“When I choose to see the good side of things, I’m not being naive. It is strategic and necessary. It’s how I learned to survive through everything.”
SERPONG, ULTIMAGZ.com – Nihilisme adalah filosofi yang menganggap kehidupan manusia tidak bermakna. Kepercayaan tersebut memainkan peran besar di film “Everything Everywhere All At Once”.
“Everything Everywhere All At Once” adalah film komedi drama yang menceritakan tentang multiverse. Kisah ini menceritakan Evelyn Wang (Michelle Yeoh), seorang pemilik penatu yang jenuh dengan kehidupannya.
Film dimulai dengan Evelyn yang hendak diaudit oleh Internal Revenue Service (IRS) bersama dengan suaminya, Waymond (Ke Huy Quan) dan sang ayah, Gong Gong (James Hong).
Baca juga: “Everything Everywhere All at Once” Raup 7 Piala Oscar 2023, Termasuk Film Terbaik
Sebuah kejadian aneh kemudian memaksa Evelyn menjadi pahlawan semesta paralel lain dari sebuah makhluk kuat bernama Jobu Tupaki (Stephanie Hsu). Mengikuti jejak dirinya di semesta lain bernama ‘Alphaverse’, Evelyn menghubungkan dirinya dengan kehidupannya yang lain.
Versi-versi tersebut merupakan dirinya yang lebih unggul, jika seandainya ia memilih alur kehidupan berbeda. Di semesta Alphaverse, ia adalah seorang ilmuwan yang menciptakan teknologi lompatan semesta. Namun, Alpha Evelyn sendiri yang menciptakan makhluk penghancur semesta, Jobu Tupaki.
“Everything Everywhere All At Once” memainkan konsep nihilisme dengan karakter Jobu Tupaki. Merasa kehidupan sudah tidak berarti karena memiliki akses ke semua kemungkinan, Jobu Tupaki memilih untuk mengakhiri segalanya.
Ia juga mendorong Evelyn untuk mengikutinya, memanfaatkan kemuakan Evelyn dengan kehidupannya. Terjebak dalam pemikiran bahwa kehidupan tidak ada artinya, Evelyn mengacaukan kehidupannya di semesta lain.
Melalui karakter Waymond, penonton diberi pandangan yang baru terhadap kehidupan serta penangkal nihilisme. Waymond adalah satu-satunya tokoh di film ini yang tidak pesimis dan memiliki harapan cerah untuk segalanya.
Baca juga: “Echo” Hadirkan Representasi Tuli dan Penduduk Asli Amerika ke MCU
Sementara Jobu Tupaki dan Evelyn melihat nihilisme dan mengartikannya sebagai depresiasi diri. Perasaan bahwa tidak ada yang berarti di dunia membuat mereka bertingkah seenak hati dan menyakiti orang di sekitar mereka.
Namun, dengan adanya Waymond, Evelyn dan penonton disadarkan atas pentingnya menghargai atas apa yang dimiliki. Pandangan inilah yang menyadari Evelyn bahwa bahkan jika dunia kejam dan tidak berarti, tidak ada salahnya untuk berbuat kebaikan.
Penulis: Kristy Charissa Lee
Editor: Josephine Arella
Foto: twitter.com
Sumber: thelivingphilosophy.com, void.id, movieweb.com