bangsa Indonesia, Sjafruddin aktif dalam organisasi keagamaan dan terkenal keras menentang digunakannya Pancasila sebagai alat politik Pemerintah di masa Orde Baru. Sjafruddin yang wafat pada15 Februari 1989 dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 2011.
Hal ini juga disampaikan langsung oleh sutradara pentas “Kacamata Sjafruddin” Yudi Ahmad Tajudin. Salah satu pendiri Teater Garasi ini sangat terkesan dengan pengalaman hidup Sjafruddin. Akhirnya, diberi pesan-pesan tersirat mengenai masa sekarang yang cenderung berbeda dengan dahulu. Misalnya, sarat dengan alat komunikasi, tetapi memiliki nilai kebangsaan yang kuat.
“Sebaliknya, di masa sekarang ini kita dikepung teknologi dan media komunikasi yang canggih, tetapi diskusi kita akan nilai-nilai kebangsaan dan bagaimana kita mesti hidup bersama dalam sebuah negeri bernama Indonesia ini, sedemikian mudah terpolarisasikan. Ini satu hal yang patut kita renungkan” ujarnya.
Pentas ini sekaligus debut Deva Mahenra dalam dunia seni teater. Ia mengungkap kalau dunia teater ternyata berbeda dengan industri perfilman yang biasa digelutinya meski sama-sama dalam satu cabang seni yaitu seni peran.
“Saat main film, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki adegan demi adegan agar lebih baik, sementara di panggung teater, persiapan adalah kesiapan. Kalau pentas sudah dimulai, tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki, jadi bagi saya disiplin, fokus dan ketenangan adalah rangkaian proses yang betul-betul saya nikmati,” ungkapnya.
Selain ditayangkan secara terbatas dalam pementasan luring, “Kacamata Sjafruddin” juga akan ditayangkan secara daring di Indonesiana TV pada Agustus 2022.
Penulis: Carolyn Nathasa Dharmadhi
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: Yose Riandi (Titimangsa)