JAKARTA, ULTIMAGZ.com – Grup musik .Feast merilis lagu Tarian Penghancur Raya pada Jumat (08/11/19). Khas .Feast, lagu ini pun sarat akan kritik sosial, mulai dari kerusakan lingkungan hingga budaya lokal yang dikecam ragam organisasi kemasyarakatan (ormas).
“Hubungan antara manusia dengan alam, budaya, dan segala sesuatu yang dilahirkan oleh pertiwi jauh sebelum manusia menapaki bumi nampaknya tidak baik baik saja. Kita gagal menanggapi perubahannya dengan bijak. Berlomba merusak yang asli dan asri,” tulis .Feast melalui unggahan di akun Instagram mereka.
Lirik Tarian Penghancur Raya ditulis oleh Baskara Putra, vokalis .Feast. Dengan pilihan diksi yang apik, Baskara melempar kritik atas kerusakan lingkungan, tentang asap yang menyelimuti Riau dan Kalimantan, polusi di Jakarta, juga tentang penggunaan plastik.
Uap terlontar mengepung kota
Berlomba ciptakan plastik kita
Saat senja kehabisan kata
Siang malam pun gelap gulita
Kerja bakti menyusun neraka
Kita miliki bahan bakarnya
Perihal waktu tunggu datangnya
O2 dijual oleh negara
Tak hanya soal kerusakan lingkungan, .Feast juga mengkritisi budaya lokal yang semakin hilang ditelan zaman dan ditolak oleh beberapa kelompok masyarakat.
Berbicara cepat bilang haram
Kearifan lokal yang dibungkam
Selain itu, visual yang mengiringi lirik tersebut merujuk pada gelaran Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi. Diunggah melalui kanal YouTube Sun Eater, festival tari tersebut ditolak oleh salah satu ormas keagamaan pada 2018 lalu karena dianggap ‘mengumbar kemaksiatan’.
Tarian Penghancur Raya merupakan single kedua .Feast dari album “Membangun dan Menghancurkan”. Sebelumnya, grup musik yang lahir dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) ini telah terlebih dahulu merilis single bertajuk Dalam Hitungan pada bulan Juni lalu.
Penulis: Charlenne Kayla Roeslie
Editor: Ivan Jonathan
Foto: tirto.id
Sumber: instagram.com, kumparan.com, tirto.id