JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Sun Wukong, seekor kera sakti yang lahir dari batu dengan kekuatan ilahi mengacaukan Kerajaan Langit. Karena keonaran yang dibuatnya, Sang Buddha menghukum kera sakti itu dengan mengurungnya di kaki gunung serta harus menemani perjalanaan ke wilayah barat Biksu Tang.
Kurang lebih demikianlah gambaran cerita dalam pementasan ke-58 Teater KataK yang bertajuk Legend of Wukong. Pementasan ini mempunyai kesan mewah yang ditonjolkan pada kostum pemainnya, terutama yang dikenakan Sun Wukong, Sang Kera Sakti. Kostum tersebut terinspirasi oleh serial televisi dan film layar lebar yang mengisahkan petualangan Sang Kera Sakti ke wilayah barat untuk mencari Kitab Suci.
Koordinator kostum Teater KataK Celine Velincia mengatakan, serial televisi yang menjadi gagasan dasar pembuatan kostum adalah serial televisi tahun 1996 Journey to the West dan film Journey to the West: Conquering the Demons.
“Kostum Erlang dan prajurit (ini) idenya dari film Sun Wukong tahun 2013 (Journey to the West: Conquering the Demons), tapi untuk (kostum) dewa-dewi, Sun Wukong (terinspirasi) dari serial televisi,” kata Celine, Sabtu (04/05/19) usai pementasan di Gedung Kesenian Jakarta.
Ia menambahkan bahwa alasan di balik perbedaan ide awal kostum Erlang dan prajurit dengan karakter lainnya untuk memberi kesan modern dan segi kecocokan dengan pementasan.
“Karena ingin ada kesan modern dalam kostum, tetapi untuk kostum pemain lainnya lebih cocok dengan serial televisi 1996,” kata Celine lebih lanjut.
Celine juga mengungkapkan bahwa hampir seluruh kostum para pemain merupakan hasil tangan tim pembuat kostum Teater KataK. Hanya mahkota milik Sun Wukong saja yang dibeli tim busana Teater KataK.
Meski kostum para pemain diproduksi sendiri oleh tim, kesan mewah kostum masih bisa terlihat dan membantu pemain membawa karakter tokoh yang sedang diperankan. Pembuatan kostum “Legend of Wukong” menurut Celine tak membutuh biaya melebihi anggaran yang ada.
“Karena kita membuatnya sendiri, kita bisa menekan pengeluaran uang untuk pembuatan kostum. Cuma menjahit kain baju saja yang kita membayar jasa penjahit,” ucap Celine.
Penulis: Theresia Amadea
Editor: Anindya Wahyu Paramita
Foto: Brian Nathaniel Valenska