JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Kekerasan dan keterbatasan untuk berekspresi ternyata tidak hanya dialami oleh seseorang perempuan saja, tetapi di lingkungan trans perempuan juga menjadi suatu keprihatinan tidak terkecuali di Indonesia.
Pada konferensi pers Women’s March Jakarta di KeKini, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (02/03/17), perwakilan dari Sanggar Swara Kanza Vina, berkesempatan untuk menceritakan isu-isu permasalahan yang terjadi di lingkungan trans perempuan.
“Pada dasarnya permasalahan yang terjadi pada perempuan dan kawan-kawan trans perempuan itu sama. Sistem patriarki yang selama ini yang membudidaya meletakkan kelas-kelas pada orang-orang diluar laki-laki dan perempuan. Jika laki-laki yang biasa berada di atas puncak kelas, tiba-tiba mengidentifikasi dirinya sebagai perempuan maka kelasnya akan berada di bawah perempuan,” tuturnya.
Menurut Vina, definisi perempuan adalah bukan hanya orang yang terlahir dengan alat kelamin perempuan saja, tetapi mereka yang mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan.
Banyaknya permasalahan yang dialami oleh masyarakat trans perempuan di Indonesia baik dari pendidikan maupun ruang untuk bereskpresi belum ditanggapi oleh pemerintah secara mendalam.
“Menurut data sanggar Swara 2014, hanya 42% dari kawan-kawan waria yang mengeyam bangku SMA. Selain itu jika ada seorang laki-laki yang mengekspresikan dirinya secara feminin, terutama di bangku Sekolah, belum menjadi transpuan, dia akan menjadi korban bullying,” ucap Vina.
Permasalahan inilah yang selanjutnya timbul masalah baru untuk masyarakat trans perempuan yaitu keterbatasan untuk mendapatkan pekerjaan.
“Akibat dari sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan, cuma tiga pekerjaan yang bisa dikases oleh teman-teman waria, pekerja salon, pekerja seks dan pengamen,” lanjutnya.
Meski permasalahan tentang trans perempuan ataupun LGBT merupakan isu yang sulit diterima oleh masyarakat Indonesia, namun menurut Vina yang terpenting adalah pemerintah mendukung untuk menolak segala stigma dan diskriminasi terhadap trans perempuan.
“Isu-isu ini memang sulit diterima di wilayah-wilayah yang agamanya sangat kuat. Tetapi memang harus terus disampaikan kepada masyarakat. Selain itu, KAPAL juga menghimbau anak-anak muda untuk tidak ikut-ikuttan kelompok ekstrimis,” tutur Deputi Program Institut KAPAL Perempuan Budhis Utami.
“Kekhawatiran itu pasti ada, tapi kita belajar dengan apa yang selama ini terjadi. Kita tidak bisa diam bila ada ancaman-ancaman dari kelompok ekstrim,” tambah Pengacara Publik Lembaga Bantuan Hukum Masyarakat Naila Rizqi.
Women’s March Jakarta akan digelar pada Sabtu (04/03/17) di Istana Merdeka. Aksi dimulai pada pukul 09.00 dan diperkirakan berakhir pada pukul 12.00.
Penulis: Harvey Darian
Editor: Kezia Maharani Sutikno
Foto: Harvey Darian