SERPONG, ULTIMAGZ.com – “Move Forward with Regret” merupakan sebuah sesi bertukar cerita sekaligus peluncuran buku “Lost and Found”. Acara dilaksanakan secara daring dengan menggandeng Universitas Prasetya Mulia pada Sabtu (02/07/22).
Nirasha Darusman selaku moderator dan penulis buku “Lost and Found” beserta psikolog dan hipnoterapis Lizza Marielly Djapri menjadi pembicara dalam acara bertajuk kesehatan mental tersebut. Secara mendalam, Nirasha dan Lizza berbagi seputar pengalamannya menghadapi kehilangan.
Baca juga: Self-Healing: Lima Kiat Sederhana Tenangkan Diri
Salah satu pertanyaan yang cukup emosional dituliskan oleh seorang Ibu. Beliau menceritakan pengalamannya tentang kehilangan seorang anak dan hingga detik ini masih tidak kuasa melihat foto dan video lawas.
Menurut Lizza, setiap duka memiliki hubungan yang cukup personal dan unik. Manusia memiliki caranya sendiri dalam melewati luka tergantung dari bagaimana kesanggupannya. Namun, ada pula salah satu teknik flooding yang dapat dimanfaatkan ketika menghadapi luka.
“Duka itu unik dan personal. Ada beberapa orang yang memutuskan untuk nanti dulu sampai kuat. Ada juga mereka yang membombardir perasaannya agar memudar seiring berjalannya waktu. Kalau di psikologi itu namanya teknik flooding. Jadi, membanjiri sampai akhirnya kita sangat terbiasa dan mau tak mau beradaptasi,” terang Lizza.
Melansir psychological.org, teknik flooding dikenal pula sebagai jenis terapi dengan cara menghadapi ketakutan atau trauma yang dirasakan. Teknik flooding tetap harus dilakukan dengan metode yang tepat. Apabila terlalu dipaksakan, hal ini justru dapat berbalik dan menimbulkan dampak negatif, yakni menambah ketakutan.
Apabila dikaitkan dengan perasaan duka, Lizza turut menerangkan bahwa teknik flooding dapat dilakukan dengan cara bertahap dan tidak memaksa. Selain itu, perlu meyakinkan dan kembali mengapresiasi diri akan proses yang berhasil dicapai.
“Sebagai makhluk psikologis, kita memiliki kemampuan adaptasi yang luar biasa. Tetapi, kembali lagi ke penanya karena saya tidak bertemu. Tapi mungkin coba perlahan dulu. Pertama, mungkin bisa lihat fotonya dahulu. Mungkin sedetik, lalu taruh kembali. Tarik nafas, lalu bicara sama diri sendiri bahwa itu adalah permulaan yang baik. Lalu, bisa dicoba lagi di minggu berikutnya,” jelas Lizza.
Liza turut menyampaikan bahwa sebagai manusia, tentu pada akhirnya harus menghadapi apa yang dirasakan. Tidak baik apabila selamanya kabur dari trauma itu sendiri. Namun, kembali lagi rumus tersebut dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
Baca: Kembangkan Diri dengan Memiliki Pengendalian Diri yang Baik
Dalam acara yang disiarkan secara eksklusif ini, setiap partisipan berhak mendapat compassion card yang dikirimkan ke rumah partisipan. Kartu tersebut berisikan kata-kata pelipur lara. Tentunya, disesuaikan dengan permasalahan yang sempat dibagikan sebelumnya melalui pesan daring.
Penulis: Graciella Olivia Widjaja
Editor: Nadia Indrawinata
Foto: Chiquita
Sumber: simplypsychology.org