MataMassa mengadakan diskusi politik terkait Pemilu di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat pada Minggu (2/3) lalu. Dalam diskusi ini, tantangan dalam penyelenggaraan Pemilu ini adalah membuat pendidikan Pemilu dan politik. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir suara tidak sah.
“Poin pertama, niat baik menghargai setiap pilihan adalah dengan mengesahkan suara. Sayangnya untuk sosialisasi dan pendidikan pemilu tidak memakan waktu yang singkat,” ungkap Affifudin, Koordinator Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR).
Menurut survei LSI, 90 persen masyarakat sangat ingin menggunakan hak suaranya. Masalahnya adalah, 52 persen pemilih kita tidak memiliki informasi yang cukup. Adapun data tersebut berdasarkan hasil survei Perlumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem).
Saat ini, paralegal-paralegal yang datang dari berbagai lembaga dan komunitas tengah didorong oleh Perludem untuk kembali ke lembaga masing-masing. Sebagai masyarakat sipil, paralegal mendorong masyarakat secara lebih banyak mendistribusikan pemahaman pemilu dan mengarahkan kepada kriteria pemimpin ideal.
Saat ini, MataMassa sangat menggodok mekanisme pengiriman laporan lewat SMS, tanpa menyingkut isu-isu privasi. Pelaporan haruslah bersifat netral, tidak ada keberpihakan sebagai bentuk inisiatif yang bisa dilakukan oleh media dan masyarakat sipil.
Fery pun menyebutkan ada beberapa hal yang dilakukan oleh paralegal untuk menegakkan aturan kampanye. Ada beberapa anggapan bahwa laporan pelanggaran tentang kampanye di TV tidak ditindaklanjuti oleh kepolisian karena konten tersebut bukan kampanye. Menurutnya, konten kampanye haruslah berisikan visi-misi Calon Presiden.
Moratorium terhadap iklan politik yang tidak menggunakan frekuensi publik adalah suatu hal yang baik untuk mendapatkan keadilan bagi segenap partai. Oleh sebab itu, sebelum pendeklarasian pengawasan Pemilu 2014, ada sebuah harapan dalam sebuah pelaksanaan kampanye. Pada 16 Maret mendatang, diharapkan selama proses kampanye tidak ada iklan politik dan dalam materi apapun menggunakan frekuensi publik.
[divider] [/divider]
[box title=”Info”]
Penulis: Gloria Fransisca Katharina Lawi
Editor: Sintia Astarina
Foto: Gloria Fransisca Katharina Lawi[/box]
Editor: Sintia Astarina
Foto: Gloria Fransisca Katharina Lawi[/box]