SERPONG, ULTIMAGZ.com — Banyak orang menganggap bahwa pola hidup vegan dan vegetarian adalah hal yang sama karena keduanya tidak mengonsumsi daging. Nyatanya, keduanya berbeda, bukan hanya sebatas gaya hidup tanpa mengonsumsi makanan yang berasal dari hewan.
Perbedaan Vegetarian dan Vegan
Tahu kah Ultimates bahwa meskipun sama-sama tidak mengonsumsi daging, vegan, dan vegetarian ternyata adalah dua hal yang berbeda? Beberapa Ultimates yang merupakan mahasiswa aktif Universitas Multimedia Nusantara memberikan tanggapannya terkait hal ini.
Baca juga: Sehat Raga dan Jiwa dengan Pola Makan Vegan
“Enggak tahu sebenarnya (perbedaan vegan dan vegetarian), karena aku berpikir vegan dan vegetarian itu sama-sama orang yang makan sayuran aja. Kata-katanya juga mirip,” kata Elisheva Joanna, mahasiswi Jurnalistik UMN angkatan 2020.
Tanggapan lainnya datang dari Salsabila Rahmadhany, yang juga merupakan mahasiswi Jurnalistik UMN angkatan 2020.
“Tahu (perbedaan vegan dan vegetarian). Kalau vegetarian, hanya memakan sayur atau buah-buahan, tetapi masih mengonsumsi susu dan telur, sedangkan vegan hanya mengonsumsi sayur dan buah-buahan saja,” jelas Salsabila.
Untuk lebih memahami perbedaan vegan dan vegetarian, Ultimates dapat menyimak informasi yang terdapat dalam infografik berikut.

Dari infografik tersebut, dapat disimpulkan bahwa vegan bersifat lebih ketat daripada vegetarian. Pada intinya, vegetarian masih memiliki kemungkinan untuk mengonsumsi makanan, minuman, atau barang-barang yang berasal dari hewan, sedangkan vegan sama sekali tidak menggunakan segala bentuk produk hewani.
Kondisi Iklim Indonesia
Kondisi perubahan iklim yang semakin parah setiap tahunnya, ternyata juga disebabkan oleh tingkat konsumsi daging yang terus bertambah. Pemanasan global ini terbukti dari data yang diraih melalui bmkg.go.id yang menyatakan bahwa suhu udara normal pada Maret selama periode 1991 – 2020 di Indonesia adalah 26.8 celsius. Sedangkan suhu udara rata-rata pada tahun berikutnya adalah sebesar 27.1 celsius. Maka dapat dikatakan bahwa pada Maret 2022 telah menunjukkan kenaikan suhu sebesar 0.3 celsius.
Berdasarkan data yang diraih melalui ditjenppi.menlhk.go.id, rata-rata jumlah permintaan daging hewan seperti sapi, kambing, ayam, dan lainnya terus meningkat setiap tahun. Misalnya, permintaan daging sapi potong pada 2015 adalah sekitar 15,4 juta. Jumlahnya meningkat secara signifikan pada 2019 sebesar sekitar 17,1 juta.
Oleh karena itu, hal ini cukup mengkhawatirkan terutama jika mengingat salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca berasal dari sektor pertanian, khususnya dari aktivitas peternakan. Proses pemanasan ini apabila berlebih akan menyebabkan pemanasan global dan membuat suhu bumi naik secara signifikan.
Manfaat penerapan gaya hidup vegetarian dan vegan
Dilansir dari kumparan.com, Peneliti Oxford Martin School’s Future of Food programme Marco Springmann membuktikan dampak jika semua orang menjadi vegetarian pada 2050. Hasil dari penelitian ini terlihat dari pengurangan sektor makanan secara masif khususnya pada konsumsi daging merah. Hal ini berdampak pada peternakan yang dapat membantu mengurangi emisi gas yang menyebabkan perubahan iklim sebesar 60 persen. Bahkan, jika dunia menjadi vegan, emisi gas rumah kaca yang akan berkurang mencapai 70 persen. Persentase ini menunjukkan besarnya dampak dari penerapan gaya hidup vegan dan vegetarian terhadap iklim di dunia.
Baca juga: Produk Organik Masih Mahal, Ini Alasannya
Tidak hanya itu, mengurangi konsumsi daging juga bisa berkontribusi dalam penghematan air. Dilansir dari idntimes.com, dalam proses menghasilkan 1 kg kedelai membutuhkan 1.900 liter air, sedangkan untuk memproduksi 1 kg daging membutuhkan 7 kali lipat dari jumlah air sebelumnya yaitu sekitar 13 ribu liter. Jumlah pemanfaatan air bersih yang signifikan ini tentu layak dipertimbangkan, mengingat sumber daya alam yang kian terancam setiap tahunnya.
Manfaat lain dari penerapan gaya hidup ini juga ternyata memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh. Pola makan vegan dan vegetarian dapat membantu menjaga berat badan tetap ideal serta mengurangi resiko terjadinya penyakit stroke, jantung koroner, tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, kanker, dan divertikulitis. Meskipun begitu, pola makan ini juga harus diiringi dengan kebutuhan nutrisi harian yang terpenuhi terutama protein, zat besi, zinc, yodium, kalsium, folat, dan vitamin B12 agar terhindar dari kekurangan nutrisi.
Penulis: Stephanie Amelia Wijaya, Christabella Abigail Loppies
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: unsplash.com
Sumber: bmkg.go.id, ditjenppi.menlhk.go.id, kumparan.com, idntimes.com, alodokter.com