• About Us
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Advertise & Media Partner
  • Kode Etik
Tuesday, July 5, 2022
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto
No Result
View All Result
ULTIMAGZ ONLINE
No Result
View All Result

Ragam Makna di Balik Kostum Peserta Women’s March Jakarta 2019

by Rachel Rinesya Putri
May 2, 2019
in Event
Reading Time: 3 mins read
Ragam Makna di Balik Kostum Peserta Women’s March Jakarta 2019

Komunitas Never Okay Project turut hadir di Women's March Jakarta 2019 pada Sabtu (27/04/19) dengan menggunakan kostum ragam pekerja untuk menyorot kasus-kasus pelecehan seksual di tempat kerja.(ULTIMAGZ/Nadine K. Azura)

0
SHARES
476
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Women’s March Jakarta 2019 kembali diadakan pada Sabtu (27/04/19). Ragam kostum dan poster peserta mewarnai aksi pawai yang dimulai dari Hotel Sari Pan Pacific Jakarta dan berakhir di Taman Aspirasi Monas. 

Salah satu peserta dengan kostum unik yaitu Cici. Ia memakai sebuah atribut berbentuk sayap kupu-kupu berwarna biru dengan beberapa tulisan yang mengusung pelestarian lingkungan. Menurutnya, perempuan menjadi garda terdepan dalam mengurus bumi ini.  

“Wanita ini terdepan sebenarnya untuk penyelamatan lingkungan karena kita selalu memikirkan anak cucu, selalu memikirkan ke situ. Kita pengin bumi ini selalu hijau dan juga bisa terus dilihat oleh anak cucu kita. Inilah pesan yang aku bawa tahun ini,” jelas perempuan yang tergabung dalam organisasi Greenpeace ini.

Cici dengan atribut sayap kupu-kupunya yang menyorot perempuan untuk peduli dengan bumi di Women’s March Jakarta 2019, Sabtu (27/04/19). (ULITMAGZ/Nadine K. Azura)

Ia juga memberikan pesan bagi para perempuan Indonesia untuk tetap melestarikan bumi. “Mari kita lestarikan bumi ini! Kita adalah garda terdepan untuk penyelamatan bumi dan pastinya jangan anti feminisme,” ujar Cici.

Selain itu, hadir pula kelompok yang menampilkan ragam busana yang mewakili sejumlah profesi di Indonesia. Mereka merupakan komunitas Never Okay Project. Komunitas yang didirikan pada 10 Januari 2018 itu fokus menyorot isu pelecehan seksual di tempat kerja.

“Jadi, kita pakai kostum pekerja ini ingin mempresentasikan bahwa seluruh pekerja melawan pelecehan seksual di tempat kerja, karena kita menuntut ruang kerja yang nyaman. Kita bisa kerja tanpa harus dilecehkan, baik untuk laki-laki atau perempuan,” jelas Program Officer Never Okay Project Fiani Dwiyanti.

Fiani sendiri mengenakan pakaian selayak CEO suatu perusahaan. Temannya yang lain pun ada yang berpakaian sebagai dokter, montir, pelukis, juru masak, desainer, reporter, hingga pekerja seks. Tak hanya lewat kostum, aspirasi juga mereka tunjukkan melalui poster-poster yang menyorot Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS).

“Pelecehan seksual enggak terjadi di tempat-tempat umum saja, tapi di tempat kerja itu semakin berbahaya,” tutur Ilustrator Never Okay Project Sherlyna Rizki.

Senada dengan Sherlyna, Fiani mengatakan bahwa upaya melawan pelecehan seksual di tempat kerja itu sulit. Hal tersebut menurutnya dikarenakan pelecehan seksual di tempat kerja masih menjadi bahasan yang sensitif, apalagi masalah ini menyangkut pekerjaan dan karier seseorang.

Mereka pun meyakini bahwa laporan tentang pelecehan seksual di tempat kerja masih terbungkam. Lewat akun Instagram @neverokayproject, para pekerja tidak hanya dapat menyuarakan pengalaman mereka, tetapi juga berdiskusi untuk mengajukan kebijakan pelaporan pelecehan seksual di tempat kerja.

Lain hal dengan Nadya Karima Melati, seorang sastrawan yang hadir dengan membawa poster berisikan judul penelitiannya yang mengangkat tentang para kuntilanak di Pontianak, Kalimantan. Tulisannya itu pernah dimuat dalam geotimes.co.id dengan judul Negara yang Memelihara Kuntilanak. Dalam tulisannya, perempuan yang juga tergabung dalam organisasi Support Group and Resource Center on Sexuality Studies itu memaparkan berbagai data mengenai kasus pemerkosaan perempuan hingga meninggal.

Nadya hadir di Women’s March Jakarta 2019 dengan kostum hantu Kuntilanak dengan posternya yang berisi judul tulisannya “Negara Memelihara Kuntilanak” pada Sabtu (27/04/19). (ULTIMAGZ/Nadine K. Azura)

“Kuntilanak itu representasi. Dia itu sudah diperkosa, dia enggak dapat keadilan. Dia cuma bisa mati gentayangin orang. Nah, kalau misalkan kita mengesahkan RUU PKS, kita bisa mengurangi populasi kuntilanak kan? Jadi, perempuan tuh mendapat keadilan, enggak harus saat dia mati,” jelas Nadya mengenai ide penelitiannya.

Selain itu, ia juga menyorot kenapa dalam cerita-cerita mistis banyak membahas hantu perempuan yang menyeramkan. Misalnya kuntilanak, dikenal sebagai hantu wanita yang masih bergentayangan karena meninggal dengan tidak wajar. Nadya juga membahas Sundel Bolong dan Wewe Gombel. Mengutip dari tulisannya, hantu perempuan tersebut menyimpan dendam atas ketidakadilan di dunia yang belum selesai. Dengan pendekatan cerita mistis itu, ia menuntut pengasahan RUU PKS.

 

Penulis: Rachel Rinesya Putri

Editor: Anindya Wahyu Paramita

Foto: Nadine K. Azura

Tags: april 2019greenpeacekostum woman's march jakartakuntilanakkuntilanak geotimesnever okay projectWomen's March JakartaWomen's March Jakarta 2019
Rachel Rinesya Putri

Rachel Rinesya Putri

Related Posts

Logo SEA Games
Event

SEA Games: Ajang Olahraga Pemersatu Asia Tenggara

May 26, 2022
MenDua
Info Kampus

MenDua: Dorong Generasi Muda untuk Lestarikan Budaya Indonesia

May 25, 2022
Event

Penampilan Budaya Tradisional Meriahkan Penutupan SEA Games 2021

May 25, 2022
Next Post
Gaung Kebebasan Berpakaian dan Pelecehan Seksual di Women’s March Jakarta 2019

Gaung Kebebasan Berpakaian dan Pelecehan Seksual di Women's March Jakarta 2019

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × 2 =

Popular News

  • wawancara

    Bagaimana Cara Menjawab Pertanyaan ‘Klise’ Wawancara?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pusat Perbelanjaan yang Dapat Dijangkau dengan MRT Jakarta

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Risa Saraswati Ceritakan Kisah Pilu 5 Sahabat Tak Kasat Matanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Ivanna Van Dijk Sosok Dari Film ‘Danur 2 : Maddah’

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gading Festival: Pusat Kuliner dan Rekreasi oleh Sedayu City

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Pages

  • About Us
  • Advertise & Media Partner
  • Beranda
  • Kode Etik
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Ultimagz Foto

Kategori

About Us

Ultimagz merupakan sebuah majalah kampus independen yang berlokasi di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ultimagz pertama kali terbit pada tahun 2007. Saat itu, keluarga Ultimagz generasi pertama berhasil menerbitkan sebuah majalah yang bertujuan membantu mempromosikan kampus. Ultimagz saat itu juga menjadi wadah pelatihan menulis bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) UMN dan non-FIKOM.

© Ultimagz 2021

No Result
View All Result
  • Beranda
  • Info Kampus
    • Berita Kampus
    • Indepth
  • Hiburan
    • Film
    • Literatur
    • Musik
    • Mode
    • Jalan-jalan
    • Olahraga
  • Review
  • IPTEK
  • Lifestyle
  • Event
  • Opini
  • FOKUS
  • Artikel Series
  • Ultimagz Foto

© Ultimagz 2021